Jakarta,Technology-Indonesia.com – Pakar teknologi biokomposit Universitas Gadjah Mada (UGM), Ragil Widyorini berhasil mengolah kotoran gajah yang menjijikkan dan bau menjadi papan komposit. Selain ramah lingkungan, papan komposit dari kotoran gajah kualitasnya tak kalah dengan papan komposit pabrikan.
Dosen Departemen Teknologi Hasil Hutan Fakultas Kehutanan UGM ini memanfaatkan kotoran gajah yang selama ini kurang dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah menjadi sesuatu yang lebih bernilai dan berguna. Kotoran gajah banyak mengandung serat dan bisa didaur ulang menjadi papan komposit.
Ragil mengungkapkan ide awal pembuatan papan komposit ini bermula dari curhatan alumni UGM Agus Sudibyo Jati yang bekerja di Taman Safari Pasuruan. Agus mengeluh kesulitan mengelola limbah kotoran gajah yang jumlah cukup banyak. Meskipun sebagian dimanfaatkan sebagai pupuk dan berpotensi diolah menjadi kertas, tetapi kotoran gajah masih menggunung.
“Dari situ saya berusaha memanfaatkan kotoran gajah menjadi sesuatu yang bernilai guna yaitu sebagai bahan baku papan komposit,” ungkap Ragil dalam siaran pers yang diterima Technology-Indonesia.com pada Rabu (28/3/2018).
Gajah di Taman Safari Pasuruan diberi makanan utama rumput gajah yang banyak mengandung selulosa. Gajah hanya bisa mencerna sekitar 30-45%. Sekitar 55-70% makanan berserat tidak tercerna. Karenanya diduga kotoran gajah potensial untuk pembuatan papan komposit. Pada sejumlah penelitian terdahulu, rumput gajah banyak dicoba untuk pembuatan papan komposit.
Ragil menerangkan, untuk mendapatkan papan komposit serat kotoran gajah dibutuhkan beberapa tahapan. Langkah awal membersihkan kotoran gajah memakai air mengalir dan menjemurnya hingga kering untuk menghindari tumbuhnya jamur.
Selanjutnya, kotoran dicampur perekat dan dioven dalam suhu 80 derajat Celcius selama beberapa jam untuk mengurangi kadar air. Hasil ovenan kotoran dicetak dan dikempa panas dengan suhu 180 – 200 derajat Celius selama 10 menit.
“Saat ini kami membuat papan komposit serat kotoran gajah dalam bentuk display berukuran 25×25 cm dengan ketebalan 1 cm,” terangnya.
Untuk pembuatan papan komposit dengan ukuran tersebut membutuhkan 500 gram bahan yang terdiri dari sekitar 400 gram kotoran gajah dan 100 gram perekat dari berat kering partikel.
“Misalnya ingin membuat papan komposit ukuran 1×1 meter dengan tebal 1 cm dan kerapatan 0,8 g/cm3 dibutuhkan sekitar 7 kg kotoran gajah,” terangnya.
Gajah dalam sehari bisa menghasilkan kotoran hingga sekitar 100 Kg. Jumlah tersebut sangat berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan papan komposit. Tiap hari, kotoran 1 ekor gajah dapat menghasilkan sekitar 6-7 papan komposit 1 x 1 meter setiap harinya.
Dalam pembuatan papan komposit ini Ragil menggunakan perekat berbasis asam sitrat yang dikembangkan oleh Fakultas Kehutanan UGM bersama dengan Universitas Kyoto. Penggunaan perekat tersebut terbukti mampu menghasilkan produk yang lebih berkualitas. Biasanya, produksi papan komposit menggunakan perekat urea formaldehida.
Setelah melalui serangkaian penelitian untuk memperoleh formula yang tepat dan uji coba sejak 2014 akhirnya dihasilkan papan komposit yang sesuai standar. Hasil uji lengkung, uji tarik, uji lengkung basah, dan uji rendam menunjukkan papan komposit ini memiliki kualitas diatas standar yang ditentukan Japanese Industrial.
Papan komposit dari kotoran gajah ini tidak hanya ramah lingkungan dan berkualitas bagus. Produk ini diharapkan dapat menjadi pilihan alternatif pengganti papan pabrikan. “Papan komposit serat kotoran gajah ini bisa dibuat untuk furnitur dan dinding pembatas rumah,” pungkasnya.