Jakarta, Technology-Indonesia.com – Umur simpan produk hortikultura yang sangat singkat merupakan salah satu permasalahan yang seolah-olah tidak pernah terselesaikan. Umur simpan produk hortikultura khususnya buah-buahan klimakterik, hanya berkisar 5-10 hari jika dipanen pada kematangan optimal dan disimpan pada suhu ruang. Singkatnya umur simpan menyebabkan tingkat kehilangan hasil atau losses sangat tinggi.
Hal ini lumrah terjadi setiap harinya, terutama di pasar tradisional yang menjajakan buah di udara terbuka dengan suhu udara tinggi. Tidak mengherankan jika data tingkat losses buah Indonesia lebih dari 30%. Sebagian besar losses buah terjadi karena penanganan pascapannen yang kurang tepat, sebagian besar lainnya disebabkan hama atau penyakit yang menyerang buah sejak di pertanaman.
Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen) sebagai Lembaga penelitian yang menghasilkan inovasi penanganan komoditas pertanian termasuk komoditas hortikultura sudah menghasilkan beberapa inovasi untuk meningkatkan umur simpan dari produk buah maupun komoditas horti lainnya. Inovasi tersebut diantaranya teknologi pelapisan (coating) menggunakan lilin ataupun bahan polimer lainnya, teknologi pemasakan buah (ripening) serta teknologi lainnya yaitu penekanan lalat buah menggunakan hot water treatment, penggunaan ozon untuk pencucian buah maupun teknologi penyimpanan terkontrol (Modified Atmosphere Storage).
Untuk ujicoba lapang sekaligus implementasi berbagai teknologi yang sudah dihasilkan, BB-Pascapanen menggandeng mitra yaitu CV Sumber Buah Sae yang merupakan eksportir buah lokal yang berlokasi di Kedawung, Cirebon. Pemilik CV Sumber Buah, Hadi menyampaikan bahwa melalui kerja sama ini beberapa permasalahan yang selama ini menjadi kendala dalam melakukan ekspor buah dapat diatasi.
Beberapa kendala ekspor buah antara lain: tingginya biaya transportasi karena harus menggunakan pesawat mengingat pendeknya umur simpan, beberapa pembatasan ekspor karena isu lalat buah ataupun serangga lain seperti semut, kutu putih, dan lain-lain. Tidak berhenti di situ, Hadi mengharapkan adanya teknologi pemeraman (ripening) untuk pasaran buah lokalnya.
“Kami memerlukan teknologi yang dapat mengatur waktu proses pemasakan buah. Dengan mengatur waktu kematangan, banyaknya buah yang akan dilempar ke pasaran akan terkendali. Jika hal itu dapat dilakukan, maka harga buah di pasaran akan tetap stabil, bahkan saat panen raya,” lanjutnya.
BB-Pascapanen telah memiliki teknologi pengaturan pemasakan buah yang siap diujicobakan, baik tenologi untuk memperpanjang umur simpan maupun teknologi ripening. Dengan teknologi penyimpanan, buah mangga akan mampu bertahan hingga 30 hari, manggis akan bertahan sampai 3 minggu, pisang bertahan lebih dari 25 hari dan salak dapat bertahan hingga hampir 4 minggu.
Sementara itu, teknologi ripening yang sudah dihasilkan oleh BB-Pascapanen, diharapkan dapat menjawab kebutuhan para eksportir maupun pedagang buah dalam mengatur tingkat kematangan buah yang akan dipasarkan. Untuk mendukung implementasi teknologi di CV Sumber Buah Sae, BB-Pascapanen akan membantu melengkapi line proses penanganan buah segar seperti mesin pencuci buah, meja peniris, ripening chamber dan coldroom untuk ruang penyimpanan.
Melalui kerja sama ini diharapkan dapat dibangun Model Penanganan Segar Buah Ekspor yang nantinya dapat direplikasi di berbagai lokasi sentra produksi buah-buahan. Karena itu Kepala BB-Pascapanen, Dr Prayudi Syamsuri berharap ke depan kegiatan implementasi teknologi semacam ini sudah menggandeng tidak saja pihak pengguna tetapi juga Direktorat Teknis maupun Pemerintah Daerah, karena merekalah yang nanti akan mereplikasi model tersebut.
“BB Pascapanen tentunya akan mendukung dari aspek teknologinya,” sambung Prayudi. Sehingga akan ada peningkatan daya saing produk buah Indonesia yang berarti juga akan terjadi peningkatan potensi ekspor yang diperoleh.