Teknologi Ekohidro untuk Mencegah Kebakaran Hutan

Lahan gambut jika tidak dikelola kelembabannya, sangat rentan terhadap bahaya kebakaran dan penyebaran api akan merambat sangat cepat. Salah satu upaya mencegah kebakaran lahan gambut adalah dengan penerapan teknologi ekohidro.

Teknologi ekohidro ada sistem tata kelola air di lahan gambut untuk mengatur jumlah dan tinggi muka air berdasarkan zona dan kontur. “Penerapan teknologi ini memberikan manfaat bagi keragaman hayati, meminimalisir degradasi lahan gambut, pengurangan emisi karbon, dan meminimalkan ancaman bahaya kebakaran,” ujar Inra Gunawan, Sustainability Head PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pangkalan Kerinci, Riau (8/3).

Teknologi ekohidro mampu mencegah drainase berlebihan dengan pengelolaan air berdasarkan zonasi. Pengaturan muka air tanah dilakukan melalui hydro buffer di antara tanaman pokok dan kawasan lindung. Ketinggian air diatur mendekati permukaan kawasan lindung kemudian diturunkan secara bertahap di areal hydro buffer dan disesuaikan untuk kebutuhan tanaman pokok.

Setiap perubahan ketinggian muka air di antara selang kontur (gradient) dibangun bendungan (dam) untuk mengatur dan menjaga ketinggian muka air tanah. “Bendungan dengan saluran pelimpah berfungsi seperti pintu air otomatis yang akan melimpahkan kelebihan air pada musim penghujan dan mempertahankan air saat musim kemarau,” jelasnya.

Asia Pacific Resources International Limited (APRIL) sebagai induk perusahaan RAPP telah menerapkan teknologi ekohidro dalam melindungi Hutan Tanaman Industrinya. RAPP telah menerapkan No Burn Policy, pengelolaan lahan tanpa bakar sejak tahun 1994. RAPP mengadopsi pendekatan bentang alam untuk pengembangan hutan tanaman, dengan memaksimalkan manfaat ekonomi, sosial dan ekologi.

Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin mengatakan, Teknologi ekohidro merupakan hasil dari penelitian, pembelajaran, praktek, dan perbaikan berkesinambungan yang dilakukan oleh perusahaan dalam pengelolaan hutan tanaman lestari di lahan gambut.

“Salah satunya melalui proyek Science-Based Management Support Project (SBMSP) yang dilakukan selama tiga tahun untuk meningkatkan pemahaman tentang hidrologi, ekologi, dan parameter terkait lainnya,” tambah Kusnan.

Kusnan menjelaskan, RAPP secara terus menerus melakukan upaya perbaikan dan penyempurnaan teknologi ini untuk mencapai tujuan pembangunan hutan tanaman lestari melalui program perbaikan yang terus menerus (continuous improvement).

RAPP juga telah menerapkan sistem pemantauan bahaya kebakaran yang menyediakan informasi tingkat bahaya kebakaran dan prosedur kesiapsiagaan berdasarkan tingkat bahaya kebakaran yang disebut Fire Danger Rating (FDR).

FDR diperoleh dari data pemantauan dan perhitungan kondisi cuaca seperti kelembaban relatif, curah hujan, jumlah hari tidak hujan, total curah hujan 15 hari terakhir. SB

 

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author