Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan

Pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim. Cuaca yang tidak menentu membuat petani tak lagi mudah menentukan waktu untuk mengelola lahannya dengan tepat.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian Haryono mengatakan, perubahan iklim  merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat pemanasan global.

Hal tersebut disampaikan dalam diskusi publik teknologi pertanian “Ketahanan Pangan menghadapi perubahan iklim”, Rabu (1/5) di Ruang Auditorium Balitbang Pertanian. Diskusi ini diprakarsai oleh Masyarakat Penulis IPTEK (MAPIPTEK) dengan Badan Litbang Kementerian Pertanian.

“Teknologi diperlukan untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional, terlebih dalam menghadapi perubahan iklim saat ini. Teknologi menjadi elemen penting dalam memberikan dukungan terhadap pertanian”, tambahnya.

Pembicara lain, Deputi Bidang Bioteknologi dan Agroindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Listyani Wijayanti mengatakan, “Teknologi diperlukan untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional,”

Listyanti menuturkan, sejumlah inovasi teknologi telah diciptakan untuk mendukung ketahanan pangan menghadapi perubahan iklim.

Ditambahkannya, “Teknologi penginderaan jauh untuk pemetaan wilayah pertanian dan pengembangan konsorsia mikrob untuk meningkatkan produktivitas lahan masam”.

Dalam kaitan dengan penelitian dan pengembangan, antara lain berupa pengembangan benih ikan unggul, pengembangan slow release fertilizer, pengembangan bioagents untuk pertanian berkelanjutan, dan pengembangan pakan ternak berbasis potensi lokal.

“Pengembangan teknologi produksi Ikan Nila Salin unggul dilakukan, mengantisipasi dampak pemanasan global, yaitu meningkatnya kenaikan muka air laut yang menimbulkan peningkatan salinitas air tanah terutama di wilayah Pantura,” katanya.

Perubahan iklim dunia dapat memacu gagal panen, termasuk Indonesia sebagai negara penghasil panen. Akibatnya, potensi kekurangan stok pangan terus mengintai. Untuk itu Kementerian Pertanian juga mengembangkan produk rekayasa genetika yang mampu meningkatkan produktivitas melalui penemuan bibit unggul di komoditas pertanian.

“Beberapa peran teknologi dalam membantu sektor pertanian menghadapi perubahan iklim seperti menciptakan rekayasa sumberdaya genetik untuk menghasilkan bibit unggul, teknologi pengelolaan lahan dan air, biogas, bioenergi dan masih banyak lagi,” tambah Haryono.

Turut hadir menjadi pembicara adalah Kepala Bidang Bina Operasi Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) Budi Suhardi, dan Sekjen DPP Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia Riyono.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author