Software ALU Tool untuk Penghitungan Akurat Emisi GRK dari Peternakan

Bogor, Technology-Indonesia.com – Pemerintah Indonesia berkomitmen mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebanyak 26% pada tahun 2020. Pada 2030 diharapkan emisi dari semua sektor akan turun sebesar 29% dengan usaha sendiri atau sampai 41% dengan bantuan pendanaan dari luar negeri.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Muhammad Syakir mengatakan komitmen ini merupakan bagian dari peningkatan kualitas pembangunan berkelanjutan, sekaligus berkontribusi untuk mengatasi pemanasan global. Untuk merealisasikan komitmen tersebut, disusun Rencana Aksi Nasional GRK (RAN GRK) yang merupakan panduan dan target penurunan secara nasional. Serta, Rencana Aksi Daerah GRK (RAD GRK) yang disusun dan ditargetkan akan dicapai oleh setiap provinsi.

“Rencana aksi ini disusun agar dapat digunakan sebagai landasan bagi pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat serta pelaku ekonomi untuk pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung menurunkan emisi GRK,” ungkap Syakir saat membuka Workshop dan Pelatihan Peningkatan Kompetensi dan Pengetahuan Peneliti dalam Perhitungan Emisi GRK dari Peternakan Menggunakan Software ALU Tool untuk Mendukung Target Penurunan Emisi Tahun 2020 di Bogor, pada Senin (16/7/2018).

Pada Indonesia First Biennial Update Report (1st BUR), dilaporkan bahwa total emisi GRK dari semua sektor mengalami peningkatan sekitar 3,6%/tahun. Kontribusi pertanian hanya sekitar 7,8% dari total emisi GRK dengan peningkatan per tahun terhitung sebesar 1,3%.

“Meskipun kontribusi sektor pertanian masih kecil namun program pemerintah untuk swasembada pangan termasuk dari produk peternakan akan mendorong peningkatan luasan lahan pertanian maupun populasi ternak. Hal ini bisa menyebabkan peningkatan kontribusi emisi GRK, sehingga upaya dan aksi mitigasi yang sudah mulai dilakukan perlu ditingkatkan. Besaran penurunan emisi GRK sebagai hasil dari aksi mitigasi tersebut perlu diukur, dihitung dan dilaporkan secara nasional,” terangnya

Sampai saat ini, pengukuran dan perhitungan emisi GRK dari subsektor peternakan dilakukan secara manual menggunakan program Excel dengan mengikuti rumusan-rumusan pada buku panduan yang dikeluarkan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). Hingga tahun 2016, penghitungan dari subsektor peternakan masih menggunakan metode Tier-1 yang paling sederhana, sehingga penggunaan program excel masih memungkinkan.

Namun pengembangan hasil penelitian oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) yang menghasilkan beberapa nilai faktor emisi lokal Indonesia untuk semua jenis ternak, mengharuskan penghitungan dilakukan dengan metode yang lebih baik (Tier-2). Kompleksitas penghitungan dengan menggunakan metode Tier-2 mengharuskan digunakannya satu software yang disediakan IPCC yaitu Software ALU (Agriculture and Land Use) Tool.

“Dalam upaya mempermudah, menjamin keseragaman dan konsistensi dalam metode inventory data, perhitungan emisi GRK, dokumentasi, dan pengontrolan kualitas data maka penggunaan sofware ALU Tool ini menjadi sangat penting,” terangnya.

Menurut Syakir, peneliti Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) sebagai ujung tombak di setiap provinsi, sudah semestinya memiliki kemampuan untuk mengukur dan menghitung emisi GRK agar dapat lebih berperan dalam aksi penurunan GRK. Namun, belum banyak peneliti di lingkup BPTP yang memahami dan dapat melaksanakan pengukuran emisi GRK. Karena itu, perlu dilakukan peningkatan kemampuan peneliti di lingkup BPTP, Balit/Lolit dan Puslit dalam pengukuran dan perhitungan emisi GRK menggunakan software ALU Tool.

“Dengan dimilikinya pengetahuan tentang emisi GRK dan metode perhitungan yang lebih baik serta terkontrol, maka upaya pencapaian target penurunan emisi GRK di tahun 2020 seperti yang tercatat dalam RAD GRK di masing-masing provinsi dapat tercapai,” lanjutnya.

Syakir berharap melalui pelatihan ini diharapkan pemahaman peserta terkait emisi GRK peternakan dapat meningkat. Selain itu, peserta mampu menghitung emisi GRK dari peternakan dengan akurat menggunakan software ALU Tool sehingga didapat hasil penghitungan yang akurat dari setiap provinsi untuk dikumulatifkan sebagai laporan nasional.

Hadir sebagai narasumber kegiatan ini Leandro Buendia (International Climate Change Consultant, Philipines) yang memberikan pelatihan penggunaan software ALU Tool; Stefan Muetzel (NZAGRC – Grasslands Research Center, New Zealand) yang memberikan pengetahuan terkait pengukuran dan perhitungan menggunakan respiratory chamber; serta Joel Gibbs (Ministry for Primary Industries, New Zealand) untuk teori terkait GRK dan sistem inventory dari peternakan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author