Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sains, teknologi, riset dan inovasi sangat diperlukan agar Indonesia bisa meloncat menjadi negara maju seperti Jepang, China dan Korea. Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan sumber daya alam (SDA), tetapi harus memberi nilai tambah pada SDA tersebut melalui riset dan inovasi.
“Kalau kita bisa memberi nilai tambah pada sumber daya alam, kita akan menjadi negara maju. Value added itu memerlukan sains, teknologi, riset dan inovasi,” kata Indroyono Soesilo saat menjadi pembicara utama dalam Seminar Hasil Riset Bioteknologi Kelautan dan Perikanan pada hari Selasa (3/12/2019) di Aula Sumpeno Putro, Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan (BBRP2BKP) Slipi – Jakarta Pusat.
Pada seminar tersebut, Indroyono mendorong agar hasil-hasil riset Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDMKP) bisa dihilirisasi sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indroyono yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) periode 2001-2008 tersebut menilai hasil-hasil riset BRSDM sudah layak untuk diproduksi massal oleh mitra industri.
Indroyono memberi contoh sederhana yang dilakukan Badan Litbang Pertanian dalam menghilirisasi hasil riset dengan mengandeng mitra industri. Perusahaan tersebut kemudian memasukkan produk atas nama perusahaan tersebut ke dalam e-katalog milik Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Ketika masuk e-katalog, lanjutnya, kementerian/lembaga atau pemerintah daerah yang membutuhkan produk tersebut bisa langsung memesannya dengan harga yang telah ditentukan. Keuntungan dari hasil penjualan bisa bagikan ke perusahaan, peneliti dan lembaga litbang sesuai aturan yang berlaku.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BBRP2BKP Hari Eko Irianto mengatakan bahwa pelaksanaan Seminar Hasil Riset Bioteknologi Kelautan dan Perikanan bertujuan menyampaikan hasil-hasil penelitian riset terbaru dari peneliti-peneliti di BRSDM. Dalam kegiatan ini juga dipamerkan produk hasil riset BRSDMKP yang sudah diterapkan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM).
“Melalui seminar ini kita ingin teman-teman peneliti menyampaikan hasil penelitiannya. Kedua, kita harapkan ada yang menyampaikan ide-ide penelitian yang perlu dieksplorasi lebih lanjut, sampai nanti hasil akhirnya harus dihilirisasi,” terangnya.
Untuk mempercepat proses hilirisasi hasil riset, pihaknya berencana membuat semacam Balai Alih Teknologi yang bertugas mengurus paten, hak kekayaan intelektual (HKI) hingga mencari mitra industri.
Pada seminar tersebut dilaksanakan penandatanganan perjanjian kerjasama antara BBRP2BKP dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan terkait pengembangan desa inovasi “Kampung Patin”.
Di Kampung Patin tersebut, nantinya akan dilaksanakan penerapan teknologi pengolahan patin dari daging fillet hingga produk-produk olahan lainnya. “Kita harapkan lokasi tersebut bukan hanya tempat pengolahan tetapi juga tempat wisata. Selain budidaya patin, nanti kita buatkan akuarium-akuarium agar anak-anak kecil tertarik. Selain itu ada museum tentang ikan patin, wisata kuliner dan lain sebagainya,” terang Hari Eko.
Selain Indroyono Soesilo, seminar menghadirkan Chang Cheng-Ming dari National Taiwan Ocean University sebagai pembicara utama kedua yang memaparkan presentasi Strengthening Research Capacity and competitiveness towards industri 4.0. Seminar juga menampilkan pemakalah utama Dwiyitno dari BBRP2BKP yang memaparkan tentang Inovasi Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Menuju Era Industri 4.0.
Pada kesempatan tersebut dilaksanakan peresmian dan peluncuran buku dan aplikasi Inamarine Inventori Bahan Alam Laut Indonesia. Serta, pameran produk olahan ikan dan rumput laut oleh UKM binaan BBRP2BKP.