Berdasarkan hasil pengamatan dan kunjungan ke lokasi binaan di Subang dan Tegal, kehadiran Klinik Iptek Mina Bisnis (KimBis) diakui telah memberi manfaat dalam transfer teknologi dan meningkatkan produktivitas usaha kecil dan menengah (UKM) setempat.
Kehadiran KimBis di Blanakan, Subang, Jawa Barat, menurut Manajer Kimbis Lestari Syamsudin, telah membawa perubahan. Antara lain adanya proses transfer teknologi dan peningkatan produktivitas usaha UKM yang menjadi binaannya.
Syamsuddin menjelaskan bahwa sebelum KimBis, masyarakat nelayan dan peternak tambak di Blanakan, Subang, praktis hanya mengenal budidaya monokultur. Setelah KimBis hadir, ”kami mengetahui ada teknik budidaya polikultur yang baik dan menghasilkan,” ungkapnya.
Polikultur diakui terbukti bisa meningkatkan produktivitas usaha sekitar 30-40%. Dia memberi contoh, budidaya monokultur hanya menghasilkan sekitar 2 kuintal ikan bandeng. Sementara dengan polikultur, setiap hektar lahan tambah bisa menghasilkan 1,6 kuintal ikan bandeng, 50-70 kg udang windu, dan 15-20 ton rumput laut basah (setara 2 ton rumput laut kering).
Kabid Pelayanan Teknis Balai Besar Sosek Kelautan dan Perikanan (BBSEKP) Catur Pramono Adi menambahkan, yang terjadi bukan sekadar meningkatkan produktivitas, melainkan adalah adanya efisiensi penggunaan sumberdaya lahan.
Bayangkan, setiap satuan lahan yang awalnya hanya menghasilkan satu komoditas, dengan polikultur kini bisa menghasilkan multikomoditas. ”Yang dihasilkan tidak hanya bandeng, tetapi juga udang yang lebih mahal dan rumput laut.”
Secara ekologis, jelas Catur, polikultur juga menjadi ramah lingkungan. Ini dimungkinkan karena dalam polikultur terjadi simbiopsis mutualisme. Sisa makanan bandeng akan dimanfaatkan udang, udang menghasilkan antibiotik yang dapat dipakai untuk membasmi gulma. Sementara gulma sendiri jika dibiarkan akan mengganggu pertumbuhan rumput laut. Jika tidak ada udang, sisa-sisa pakan yang tidak habis dimakan bandeng akan menjadi biomasa beracun.
Bergulir sejak 2011, KimBis di Subang sudah membina enam komunitas nelayan dan petambak di Kecamatan Blanakan, kata Kartadina, Bagian Pengembangan Usaha KimBis Lestari. Mereka tersebar di tiga desa: Langensari, Tanjung Tiga dan Muara. Yang dibina tak hanya komunitas budidaya, tetapi juga komunitas pengolahan dan pengelolaan hutan mangrove.
Beberapa produk olahan yang dihasilkan komunitas Kimbis Lestari sudah masuk pasar modern di Subang dan kawasan Pantura Jawa Barat. Contohnya, Lapan Krispi. Sedang produk yang masih dalam pengembangan antara laian Onde-onde ikan umpet, Jus, Sirup dan Selai Mangrove.
Manfaat kehadiran KimBis juga dirasakan oleh komunitas di Tegalsari, Kota Tegal. Menurut Manajer KimBis Kota Tegal Muhammad Garin, sejak 2012 KimBis setempat telah melayani dan melakukan pembinaan terhadapo 20 kelompok pengolahan, 10 kelompok nelayan, dan 12 kelompok budidaya.
Salah satunya adalah Kelompok Pengolahan Sari Ulam. Kelompok ini dipimpin oleh mantan Nakhoda Budi, beranggota 8 kelaompok, mempekerjakan 25 karyawan. KimBis telah secara langsung dan tidak langsung ikut mengembangkan bisnis Ulam Sari dari kapasitas 10 kg per hari menjadi 4 ton per hari. Sudah ada 16 jenis produk olahan –mulai dari baso, empe-empe, ekado, lumpia, dan lain-lain– dengan merek Bukasari beredar. Tak hanya di pasar lokal, tetapi sudah merambah ke Jakarta, Palembang, dan beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Carefour, menurut Budi, sudah siap menerima produk Bukasari. Hanya saja dia belum bisa memenuhi karena kapasitas produksinya masih terbatas. Setelah berbentuk badan hukum Koperasi sejak tahun lau, dia optimis usahanya bisa lebih berkembang karena sudah dianggap bankable. Modal diakui Budi termasuk kendala yang selama ini menjadi pembatas pengembangan usaha Ulamsari.
Di antara yang bergerak di budidaya ikan lele adalah Kelompok Bias Assalam. Dipimpin Eka Muhadi, kelompok ini mengelola Kebun Pendidikan. Targetnya adalah menjadi tempat pendidikan ektra kulikuler siswa PAUD, SD dan SMP. Sudah menghasilkan 150 alumni, Bias Assalam kini sedang mendidik 760 siswa di Kota Tegal dengan kurikulum tentang bididaya dan pengolahan bidang perikanan (budidaya dan olahan ikan lele), peternakan (unggas) dan pertanian (sayuran).
Dalam lima tahun terakhir, menurut Catur, BBSEKP sudah menggulirkan 14 KimBis di Jawa, Sumatra, NTB dan Sulawesi. Ke-14 lokasi itu adalah: Subang, Indramayu, Pacitan, Lamongan, Tegal, Brebes, Banda Aceh, Gunung Kidul, Pinrang, Wonogiri, Sukabumi, Lombok Timur, Pati, dan Takalar, Sulsel. Selain tranfer teknologi, pelatihan dan pengembangan jaringan, menurutnya aktivitas KimBis diharapkan juga bisa menguatkan aspek kelembagaannya dalam membina komunitas-komunitas terkait.