Sumber Daya Genetik Perlu Sentuhan Teknologi

Pertambahan penduduk dan peningkatan kelayakan hidup memunculkan tantangan baru dalam penyediaan pangan dan energi. Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi pada tahun 2050, jumlah penduduk dunia akan naik 72% dari penduduk tahun 1995. Hal ini menuntut kenaikan produksi pangan hampir dua kali lipat.

Pada waktu yang bersamaan peningkatan produksi pangan terganggu oleh dampak negatif perubahan iklim, semakin langkanya sumber energi fosil, keterbatasan ketersediaan air, dan turunnya produktivitas lahan.

Pengaruh perubahan iklim bagi sektor pertanian di Indonesia yang bersifat kontinyu antara lain peningkatan suhu, perubahan pola curah hujan, dan peningkatan kegaraman (salinity) tanah di daerah pantai. Pengaruh ini menyebabkan gangguan terhadap produktivitas pertanian serta intensitas dan pola tanam.

Pengaruh diskontinyu dari perubahan iklim adalah anomali iklim dan iklim ekstrim yang menyebabkan banjir, dan kekeringan, sehingga berpotensi menurunkan produktivitas dan gagal panen. Pengaruh perubahan iklim yang permanen yaitu peningkatan permukaan air laut yang menyebabkan berkurangnya ketersediaan lahan untuk pertanian.

Untuk itu diperlukan sentuhan teknologi yang dapat mengatasi persoalan tersebut. Dalam konteks pertanian, teknologi yang dibutuhkan berbasis pada mahluk hidup. “Maka, sumber daya genetik (SDG) merupakan faktor esensial dalam merakit teknologi berbasis mahluk hidup,” ungkap Dr. Ir. Haryono, M.Sc, pada Kongres Ke-V Komisi Nasional Sumberdaya Genetik Pertanian, di Denpasar, Bali, 25 Juni 2014.

Indonesia memiliki potensi SDG yang melimpah dan keaneka ragaman hayati dengan sebaran kondisi geografis. Kondisi itu memungkinkan budidaya aneka jenis tanaman, ikan dan ternak asli daerah maupun komoditas introduksi dari daerah/kawasan lain merata sepanjang tahun.

Hal ini menjadi basis bagi upaya kita dalam mewujudkan kemandirian pangan, serta menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja baru dalam membangun kemandirian bangsa,” kata Haryono yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Menurut Haryono, berdasarkan sifatnya SDG dikelompokkan dalam dua jenis yaitu SDG bernilai ekonomi riil sehingga dapat langsung dikembangkan dan SDG yang memiliki nilai potensial sebagai sumber sifat untuk perbaikan tanaman. Nilai ekonomi dari SDG terus berubah dinamis seiring perubahan yang dicapai dari hasil penelitian dan pengembangan. Untuk itu, peningkatan nilai tambah SDG memegang peran penting dalam menjaga kelestarian SDG,” lanjutnya.

Haryono mencontohkan padi lokal varietas Seulawah di dataran tinggi Sumatera Utara. Di tempat asalnya, padi varietas ini tidak disukai petani karena sangat rentan terhadap OPT dan produktivitasnya rendah. Namun, varietas ini memiliki sifat tahan terhadap suhu dingin sehingga dikembangkan sebagai donor sifat tahan dingin pada padi di Jepang.

Oleh sebab itu, nilai ekonomi dari Sumber daya genetik untuk pangan dan pertanian (SDGPP), perlu diketahui sebagai dasar pengelolaan SDG untuk pertumbuhan ekonomi lokal/daerah. Komisi Nasional dan Komisi Daerah dapat bersama sama mempromosikan dan mensinergikan pihak-pihak terkait untuk mengkaji dan memetakan SDG agar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujar Haryono.

Dalam kondisi iklim yang terus berubah, eksistensi SDG sangat rawan dan langka, bahkan ada yang telah punah.  Adopsi teknologi dan ekspansi lahan usahatani untuk mencukupi kebutuhan pangan, di sisi lain mendesak ruang bagi keberadaan SDG lokal. Sementara itu, upaya konservasi SDG menuntut investasi finansial dan tenaga yang tinggi.

Oleh karenanya, pengembangan SDG lokal secara kreatif melalui model kawasan bisa mengurangi beban investasi yang tinggi. “Pengembangan model pemanfaatan langsung SDG lokal seperti Kawasan Rumah Pangan Lestari dapat mendorong varietas lokal berkembang. Begitu juga konservasi keanekaragaman hayati memiliki dampak multifungsi baik sebagai usaha konservasi, diversifikasi pangan, dan pembangunan ekonomi lokal,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut Haryono menyampaikan bahwa peningkatan minat dan kesadaran masyarakat serta pengambil kebijakan dalam pengelolaan SDG yang lestari menjadi tugas Komnas dan Komda. Manfaat SDG harus disosialisasikan kepada masyarakat. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pengarusutamaan SDG dalam program-program pembangunan nasional dan daerah, promosi SDG, serta peningkatan kemampuan masyarakat melalui lokakarya dan pelatihan.

Menurutnya, peningkatan nilai tambah SDG memerlukan sentuhan teknologi dan inovasi dari para peneliti Indonesia. Sehingga, potensi memperoleh keuntungan dari pemanfaatan nilai tambah SDG cukup terbuka. “Peningkatan perdagangan produk olahan dari 20% (2010) menjadi 50% (2014), meningkatkan surplus neraca perdagangan US$ 24,3 milyar (2010) menjadi US$ 54,5 milyar (2014),” kata Haryono.

Penggunaan bio-teknologi molekular terintegrasi dengan pemuliaan konvensional akan mempercepat visualisasi nilai potensial SDG lokal menjadi produk pertanian. Analisis genom membuka peluang bagi para peneliti untuk bekerja bersama dalam suatu planttform. Oleh karenanya, sinergi antara lembaga dan peneliti dalam menggarap SDG lokal perlu digalakan,” ujarnya.

Haryono berharap, SDG lokal yang sudah diketahui perlu didokumentasikan dalam suatu wadah yang dapat diakses oleh para pemangku kepentingan.  Dokumentasi tersebut harus mencakup informasi yang dihasilkan dari litbang yang menggunakan SDG lokal. Dokumentasi tersebut perlu dilengkapi dengan pengaturan yang memfasilitasi kepentingan pihak terkait sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Dalam konteks ini, Komnas dan Komda dapat bersama sama membangun suatu sistem database SDG lokal yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan nasional,” pungkas Haryono.

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author