Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla bersama Menristekdikti dan Kepala BATAN di sela-sela acara peresmian Iradiator Gamma Merah Putih di Puspiptek, Serpong, Rabu (15/11/2017). Foto Tulus Kemenristekdikti.
Technology-Indonesia.com – Wakil Presiden (Wapres) RI Jusuf Kalla meresmikan Iradiator Gamma Merah Putih (IGMP) di Puspiptek, Serpong, Rabu (15/11/2017). Fasilitas pengawet makanan menggunakan teknologi nuklir ini didesain, dibangun, dan dioperasikan oleh anak-anak negeri.
Saat peresmian, Wapres Jusuf Kalla didampingi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, Kepala Batan Djarot Sulistio Wisnubroto, dan Walikota Tangerang Selatan Airin. Dalam kesempatan tersebut, Wapres juga meresmikan Laboratorium Radioisotop dan Radiofarmaka di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) Batan.
Wapres mengatakan IGMP merupakan sebuah prestasi yang membanggakan, ditengah-tengah penerimaan masyarakat atas pemanfaatan nuklir untuk energi yang masih perlu terus ditingkatkan. Ia berharap iradiator ini dapat memberikan sumbangsih baik bagi bangsa Indonesia maupun negara lain.
“Ini adalah contoh pemanfaatan teknologi nuklir untuk damai. Bagaimana meningkatkan hasil pertanian dimana lahan berkurang. Teknologi ini adalah solusi untuk menghasilkan bibit yang baik,” ujar Wapres.
Ia menginginkan agar teknologi nuklir dapat membantu permasalahan komiditas pangan di Indonesia. Sebagai negara agraris maritim, Indonesia memiliki potensi keanekaragaman produk pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang sangat melimpah. Dengan kondisi iklim tropis, sebagian besar produk kerapkali cepat matang, mudah busuk atau rusak, dikarenakan sistem transportasi nasional yang belum memadai.
Pada kesempatan itu, Menristekdikti memaparkan Indonesia masih memiliki keterbatasan anggaran belanja untuk riset dan pengembangan. Indonesia baru mengalokasikan 0,25% per GDP atau sekitar 30,8 Trilyun rupiah. Anggaran itu masih didominasi oleh APBN pemerintah sebesar 84%. Sementara, peran swasta atau industri masih 16%.
Jumlah peneliti Indonesia baru berkisar 1.071 peneliti per satu juta penduduk. Negara maju seperti Korea sudah mempunyai belanja R&D 4,2% per GDP, dan memiliki 8.000 peneliti per satu juta penduduk.
Ditengah-tengah kondisi tersebut, Menristekdikti mengapresiasi sebagian peneliti yang masih mampu menunjukkan prestasinya. Menristekdikti juga mengapresiasi capaian publikasi internasional terindeks global pada pertengahan tahun ini telah mampu melewati capaian Thailand. Selama 20 tahun lebih Indonesia selalu berada dibawah Thailand, Singapura dan Malaysia.
Tak hanya itu, Menristekdikti menyebutkan beberapa inovasi telah dihasilkan oleh para peneliti Indonesia. Misalnya, temuan bibit padi SIDENUK oleh Batan, bibit kedelai hitam Malika oleh UGM, Motor Listrik GESITS oleh ITS, metode percepatan penggemukan sapi secara genetik oleh LIPI, pengembangan kapal datar oleh UI, dan pengembangan N219 oleh Lapan.
Nasir berharap IGMP dan Laboratorium Radioisotop dan radiofarmaka dapat menjadi tonggak dimulainya kebangkitan teknologi nasional dan dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya untuk kepentingan masyarakat.
Sementara itu, Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan peresmian fasilitas ini memiliki makna bahwa Batan sudah memasuki tahap penguasaan pemanfaatan teknologi nuklir di bidang pangan dan kesehatan dengan lengkap. Di bidang pertanian, Batan sudah menghasilkan 22 varietas padi yang telah dimanfaatkan di lahan seluas 4 juta hektar di Indonesia.
Penguasaan tersebut dilanjutkan dengan pengolahan bahan pangan pasca panen termasuk pengawetan makanan. Di bidang kesehatan, produk radioisotop dan radiofarmaka sudah mulai diedarkan dan dikomersialisasikan oleh PT. Kimia Farma.
“Tantangannya adalah, iradiator bisa segera dibangun di daerah yang membutuhkan. Untuk radioisotop radiofarmaka, bisa diproduksi dalam skala lebih besar lagi. Kita harapkan makin banyak rumah sakit memanfaatkan produk ini,” ujarnya.
Djarot berharap, ke depan, Batan melalui teknologi nuklirnya dapat lebih dikenal oleh masyarakat seriring makin banyaknya produk perekayasaan. Dimulai dari membangun fasilitas iradiator, dilanjutkan penguasaan perekayasaan portal monitor untuk deteksi radiasi. Bahkan kelak, desain dari reaktor nuklir dapat dikuasai.
Iradiator Gamma dinamakan Merah Putih karena merupakan hasil karya anak bangsa dengan kandungan lokal lebih dari 84 persen. Fasilitas yang menelan dana 110 miliar ini dapat dijadikan contoh bagi daerah-daerah lain di Indonesia bila kelak akan membangun fasilitas serupa. Terutama di dekat pelabuhan yang menjadi pintu lalu lintas distribusi komoditas.
Fungsi iradiator sebagai fasilitas pengawetan bahan makanan, obat, kosmetik, dan sterilisasi alat kesehatan. Dengan menggunakan iradiator, bakteri pembusuk pada bahan makanan akan mati sehingga memperpanjang masa penyimpanan. IGMP didesain dengan kapasitas 2 megacurie yang mampu melakukan radiasi produk hingga 123 meter kubik per hari.
Sedangkan laboratorium radioisotop dan radiofarmaka merupakan fasilitas yang digunakan untuk kegiatan pengembangan dan pendayagunaan radioisotop dan radiofarmaka. Saat ini, BATAN sudah menghasilkan lima produk litbang untuk diagnostik dan terapi. Produk ini telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat luas.
Laboratorium telah mendapat izin operasi dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Dengan izin ini, lingkup kegiatan dan kapasitas produksi radioisotop dan radiofarma dapat lebih ditingkatkan sehingga masyarakat luas dapat lebih merasakan manfaatnya.