Petani Mulai Cerdas Menghemat Air

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Direktur Institut Agroekologi Indonesia (INAgri), Syahroni menilai Kementerian Pertanian (Kementan) berhasil mensosialisasikan pentingnya mengelola sumberdaya air sehingga terhindar dari kebanjiran di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau. Saat ini, petani mulai cerdas menghemat air

“Sekarang semua perangkat desa dan petani di desa selalu membicarakan embung untuk memanen air,” kata Syahroni dalam keterangan tertulisnya yang diterima Technology-Indonesia.com  pada Minggu (20/5/2018).

Bahkan masyarakat seringkali secara mandiri membangun embung secara swadaya setelah memahami peran penting embung bagi budidaya pertanian. Menurut Syahroni, memang idealnya pemerintah hanya sebagai katalisator, selanjutnya masyarakat yang harus mandiri.

Masyarakat desa kini juga mulai melirik dam parit sebagai alternatif jaringan irigasi yang biayanya lebih terjangkau. Kementan sukses memberi model dam parit di sentra-sentra di Jawa sehingga diikuti daerah lain.

“Ini berkat keberhasilan Kementan menggandeng kementerian lain seperti Kemendesa dan Pengembangan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Kementerian PUPR,” kata Syahroni.

Syahroni juga menilai Kementan lebih terbuka menerapkan sistem budidaya pertanian hemat air yang diterapkan masyarakat belakangan ini. “Semua inovasi dari setiap institusi pemerintah, swasta, dan masyarakat diterima Kementan sepanjang sesuai dengan kondisi setempat,” kata Syahroni.

Salah satu teknologi budidaya padi hemat air adalah teknologi System of Rice Intensification (SRI). Di lapangan seringkali SRI dikombinasikan dengan sistem jarwo super yang dikembangkan Litbang Pertanian. Prinsipnya petani saat ini mulai cerdas menghemat air, ungkapnya.

Kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Dedi Nursyamsi mengatakan sosialisasi pemanfaatan sumberdaya air yang lebih hemat untuk petani memang gencar dilakukan sejak Presiden Joko Widodo memberi arahan agar dana desa dialokasikan untuk mendukung kegiatan pertanian.

Menurutnya, program upaya khusus (Upsus) yang melibatkan TNI juga membuat percepatan perbaikan jaringan irigasi yang rusak cepat ditangani pemerintah pusat dan pemerintah daerah. “Kini yang lapor irigasi rusak bukan hanya petani, tetapi juga para Babinsa sehingga macetnya birokrasi dapat diterobos sejak 3 tahun belakangan,” kata Dedi.

Dedi menyebut banyak jaringan irigasi di pelosok Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah kembali dapat berfungsi setelah program Upsus berjalan.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author