Bogor, Technology-Indonesia.com – Permasalahan pengembangan tanaman padi selama ini antara lain keterbatasan tenaga kerja, harga sarana produksi semakin mahal, lahan sawah berkurang, dan ketersediaan air semakin terbatas.
Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan penerapan teknologi budidaya padi tanam benih langsung (Tabela) Super. Teknologi ini mampu meningkatkan produktivitas, biaya produksi rendah, hemat penggunaan air dan umur panen lebih cepat sehingga meningkatkan pendapatan petani secara signifikan.
“Teknologi ini secara teknis dan sosial ekonomi sangat cocok untuk diterapkan pada daerah dengan tenaga kerja yang terbatas serta mahal, serta kawasan yang kepemilikan lahan usaha tani yang luas,” ujar Prof. Dr. Ir. Sahardi, MS dalam Orasi Pengukuhan Profesor Riset di Auditorium Ir. Sadikin Sumintawikarta, Kampus Penelitian Pertanian Balitbangtan, Cimanggu, Bogor, Senin (9/4/2018).
Tabela Super merupakan cara tanam padi tanpa melalui persemaian maupun pemindahan bibit, benih langsung ditabur pada lahan sawah yang telah diolah dengan baik. Untuk memperoleh hasil yang optimal, Tabela Super didukung pertanian modern seperti varietas unggul baru potensi hasil tinggi, pemupukan berimbang, pupuk hayati, biodekomposer, pengelolaan air, serta pengendalian OPT (Organisme Penganggu tanaman) secara terpadu sehingga daya adaptasi bibit tanaman lebih baik dan pertumbuhan awal akar lebih cepat.
Tabela Super Jajar Legowo merupakan Tabela yang penanamannya menggunakan Atabela (alat tanam benih langsung) dengan sistem tanam Jajar Legowo. Populasi tanaman dapat diatur dengan cara penerapan legowo 2:1 atau 4:1. Atabela yang digunakan telah dimodifikasi lubang alur benihnya dari diameter lubang 1 cm menjadi 0,5 cm. Tabela Super Jajar Legowo bisa menghemat benih 25-35 kg/hektar.
Sahardi mengungkapkan keunggulan sistem tanam Tabela Super antara lain umur panen lebih cepat 10 – 15 hari, penanaman mudah dan praktis, hemat biaya, hemat tenaga, dan hemat benih. Benih yang digunakan hanya 25 – 35 kg/ha. Tabela Super juga lebih efisien sehingga biaya produksi lebih murah dan keuntungan petani pun lebih besar.
Menurut Sahardi, Tabela Super Jajar Legowo telah mengatasi kekurangan Tabela lain, lebih unggul dari budidaya tanaman padi tradisional (Tapin), serta dapat diterapkan di berbagai tipe lahan. Respon petani terhadap teknologi ini sangat positif terutama di Sulawesi Selatan seperti Kabupaten Bone, Wajo, Sidrap, Pinrang, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur.
“Budidaya padi secara tradisional membutuhkan tenaga kerja tanam 10-15 orang dengan waktu 6-7 jam/hektar. Pelaksanaannya sangat berat dengan biaya yang mahal,” kata Sahardi yang pernah menjabat sebagai Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan.
Hasil ujicoba Tabela Super Jarwo Super di Sulawesi Selatan menunjukkan beberapa keunggulan, produktivitasnya meningkat 46,7% dibanding cara tradisional (Tapin), biaya produksi gabah kering panen (GKP/Kg) lebih rendah 52,3%, dan pendapatan petani meningkat hingga 76,6%.
Teknologi Tabela Super tidak hanya bisa diterapkan pada lahan sawah irigasi, tetapi juga lahan sawah tadah hujan, pasang surut, dan rawa lebak. Tabela juga berpotensi dikembangkan di lahan kering (padi gogo), baik dalam budidaya monokultur maupun tumpangsari.
Sahardi mengungkapkan, tantangan utama pengembangan teknologi Tabela Super antara lain invasi dan pertumbuhan gulma yang sangat cepat pada fase pertumbuhan awal tanaman padi, kemampuan petani dalam pengadaan mesin tanam, serta tidak adanya sarana produksi yang memadai seperti formula pupuk lepas lambat, herbisida, dan pestisida selektif. Penerapan Tabela jenuh air juga lebih rentan terhadap gangguan hama khususnya tikus, keong mas, dan burung pipit.
Semua tantangan tersebut, lanjutnya, harus diatasi dengan berbagai penelitian seperti perakitan varietas unggul baru potensi hasil tinggi yang sesuai dengan berbagai ekosistem pengembangan Tabela seperti sawah irigasi, sawah tadah hujan, sawah rawa lebak, dan sawah pasang surut.
Sahardi berharap teknologi ini menjadi opsi sistem budidaya tanaman padi untuk mendukung swasembada pangan. Penerapan teknologi Tabela perlu dukungan kebijakan pemerintah pusat dan daerah berupa regulasi, sumberdaya, peningkatan kapasitas SDM, dan lain-lain.