Reaktor Nuklir Kartini Genap Berusia 44 Tahun

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Reaktor Nuklir Kartini di Yogyakarta kini genap berusia 44 tahun. Reaktor ini dibangun pada 1974, namun baru diresmikan pada 1 Maret 1979 oleh Presiden Soeharto.

Reaktor nuklir ini bernama RA Kartini atau Reaktor Atom Kartini. Kartini merupakan akronim dari Karya Teknisi Indonesia, sebab reaktor ini murni buatan putra-putri terbaik bangsa pada 1979. Pemberian nama Kartini terinspirasi dari karya Habis Gelap Terbitlah Terang.

Melansir dari laman brin.go.id, Reaktor Nuklir Kartini bermanfaat untuk riset dan dunia pendidikan. Di awal kelahirannya, Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadikannya sebagai laboratorium untuk jurusan Fisika MIPA.

Pada 1979, jurusan Teknik Nuklir UGM lahir. Sejak saat itu penggunaan reaktor ini bertambah untuk pendidikan. Selain itu, reaktor ini juga mendukung riset yang dikelola oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di masa itu.

Koordinator Pelaksana Fungsi Reaktor Kartini BRIN, Umar Sahiful Hidayat menjelaskan, seiring berkembangnya waktu, pada tiga tahun terakhir ini lebih dari 90% pemanfaatan utama Reaktor Nuklir Kartini adalah untuk pendidikan. Reaktor Kartini melayani praktikum untuk berbagai perguruan tinggi.

“Dahulu antara riset dan pendidikan masih 50:50, sedangkan data tahun 2022 menunjukkan bahwa 93% untuk pendidikan, sisanya untuk riset. Tahun 2021, 70% pendidikan 30% riset. Jadi semakin ke sini dari sisi penggunaan untuk dunia pendidikan semakin meningkat,” jelas Umar.

Keamanan Fasilitas

Reaktor Nuklir Kartini berada di Kawasan Sains dan Edukasi Achmad Baiquni Babarsari, Yogyakarta. Wilayah ini berkembang menjadi kawasan padat penduduk jika dibandingkan dengan awal keberadaannya di tahun 1979 silam.

Untuk itu, pengelola selalu mensosalisasikan keberadaan Reaktor Nuklir Kartini dengan harapan tidak terjadi kecelakaan sekecil apapun. “Kami memberi jawaban keamanan dengan bukti,” terang Umar.

Dari sisi radiasi, maka radiasi Reaktor Nuklir Kartini ini ketika beroperasi jauh lebih kecil dibandingkan saat melakukan rontgen. Rontgen sendiri menggunakan radiasi elektromagnetik yang sama dengan Reaktor Nuklir Kartini. Pengelola terus melaksanakan optimasi, justifikasi, dan limitasi untuk membuktikan keamanan.

Mitigasi Bencana

Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang rawan dengan bencana alam, salah satunya adalah gempa. Karena, mitigasi bencana di Reaktor Nuklir Kartini menjadi sangat penting untuk diperhatikan.

Umar menjelaskan, bangunan reaktor sudah didesain untuk tahan gempa. Sejak Reaktor Nuklir Kartini berdiri, gempa yang paling terasa di fasilitas ini adalah gempa yang melanda DIY pada tahun 2006. Saat gempa 2006 terjadi, di dalam Reaktor Nuklir Kartini hanya merasakan ukuran kegempaan sebesar 0,15 Gravity (G).

Pascagempa besar 2006, pengelola Reaktor Nuklir Kartini kemudian melakukan evaluasi. Tahun 2007 konstruksi Reaktor Nuklir Kartini langsung diperkuat menjadi tahan gempa hingga ukuran 0,5 G. Tahun 2015 lebih diperkuat menjadi 0,3 G. Mereka telah melakukan antisipasi sejak awal dibangun dan diperkuat lagi untuk lebih tahan kegempaan.

Dari sisi kesiapan SDM dalam mitigasi bencana, sudah menjadi sebuah kewajiban bagi fasilitas nuklir untuk mengikuti aturan internasional dan nasional. Terkait dengan Safety, Security, Safeguards (3S), Umar menjelaskan bahwa untuk safety mereka wajib mengadakan pelatihan kedaruratan nuklir minimal sekali dalam satu tahun.

Di dalamya ada tim radiasi, bantuan medis, dan lain-lain. Masing-masing dari tim tersebut melakukan pelatihannya minimal dua kali setahun. Kemudian sertifikasi personil operator pun harus tersertifikasi operasi, radiasi, safeguards, dan security.

Reaktor Kartini juga selalu dipantau oleh badan pengawas dan badan pengawas tersebut dipantau oleh International Atomic Energy Agency (IAEA). Secara rutin IAEA datang ke Indonesia setiap tahunnya untuk melakukan pengawasan.

Ke depan Umar dan tim ingin memaksimalkan penggunaan Reaktor Nuklir Kartini. “Negara sudah membangun, kami ingin mengembalikan manfaatnya untuk negara. Kami berusaha untuk memperpanjang hingga 30 tahun lagi, tahun ini kami rencana mendatangkan ahli dari IAEA untuk melihat kesiapan Reaktor Nuklir Kartini dari sisi penuaan,” harap Umar.

Ia berharap semakin banyak pengguna yang dapat memaksimalkan potensi Reaktor Nuklir Kartini. Seperti halnya mahasiswa praktikum meskipun dilakukan dari jarak jauh. Umar memprediski potensi jangkauan Reaktor Nuklir Kartini secara nasional baru mencakup 25% dan ini perlu ditingkatkan. Ia berharap Reaktor Nuklir Kartini semakin tua dapat semakin bermanfaat bagi anak bangsa. (Sumber brin.go.id)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author