Jakarta – Peringkat Indonesia naik ke nomor 85 dalam Indeks Inovasi Dunia (Global Innovation Index, GGI). Angka tersebut menandakan konsistensi naiknya peringkat Indonesia dari tahun-tahun sebelumnya, walaupun hanya naik satu peringkat.
Ada beberapa area yang disoroti untuk Indonesia, di antaranya Business Sophistication, Market Sophistication, Infrastructure, Institutions, Human Capital & Research, Creative Outputs, dan Knowledge & Technology Outputs.
Menurut laporan GGI, keunggulan Indonesia di area Business Sophistication ialah kolaborasi penelitian industri-universitas, dan skala persaingan dan pasar yang unggul di area Market Sophistication.
Sementara, kemampuan Indonesia meringankan permasalahan unggul di area Institusi. Untuk area Knowledge & Technology Outputs, Indonesia unggul di bidang pengeluaran untuk software computer.
Beberapa kelemahan Indonesia yang tersebar di area-area inovasi adalah pada regulasi lingkungan, pendanaan murid oleh pemerintah, kemauan perusahaan dalam menawarkan pelatihan formal, dan artikel sains dan teknis.
Dibandingkan negara-negara Asia Tenggara dan Oseania lainnya, peringkat Indonesia masih sangat bawah, yakni di posisi 14 dari 15 negara.
Secara keseluruhan, untuk region Asia Timur, Tenggara, dan Oseania, tiga negara yang paling unggul dalam hal inovasi adalah Singapura, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel).
Inovasi Singapura unggul pada tingkat efektivitas pemerintahan. Jepang unggul dalam pengeluaran pada penelitian dan pengembangan (gross domestic expenditure on R&D) di sektor bisnis , dan hal yang sama juga diraih Korsel yang turut unggul pada penelitian bakat dalam bisnis enterprise.
Pendidikan Buruk Dapat Menjadi Lingkaran Setan
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dinilai memiliki potensi untuk berkontribusi pembangunan negara. Namun, bonus demografi dapat jadi masalah apabila tidak dibarengi dengan pendidikan berkualitas dan setara.
Bila aspek itu tidak diperhatikan, dikhawatirkan akan terbentuk vicious circle (lingkaran setan) dalam pembangunan.
Koneksi antara pendidikan, lingkaran setan, dan pembangunan, diungkapkan Daim Syukriyah, Country Economist dari United Nations Development Programme (UNDP) di acara Indonesia Development Forum (IDF) di Jakarta.
“Pendidikan di Indonesia masih perlu jadi prioritas. Dulu pada 2012, PISA Indonesia peringkat terakhir. Kemudian 2015 itu improve, tapi masih di bottom rank atau peringkat bawah. Itu menunjukkan education quality atau kualitas pendidikan masih perlu ditingkatkan,” jelas dia.
Alumnus Universitas Manchester tersebut turut menjelaskan bahwa ketidaksetaraan pendidikan antardaerah juga terjadi. Hal ini perlu mendapat sorotan sebab manusia adalah sumber terbesar dalam pembangunan.
“Bila tidak, nantinya ketika anak itu dewasa dan terjun di lapangan kerja, maka ia tak akan mampu bersaing dengan yang lain, atau skill dalam melakukan dan mencari pekerjaannya rendah. Artinya, bila tidak segera di-address, istilahnya akan menjadi vicious cycle (lingkaran setan) bagi pembangunan,” ungkap Daim.
Selain itu, ia berpandangan bahwa infrastruktur pendidikan juga harus dibarengi dengan peningkatan kualitas guru dan tidak semata terpaku pada insentif (tunjangan) dan sistem sertifikasi. “Lebih ke pembekalan untuk gurunya. Kualitas guru jangan dinomorduakan,” jelasnya.
Sumber : liputan 6.com
Foto : Kata.co.id