Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kabupaten Buleleng, merupakan kabupaten terluas di Provinsi Bali. Luas wilayahnya mencapai 1.365,88 Km persegi atau 24,25% dari luas Provinsi Bali. Dilihat dari karakteristik wilayah, kondisi iklim dan mata pencarian penduduk yang sebagian besar petani peternak, Buleleng memiliki potensi yang besar untuk pengembangan sapi Bali.
Namun populasi sapi Bali di Kabupaten Buleleng saat ini masih belum maksimal, yaitu 109 ekor per kilometer persegi. Masih kalah dengan populasi di empat kabupaten di Bali yaitu Kabupaten Karangasem, Bangli, Klungkung, dan Gianyar.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali I Made Rai Yasa dalam Bimbingan teknis (Bimtek) Pengembangan Ternak Sapi di Lahan kering yang berkelanjutan di Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Buleleng pada Selasa (7/9/2021).
Rai Yasa mengatakan untuk pengembangan sapi di Buleleng khususnya di Kecamatan Gerokgak ini perlu dilakukan pengembangan Hijauan Makanan Ternak (HMT) unggul tahan kering, usahatani integrasi, dan pengairan. “Untuk itu dibutuhkan dukungan dari pemerintah pusat melalui komisi IV DPR RI dalam hal penganggaran dan kebijakan untuk meningkatkan daya dukung pakan untuk sapi di Kecamatan Gerokgak,” ungkapnya.
Peneliti BPTP Bali, Ni Luh Gede Budiari sebagai narasumber menyampaikan materi Teknologi Pengolahan Limbah Pertanian Untuk Pakan Ternak Sapi. Menurutnya, teknologi pengolahan pakan dari limbah pertanian adalah upaya meningkatkan kandungan nutrisi dari limbah pertanian itu sendiri. Teknologinya bisa dengan membuat pakan awetan seperti silase, Hay dan membuat complete feed.
Ia menyebutkan bahwa di Kecamatan Gerokgak beberapa jenis Hijauan Pakan Ternak unggul yang bisa dikembangkan yaitu Rumput Gajah mini/odot, Biograss, Rumput Pakchong, Rumput Zanzibar, dan Indigofera “Bapak-bapak petani di sini harus menanam rumput ini untuk pakan ternak sapi, kami sudah sediakan steknya silahkan diambil secukupnya untuk dan bawa pulang dan ditanam dilahan masing-masing” serunya kepada petani peserta bimtek.
Sementara itu, Anggota komisi IV DPR RI, I Made Urip dalam arahannya mengatakan akan memperjuangkan apa yang menjadi aspirasi petani dalam upaya pengembangan sapi Bali. Sebelum membuka acara Bimtek, Ia menyempatkan diri melakukan panen bersama Hijauan Pakan Ternak Unggul, serta penanaman benih Indigofera, dan pabrik pakan mini. Serta melihat pengolahan pupuk organik dari limbah ternak sapi yang menurut Ketut Sumadi ketua Gapoktan Bina Karya Bakti kini produksinya mencapai 2.500 ton per tahun.
“Kalau kita lihat sapi Bali memiliki keunggulan-keunggulan yang luar biasa dari sisi produksi, dan reproduksinyanya serta adaptif terhadap kondisi cuaca. Kualitas daging sapi Bali juga tidak kalah dengan daging sapi impor apabila kualitas pakannya terjaga,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, I Made Sumiarta menyampaikan bahwa yang menjadi kendala utama pengembangan sapi di Buleleng adalah air. Karena itu, pihaknya bersama masyarakat petani di Buleleng memprogramkan penanaman pohon dan pengadaan air tanah dangkal (sumur bor). Namun, karena adanya refocusing anggaran untuk penanggulangan pandemi Covid-19, program tersebut belum berjalan dengan optimal.
“Karena itu kami butuh dukungan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian dan komisi IV DPRP RI, dan ke depan dengan dukungan dari pemerintah pusat ini kami akan berupaya bagaimana meningkatkan kualitas dan meningkatkan populasi sapi Bali ini di Buleleng,” tambahnya. (Sumber BPTP Bali)