Tertarik Kembangkan Taramba, Bupati Sabu Raijua Kunjungi BPTP NTT

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Popularitas Lamtoro Taramba atau sering disebut Taramba saja telah merambah ke mana-mana. Jenis tanaman lamtoro yang berasal dari Australia ini memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan wilayah kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT). Taramba mampu memproduksi hijauan pada musim kering serta tahan hama kutu loncat.

Popularitas Taramba menarik perhatian Bupati Sabu Raijua, Nikodemus Rihi Heke hingga mendatangi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT pada Senin (24/9/2018). Dalam diskusi santai mengenai Taramba, rombongan Bupati Sabu Rijua diterima Plh. Kepala BPTP NTT, Djemy Banoet beserta para peneliti, diantaranya Tony Basuki, Jacob Nulik, Evert Hosang, Sophia Ratnawati, dan Debora Kanahau.

Rihi Heke menyampaikan bahwa sebetulnya sudah lama telah merencanakan untuk mengunjungi BPTP NTT. “Sebetulnya saya pernah mendapat benih Taramba dari BPTP dalam jumlah yang terbatas. Kami langsung ke BPTP untuk melihat lebih dekat mengenai komoditas ini, karena masih penasaran,” ungkapnya.

Setelah berdiskusi bersama para peneliti, Bupati Sabu Raijua menyempatkan melihat aktivitas teknis di kebun BPTP NTT. Obyek yang dilihat adalah proses pemanenan benih jagung Provit-A, peternakan ayam KUB (Kampung Unggul Badanlitbang), UPBS benih jagung, padi dan kacang hijau, percobaan pakan rumput gajah, hamparan produksi benih jagung komposit, serta perbenihan jeruk keprok SoE.

Penasaran dengan pertanaman Taramba, rombongan bupati mengunjungi hamparan 300 hektar Taramba binaan BPTP NTT di Desa Camplong 2 yang berjarak 15 km dari kantor BPTP NTT.

Dalam kunjungan ke lapangan, rombongan bertemu Kelompok Tani Setetes Madu. Ketua Kelompok Tani, Dermin menjelaskan sejarah dan pengembangan Taramba di wilayah kering kerontang. Rihi Heke menyimpulkan perubahan luar biasa ini karena kelompok tani telah dimodali semangat juang luar biasa yang ada dalam anggotanya.

Bupati juga kagum dengan informasi tambahan dari kelompok tani bahwa mereka tidak hanya memanen hijauan dan mengembangkan ternak, tetapi juga telah mendapat uang ratusan juta hasil penjualan benih. Hingga saat ini telah terjual 2800 kg dengan harga 50 ribu/kg.

Rihi Heke menyampaikan bahwa Sabu Raijua ke depan wajib mengembangkan komoditas ini. Ia meminta BPTP NTT ikut mengawal pengembangannya.

Peneliti BPTP NTT, Debora Kanahau mengungkapkan Taramba merupakan jenis tanaman Lamtoro dari Australia yang memiliki daya adaptasi tinggi dengan wilayah kering NTT. Keunggulannya mampu memproduksi hijauan pada musim kering serta tahan hama kutu loncat.

BPTP NTT memulai mengintrodusir komoditas ini dan telah berkembang luas tidak saja di NTT tetapi di daerah Indonesia lainnya. Ini terbukti dari hasil penjualan benihnya telah mencapai 4,8 ton, ungkap Kanahau.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author