Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar Festival Garam Nasional dengan mentransformasi budaya lokal sebagai modal sosial di Pulau ‘Garam’ Madura, Jum’at (11/9). Festival ini digelar karena rendahnya harga garam nasional akibat maraknya garam impor telah menyurutkan semangat para petambak untuk memproduksi dan memasok garam untuk kepentingan nasional.
Festival diisi dengan pameran dari beberapa Kabupaten penghasil garam diantaranya Aceh Besar, Indramayu, Cirebon, Pati, Rembang, Tuban, Sampang Sumenep, Bima, Buleleng, Jeneponto dan Pamekasan.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti festival ini dilaksanakan untuk memberikan apresiasi kepada petambak garam di Indonesia. Selain ingin mengangkat pergaraman dan petambak untuk bangkit meraih kesejahteraan.
“Kegiatan ini juga mengajak para petambak bersama-sama memperbaiki sistem produksi yang lebih maju dEngan menghasilkan garam yang berkualitas dan berproduktivitas tinggi. Sehingga diharapkan dapat mendorong swasembada garam nasional dan daya saing di pasar internasional,” ungkap Susi saat Panen Raya Garam di Desa Majungan, Kabupaten Pamekasan.
Susi menuturkan, Indonesia dengan pantai terpanjang kedua di dunia, sudah sepatutnya menjadi produsen garam yang diperhitungkan. Faktanya, untuk memenuhi kebutuhan garam nasional pun masih mengandalkan impor dari negara lain.
Susi mencontohkan jumlah kebutuhan garam tahun 2014, baik untuk konsumsi dan industri sebanyak 3,6 juta ton. Sebesar 2,2 juta ton diantaranya merupakan garam impor. Tahun ini, pemerintah menargetkan pengurangan impor 50 persen. Berarti produksi garam nasional ditargetkan dapat memenuhi 1.000 ton kebutuhan garam industri.
“Produk garam kita memang perlu ditingkatkan, baik produktivitas dan kualitas. Salah satunya dengan teknologi geoisolator yang dapat meningkatkan produktivitas dari semula 60 ton/ha menjadi 100 ton /ha”, ungkapnya.
Beberapa target perbaikan kondisi garam rakyat dilakukan melalui program Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) tahun 2015. Diantaranya, menciptakan ketersediaan lahan garam sebanyak 30 ribu hektar, meningkatkan produksi garam nasional sebanyak 3,3 juta ton (meningkat dari tahun 2014 yang sebesar 2,5 juta ton), meningkatkan jumlah produksi garam sebanyak 60 persen, dan meningkatkan harga garam rakyat. Termasuk, penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta pola usaha yang berbasis klaster dan sistem pembiayaan yang lebih baik (resi gudang).
Sekretaris Jenderal KKP Sjarief Widjaja selaku Plt. Direktur Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mengatakan, “Indonesia memiliki sejarah dan budaya panjang sebagai penghasil garam. Karena itu Indonesia memiliki potensi mencapai swasembada garam nasional. Tinggal bagaimana kita sebagai pemerintah care terhadap para petambak dan bangsa kita ini”.
“Upaya tersebut tentunya harus diiringi semangat petambak untuk berproduksi secara baik dengan menerapkan teknologi yang mudah diimplementasikan, sebagai contoh Geomembran”, ujarnya.
Menurut Sjarief, program PUGAR telah berhasil menghasilkan produktivitas garam yang meningkat serta kualitas KP1 untuk memenuhi kebutuhan garam Industri. Program yang dimulai tahun 2011 itu terus melakukan upaya meningkatkan produksi dan kulitas garam rakyat.
Pada 2012 PUGAR telah berhasil mengantarkan Indonesia mewujudkan swasembada garam konsumsi nasional. Kemudian pada 2015, pemberdayaan petambak ditingkatkan menjadi Pengembangan Usaha Garam Rakyat untuk mencapai Swasembada Garam Industri yang diharapkan dapat terwujud.
“Dengan bantuan sarana dan prasarana produksi serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur diharapkan dapat memperbaiki proses produksi garam rakyat untuk menghasilkan garam yang bermutu”, pungkas Sjarief.