Jakarta, Technology-Indonesia.com – Benih merupakan tunas harapan dan pertaruhan nasib untuk petani. Benih yang sehat dan bermutu menjadi tumpuan harapan untuk berproduksi baik pada saat panen nanti. Menjaga mutu benih menjadi tantangan untuk para produsen benih, terutama di tengah berlangsungnya pandemi Covid-19. Tingkat pemahaman masyarakat yang beragam terkadang berimbas pada kekhawatiran yang tidak berdasar, salah satunya korelasi antara pandemi dan kesehatan serta keamanan benih padi.
Benih merupakan cikal bakal tanaman itu akan tumbuh agar bisa menghasilkan/berproduksi. Benih padi berbentuk bulir gabah yang dihasilkan dengan cara khusus. Tujuannya untuk disemai atau ditabur agar tumbuh menjadi tanaman dan dapat menghasilkan untuk dipanen.
Benih diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas dapat dipelihara, memenuhi standar mutu benih yang ditetapkan serta melalui proses sertifikasi sebagai benih bermutu oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Sebagai salah satu penghasil benih padi, Unit Pengelola Benih Sumber (UPBS) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) terus menjaga standar mutu benih yang dihasilkan. Peneliti Pemulia Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Aris Hairmansis yang juga Manager UPBS BB Padi mengatakan bahwa benih padi yang dihasilkan aman, bebas dari penyakit terbawa benih. Benih tersebut juga bebas dari mikroorganisme yang membahayakan manusia seperti virus penyebab Covid-19.
Pihaknya memastikan mutu dan keamanan produk benih yang mereka hasilkan. “Sebab UPBS BB Padi menerapkan protokol yang dianjurkan pemerintah. Karyawan yang bekerja diwajibkan menggunakan masker dan hand sanitizer, ada pula pembatasan akses ke area produksi, dan menerapkan physical distancing di seluruh area dan fasilitas produksi,” ujarnya.
Dikutip dari infografis yang diunggah dalam akun Instagram resminya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa (European CDC) menyarankan karantina tiga hari untuk memastikan sanitasi produk. Berkaitan dengan itu, Aris menjelaskan bahwa benih UPBS BB Padi memberlakukan karantina produk dalam jangka waktu tertentu (selama satu minggu bahkan lebih), hampir tiga kali lipat dari anjuran otoritas kesehatan dunia.
Adanya anggapan bahwa benih padi menularkan virus penyebab Covid-19 tidak beralasan karena penyakit ini penularannya antar manusia. Namun jika melansir dari pemberitaan WHO dan pemberitaan beberapa sumber, virus menempel pada benda hanya akan bertahan 72 jam pada permukaan plastik dan besi baja, empat jam pada tembaga, dan 24 jam pada kardus.
Proses untuk mendapatkan benih juga tidak instan, ada tahapan-tahapan yang perlu dilalui hingga memastikan bahwa suatu benih itu sehat dan layak tanam. Pada tahap proses penjemuran hingga pengemasan telah dilakukan sesuai SOP dari Unit Pengelola Benih Sumber BB Padi yang ada.
“Sebelum proses pengemasan, dilakukan penjemuran menggunakan mesin pengering maupun matahari, dilakukan lebih dari tiga hari. Kemudian processing hingga packing, sebagian besar menggunakan alat sehingga minim kontak dengan manusia,” jelas Aris.
Dalam situasi seperti saat ini (PSBB dan jaga jarak) untuk pemesanan benih, Aris menyarankan untuk memesan melalui sistem transaksi online, tidak perlu datang langsung ke BBPadi. “Kami siap melayani konsumen setiap saat,” pungkasnya. (BB Padi/Suharna)