Beberapa indikator menunjukkan daya saing perekonomian Indonesia relatif tidak mengalami perubahan. Hasil survey ’Doing Business 2013’ menunjukkan bahwa posisi competitiveness Indonesia berada pada peringkat 128 dari 183 negara yang disurvei. Kalah dari Vietnam yang notabene negara baru merdeka. Oleh karena itu, peningkatan daya saing ekonomi ini seyogyanya menjadi agenda pembangunan bagi pemimpin Indonesia di masa depan.
Tahun 2014 disebut sebagai tahun politik karena ada pemungutan suara pemilu legislatif dan pemilu presiden. Pemimpin yang terpilih memikul sejumlah agenda pembangunan yang sangat besar. Salah satunya adalah mendorong kemajuan perekonomian negeri ini.
“Pemimpin Indonesia masa mendatang seharusnya melihat kondisi perekonomian sekarang untuk memberikan gambaran dalam membuat agenda pembangunan ekonomi ke depan,” ujar Prof. Dr. Lukman Hakim, Kepala LIPI dalam Seminar Refleksi Akhir Tahun Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) LIPI Tahun 2013
Menurutnya refleksi akhir tahun ini akan berusaha memetakan permasalahan dan menawarkan solusi bagi upaya peningkatan daya saing ekonomi Indonesia bagi pemimpin masa depan. Dalam satu dekade terakhir, perekonomian Indonesia tengah mengalami transisi dari negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah.
Di tahun 2012 pendapatan per kapita Indonesia telah mencapai US $ 3.420. Diproyeksikan pada 2030 pendapatan per kapita Indonesia akan melampaui US $ 4000. Indonesia akan masuk dalam kelompok negara berpendapatan menengah atas.
“Untuk mencapai taraf tersebut, bukanlah suatu hal yang mudah. Indonesia harus bekerja keras untuk tidak terperangkap ke dalam jebakan kelas menengah (middle income trap),” ujar Lukman.
Secara umum daya saing Indonesia masih tertumpu pada produk-produk yang berbasis sumberdaya alam. “Sementara untuk beberapa komoditas strategis seperti pangan bahkan yang berteknologi tinggi, kita belum memiliki daya saing sama sekali,” tandasnya.
Sementara itu menurut Dr. Latif Adam, peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, terdapat beragam faktor yang menyebabkan Indonesia mengalami kesulitan memperbaiki peringkat daya saing ekonomi. Salah satu kendala terbesar adalah lemahnya daya saing industri domestik akibat tidak adanya kebijakan industri yang jelas dan implementasi kebijakan industri yang buruk. Lemahnya industri di Indonesia juga disebabkan karena kurangnya prasyarat dasar seperti infrastruktur, tenaga kerja terampil, insentif, dan kinerja birokrasi.
“Agenda pembangunan ke depan seharusnya fokus pada penguatan daya saing industri yang berkontribusi besar terhadap pengentasan kemiskinan dan pengangguran,” jelasnya. Untuk itu, pemimpin baru yang terpilih harus mampu memberikan kebijakan industri yang jelas, menyediakan prasyarat dasar bagi penguatan struktur industri domestik, mendorong kemampuan ekspor industri, dan mengimplementasikan program-program penguatan industri secara baik. Sumber Humas LIPI