Petani Sukolilo – Pati tertarik Terapkan Panca Kelola Ramli

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Balai Penelitian Lingkungan Pertanian (Balingtan) telah menghasilkan komponen teknologi dari hasil-hasil penelitian sebelumnya untuk diterapkan dalam budidaya tanaman pangan berbasis kelestarian lingkungan pertanian. Komponen teknologi tersebut dikemas dengan sebutan “Panca Kelola Ramli” untuk mengelola tanaman pangan ramah lingkungan (Ramli).

Kelima komponen tersebut adalah penggunaan biokompos bersamaan dengan pengolahan tanah, pemupukan berimbang dengan urea berkarbon, pengaturan air irigasi, penggunaan varietas rendah emisi GRK, dan penggunaan pestisida nabati dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).

Biokompos, urea berkarbon dan pestisida nabati diproduksi sendiri oleh Kebun Percobaan (KP) Balingtan dengan bahan baku dari sumberdaya lokal yang tersedia melimpah dan mudah diperoleh seperti limbah pertanian. Daun/biji mimba, rimpang kunyit, biji mahoni yang dicampur dengan urin sapi diramu dan dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Kotoran ternak sapi dicampur dengan arang/biochar dari sekam padi atau tongkol jagung diolah menjadi biokompos yang kaya akan nutrisi bagi tanah. Dengan sentuhan teknologi, urea yang digunakan sebagai pupuk N dibalut/dilapisi dengan arang/biochar menjadi urea berkarbon yang lambat urai sehingga lebih efisien dimanfaatkan bagi pertumbuhan tanaman.

Aplikasi biokompos di lapang dilakukan setelah olah tanah pertama dengan dosis 3 ton/hektar. Sedangkan pemupukan dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan dosis 200 kg urea berkarbon per hektar, KCl 50 kg dan Phonska sebanyak 300 kg. Penentuan kebutuhan pupuk dilakukan berdasarkan uji analisis tanah pendahuluan.

Pengaturan air dilakukan agar sawah tidak selalu tergenang sekaligus untuk menghemat kebutuhan air irigasi. Varietas rendah emisi yang dipergunakan adalah Inpari 33, yang menurut penelitian sebelumnya termasuk varietas yang memiliki indeks emisi medium. Aplikasi pestisida nabati dilakukan 1 minggu sekali.

Kuntari, petani di Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati sangat antusias mengadopsi Panca Kelola Ramli Balingtan di lahan sawah seluas kurang lebih 1 hektar. “Saya ingin mencoba bertani yang ramah lingkungan, mengurangi pestisida dan pupuk kimiawi. Saya sangat senang sekali kalau Balingtan memberikan pendampingan kepada saya,” ujar Kuntari kepada Tim Diseminasi dan Kreatif Balingtan.

Sebelum menerapkan Panca Kelola Ramli, petani Desa Wotan mengutarakan berbagai kendala yang harus diatasi. Mulai dari lahan yang ‘asem-aseman’ yaitu kondisi lahan bersuhu tinggi dan banyak mengandung gas akibat sisa jerami yang tidak difermentasi yang dapat mengganggu perkembangan tanaman, hama penyakit yang menyerang tanaman seperti ulat penggerek, lalat bibit, hawar daun bakteri dan tikus.

Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut para peneliti melakukan upaya penanggulangan yang ramah lingkungan antara lain yaitu dengan penyemprotan biodekomposer untuk mengatasi ‘asem-asemen’, pemasangan feromon, pemasangan rumah burung dan pemasangan plastik pembatas untuk mengatasi hama tikus. Segala upaya tersebut diharapkan dapat menanggulangi kendala yang terjadi di lapang dan kelak tanaman padi dapat memberikan hasil panen yang maksimum. Rina Kartikawati/SB

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author