Bogor, Technology-Indonesia.com – Duta Besar Papua New Guinea (PNG) untuk Malaysia, H.E. Peter Vincent dan Duta Besar Fiji untuk Indonesia Isaac Grace pada Rabu (16/1/2018) mengunjungi Puslitbang Perkebunan di Bogor, Jawa Barat. Kunjungan ini bertujuan menjajaki peluang kerjasama mikropropagasi pengembangan kelapa dan tanaman perkebunan lainnya untuk peningkatan produksi dan mutu tanaman serta produksi metabolit sekunder.
Turut hadir dalam kunjungan tersebut, Alan Aku (Acting Managing Director, Kokonas Indastri Koperesen/KIK, PNG), Chris N. Nagaya (General Manager, KIK), Uron N. Salum (Executive Director of International Coconut Community), Miridula Kottekate (Assistant Director of ICC) dan Alit Firmansah (Market Development Officer of ICC). Kunjungan para diplomat negara Pasifik dan Tim ICC diterima Jelfina C. Alouw, Kepala Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian (KSPHP) Puslitbang Perkebunan.
Alouw berharap teknologi dan inovasi yang telah dihasilkan oleh Balitbangtan khususnya Puslitbang Perkebunan, dapat diadopsi dan dikaji terlebih dahulu sesuai kondisi ekonomi, agroklimat, dan sosial budaya masyarakat setempat. Koordinasi dengan ICC dengan para pakarnya dibutuhkan kedua negara sesuai aturan yang berlaku dan kesepakatan oleh kedua belah pihak.
H.E. Peter Vincent, Duta Besar PNG untuk Malaysia mengharapkan ada kerjasama antara PNG dan Indonesia dalam pengembangan kelapa dan tanaman perkebunan lainnya melalui mikropropagasi. Disamping itu, perlu juga dilakukan capacity building program untuk peningkatan kompetensi teknisi, baik di pemerintahan maupun swasta.
Apresiasi yang sama disampaikan Isaac Grace, Duta besar Fiji untuk Indonesia, terkait kontribusi terhadap capacity building untuk personil di Taveuni Research Centre dan Koronivia Research Station yang telah dilakukan tahun 2018 atas koordinasi ICC. Hal tersebut merupakan tindak lanjut MoU yang telah ditandatangani oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia dan Menteri Pertanian Fiji. Rekomendasi hasil kunjungan ke Fiji terkait penerapan IPM dalam pengendalian hama utama kelapa diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh Pemerintah Fiji.
Peneliti Kultur Jaringan, Sri Suhesti mengungkapkan, umumnya perbanyakan tanaman kelapa dan tanaman lain melalui biji, belum menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya. Oleh karena keragaman hasilnya, maka perbanyakan melalui biji bermanfaat untuk tujuan pemuliaan dan kurang cocok untuk perbanyakan massal, ungkap
“Karena itu, tanaman yang berasal dari hasil mikropropagasi seperti kultur jaringan bisa menjadi pilihan yang tepat karena menghasilkan kualitas tanaman seperti yang diharapkan dan juga lebih efisien,” jelasnya.
Kepala Puslitbang Perkebunan, Fadjry Djufry dalam kesempatan lain mengungkapkan bahwa komoditas perkebunan yang diperbanyak saat ini selain kelapa juga tebu dan kelapa sawit serta tanaman pertanian lainnya.
Uron N. Salun, Executive Director of ICC menekankan pentingnya mikropropagasi untuk memenuhi kebutuhan benih kelapa unggul dan bermutu baik dalam jumlah besar dan waktu relatif singkat serta dapat didistribusikan dengan mudah.
Jelfina C. Alouw saat menutup kunjungan berharap melalui inovasi ini diperoleh peningkatan produksi selain juga kesejahteraan petani.