Teknologi Konservasi dan Pemupukan Berimbang untuk Tingkatkan Produktivitas Kentang

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kentang merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Seiring dengan gaya hidup masa kini, kentang menjadi salah satu pilihan sumber karbohidrat selain beras sehingga permintaan kentang di pasaran makin meningkat. Untuk meningkatkan produktivitas kentang di Indonesia diperlukan inovasi teknologi yang dapat diaplikasikan dalam budidaya kentang.

Menjawab kebutuhan inovasi teknologi tersebut, Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Balitbangtan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) pada Selasa (12/10/2021) di Banjarnegara, Jawa Tengah dengan mengusung tema “Teknologi Konservasi dan Pemupukan Pada Tanaman Kentang”. Pelaksanaan Bimtek ini merupakan bagian dari kegiatan Riset Pengembangan Inovatif dan Kolaboratif (RPIK) Pengembangan Pertanian Modern dan Berkelanjutan.

Kepala Balittanah, Ladiyani Retno Widowati, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa untuk mencapai produktivitas kentang yang optimal dibutuhkan teknologi konservasi dan pemupukan. Pada Bimtek itu Ladiyani menyerahkan bantuan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK) dan Perangkat Uji Pupuk Organik (PUPO) kepada Kepala Desa Sumberejo.

PUTK dan PUPO berfungsi untuk menguji kesuburan tanah dan menguji kualitas dari pupuk kandang yang digunakan petani sehingga mereka mendapatkan informasi mengenai sistem manajemen pertanian yang diaplikasikan pada lahannya. Kepala Dinas Pertanian, Perikanan, dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Totok Setya Winarna mengarahkan agar petani Desa Sumberejo dapat memanfaatkan bantuan PUTK dan PUPO serta mengaplikasikan ilmu dari kegiatan Bimtek.

Peneliti Balittanah, Rahmah Dewi Yustika sebagai salah satu narasumber menyampaikan materi berjudul “Konservasi Tanah Pada Tanaman Kentang”. Dalam paparannya, Rahmah mengungkapkan bahwa tanah di Kawasan Dieng termasuk ke dalam klasifikasi tanah Andosol.

Tanah Andosol dicirikan berwarna hitam atau coklat tua, tanah bagian bawah berwarna coklat sampai coklat kekuningan, struktur remah, kadar bahan organik tinggi, tekstur sedang, porous, licin jika dipirid, dan akumulasi liat sering ditemukan di lapisan bawah. Tanah andosol yang terletak di dataran tinggi mempunyai kelerengan lebih dari 15% sehingga menyebabkan rentan terjadi erosi.

Rahmah menguraikan bahwa terdapat berbagai jenis erosi yaitu erosi lembar, erosi alur, erosi parit, dan longsor. Erosi mengakibatkan terjadinya pengangkutan tanah bagian atas, menurunnya infiltrasi, sedimentasi di air, dan menurunnya kualitas air. Teknik konservasi tanah yang dapat diaplikasikan untuk mengurangi terjadinya erosi yaitu teras bangku dengan rumput di bibir dan tampingan teras, teras gulud, rorak, dan penanaman searah kontur.

Melalui adopsi teknologi konservasi tanah, selain dapat mengurangi erosi tanah, juga dapat mengurangi aliran permukaan, mengurangi jumlah kehilangan hara, dan dapat meningkatkan hasil tanaman kentang. Diperlukan adanya kesadaran masyarakat untuk mengaplikasikan teknik konservasi tanah di lahan pertanian mereka agar tanah dapat lestari sampai generasi berikutnya.

Sementara peneliti Balittanah, Wiwik Hartatik memaparkan materi dengan judul “Pemupukan Berimbang Pada Tanaman Kentang”. Melalui pemaparannya, Wiwik menjelaskan bahwa pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara sesuai dengan tingkat kesuburan tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai hasil yang optimal.

Manfaat pemupukan berimbang adalah meningkatkan produktivitas dan mutu hasil tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan, meningkatkan kesuburan tanah dan lestari, dan menghindari pencemaran lingkungan. Azas enam tepat pemupukan yaitu tepat jenis pupuk, tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis tanah, dan tepat jenis komoditas.

Selanjutnya Wiwik menerangkan bahwa berdasarkan analisis laboratorium uji tanah, status hara P dan K di lokasi demplot dan superimpose tergolong tinggi sehingga dosis rekomendasinya yaitu pupuk majemuk NPK 15-15-15 plus S sebesar 1000 kg/ha dan pupuk kandang 20 ton/ha.

Wiwik juga menerangkan terkait teknik pengambilan contoh tanah untuk analisis kimia. Contoh tanah komposit merupakan campuran 10 contoh individu, diambil pada kedalaman 20 cm untuk tanaman pangan, kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm untuk tanaman tahunan, dan mewakili satuan pengambilan contoh tanah.

Pengambilan contoh tanah tidak boleh dilakukan pada pinggiran dekat petak untuk lahan sawah, dekat masuknya air, bekas timbunan sisa tanaman, bekas sampah, bekas pembakaran, ada kotoran ternak, dan pada lapisan teratas (0-5 cm). Peralatan untuk mengambil contoh tanah bisa menggunakan bor tanah ataupun cangkul.

Setelah materi pengambilan contoh tanah, para peserta melakukan praktek pengambilan contoh tanah dan hasilnya diuji dengan menggunakan PUTK dan PUPO. Melalui praktek penggunaan PUTK dan PUPO diharapkan petani mendapatkan informasi mengenai rekomendasi pupuk secara langsung spesifik lokasi.

Bimtek ini dihadiri oleh petani Desa Sumberejo Kabupaten Banjarnegara, Petugas Penyuluh Pertanian (PPL) wilayah Kecamatan Batur, Petugas Pengendali Organisme Tumbuhan (POPT) wilayah Kecamatan Batur, Danramil Kecamatan Batur, dan aparat Desa Sumberejo.

Melalui Bimtek ini diharapkan para petani dapat memperoleh manfaat dan ilmu mengenai teknologi konservasi tanah untuk mencegah erosi di lahan pertanian berlereng dan informasi mengenai pemupukan pada tanaman kentang dalam rangka untuk mendukung pertanian yang berkelanjutan. (Sumber Balittanah)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author