Peningkatan Produktivitas Padi Spesifik Lokal Atasi Permasalahan Kekeringan

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia sedang mengalami El Nino yang memicu banyak hal termasuk kekeringan. Gejala alam ini berdampak pada sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, baik berpengaruh terhadap ke pola tanam, waktu tanam dan waktu produksi, dan kualitas hasil. Bahkan, jika berkepanjangan bisa mengalami gagal tanam atau panen.

Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Puji Lestari menjelaskan hal tersebut dalam Webinar Pusat Riset Tanaman Pangan Teras-TP#7 bertema ‘Inovasi Peningkatan Produktivitas Padi Spesifik Lokal’, pada Selasa (27/6/2023).

“Untuk menangkal penurunan hasil akibat El Nino, diperlukan teknologi spesifik lokasi didasarkan kearifan lokal sehingga dapat menekan risiko perubahan iklim khususnya El Nino,” terang Puji.

Pada webinar tersebut, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Tanaman Pangan Nana Sutrisna menyampaikan paparan tentang Inovasi Teknologi Padi Sawah Tadah Hujan Sementara dengan topik “Inovasi Teknologi Budidaya Padi Sawah Tadah Hujan.”

Menurutnya sawah tadah hujan merupakan lumbung kedua setelah lahan irigasi, menjadi harapan karena sawah irigasi banyak dialih fungsikan. Permasalahan sawah tadah hujan adalah sistem pengairannya yang sangat bergantung pada hujan, sehingga pola tanam hanya padi-padi, padi palawija dan padi bera.

Hampir 50% produksi padi di Asia merupakan sawah tadah hujan. “Pendekatan yang dilakukan adalah dengan meningkatkan luas panen dan meningkatkan produktivitas. Sedangkan strategi yang dilakukan adalah meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dan teknologi budidaya dengan ketersediaan air yang cukup,” jelas Nana.

Kunci dari teknologi tersebut adalah bagaimana mengkondisikan aerob yang terkendali dan berbasis organik dengan PATBO SUPER. PATBO SUPER merupakan hasil pengkajian di Kementerian Pertanian, dengan cara merakit dan menyempurnakan teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Bahan Organik (IPAT-BO) dengan menggunakan alat mesin pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan Indeks Pertanaman (IP).

Cara melakukan perbaikan teknologi pada lahan sawah tadah hujan yaitu dengan pengaturan irigasi (aerob terkendali), pemberian bahan organik dengan memanfaatkan jerami padi hasil panen sebelumnya, pemberian pupuk hayati, penggunaan vaietas spesifik lokasi, modifikasi jarak tanam, dan pemberian pupuk anorganik sebagai sumber unsur hara makro dan mikro sesuai kebutuhan tanaman.

“PATBO SUPER sangat tepat dilakukan di sawah tadah hujan, bisa menghemat penggunaan pupuk, meningkatkan mutu produktivitas lebih dari 30%, meningkatkan efisiensi penggunaan air lebih dari 50%, meningkatkan IP hingga 300, secara finansial menguntungkan. Permasalahannya adalah penerapan teknologi PATBO menurun hingga sekarang dan komponen teknologi yang diterapkan tidak utuh, sehingga perlu pengkajian lebih lanjut,” tutup Nana.

Teknologi Budidaya Terintegrasi Perbenihan

Sedangkan Syafruddin, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Tanaman Pangan – ORPP BRIN, membahas “Teknologi Budidaya Terintegrasi Perbenihan Melipat Gandakan Produktivitas Padi Sawah Spesifik Lokasi.”

Dirinya menjelaskan, untuk mencapai ketersediaan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan produktivitas dan mendapatkan kualitas dan kontinuitas dengan menggunakan teknologi dan inovasi.

Ditambah lagi dengan adanya permasalahan produksi pangan diantaranya pelandaian produktivitas, konversi lahan sawah ke non pertanian, perubahan iklim, rendahnya efisiensi penggunaan pupuk, banyaknya irigasi yang mengalami kerusakan dan sebagainya.

“Dalam dua tahun ini kami mengkaji paket teknologi budidaya yang dihasilkan oleh Kementerian Pertanian, JARWO SUPER, yaitu merupakan teknologi budidaya mengintegrasikan antara pengelolaan lingkungan terutama perbaikan biologi dan kimia tanah, pengunaan varietas unggul baru dan benih bermutu dan bagaimana penggunaan alsintan lebih dioptimalkan,” ujar Syafruddin.

Keuntungan JARWO SUPER adalah efek tanaman pinggir (fotosintesis meningkat), populasi tanaman meningkat melalui sisipan, memudahkan pemeliharaan (pemupukan, penyiangan dan pengendalian OPT), produktivitas tanaman meningkat antara 20-40%, dapat disinergikan dengan sistem mina padi atau ternak itik.

“Prinsip sistem Tanam Jarwo adalah terdapat lorong panjang bebas tanaman, barisan tanaman yang dihilangkan disisipkan kedalam sisi barisan terdekat, sisi barisan yang lain disisipkan tanaman. Aplikasi pupuk organik padat secara insitu dengan menggunakan biodekomposer (mikroba perombak bahan organik Mdec, EM4, Promi, Mol),” jelasnya.

Tahapan budidaya JARWO SUPER adalah penyiapan lahan dengan optimasi milik sendiri dan optimasi brigade alsin, pesemaian sistem dapok dengan sistem basah dan sistem kering, penanaman menggunakan mesin tanam Indo Jarwo 2:1, pemupukan dilakukan secara sebar merata pada permukaan lahan setelah tanam, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author