Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kacang tanah merupakan salah satu tanaman leguminose yang sangat berperan penting bagi kebutuhan pangan. Kacang tanah memiliki nilai ekonomi yang tinggi, selain untuk pangan kacang tanah juga banyak dijadikan bahan baku industri.
Untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah melepas sebanyak 40 varietas kacang tanah. Kacang tanah pertama kali dilepas pada tahun 1950 dan terakhir melepas pada 2018. Berdasarkan perkembangannya, Balitbangtan telah mengelompokkan kacang tanah di Indonesia menjadi 3 periode.
Periode pertama tahun 1950-1975 merupakan tonggak dimulainya perakitan varietas unggul kacang tanah yang pertama di Indonesia. Sebanyak 4 varietas unggul berhasil dilepas dengan nama Gajah, Macan, Banteng, dan Kidang. Empat varietas yang rilis tahun 1950 tersebut rata-rata produktivitasnya 1,8 ton/hektare (ha) polong kering, dan umur panen rata-rata adalah 100 hari setelah tanam (HST). Selain itu, mempunyai keunggulan tahan terhadap penyakit layu bakteri.
Pada periode kedua tahun 1976-2000, Balitbangtan berhasil melepas 17 varietas unggul baru kacang tanah dengan rata-rata produktivitas hasil lebih tinggi dari periode sebelumnya. Produktivitas yang dihasilkan dari ke 17 varietas tersebut rata-rata 2,1 ton/ha. Selain itu, umur panen kacang tanah dari ke 17 varietas tersebut juga menjadi lebih pendek, rata-rata 92,1 HST (berkisar dari 80-100 HST).
Ada dua varietas yang produktivitasnya tinggi pada periode ini, yaitu varietas Komodo dan Biawak dengan produktivitas 2,3 ton/ha dan 2,5 ton/ha. Selain itu, semua varietas yang dilepas pada periode ini tahan atau toleran, dan beberapa berstatus agak tahan terhadap infeksi bakteri Ralstonia solanacearum.
Selain kendala biotik, kendala abiotik juga mulai menjadi perhatian pada periode ini, salah satunya adalah lahan bereaksi masam (pH tanah rendah). Hal ini terlihat pada varietas yang dilepas pada periode tersebut, diantaranya: Landak, Badak, Trenggiling, dan Simpai yang memiliki keunggulan adaptif pada kondisi lahan masam.
Pada periode ketiga tahun 2001-2018, perakitan varietas unggul baru kacang tanah berkembang pesat. Di periode ini telah dilepas sebanyak 23 varietas unggul baru kacang tanah dengan rata-rata produktivitasnya 2,7 ton/ha. Di sisi lain, umur panen menjadi lebih pendek, rata-rata 91 HST (berkisar dari 85-108 HST).
Varietas Hypoma 3 bertipe Valencia mempunyai produktivitas 4,6 ton/ha dengan umur panen 108 HST, dan varietas Katana 1 bertipe Spanish mempunyai produktivitas hasil 3,5 ton/ha polong kering dengan umur panen hanya 87 HST.
Selain produktivitas hasil tinggi, ke 23 varietas unggul baru tersebut berstatus tahan atau toleran, dan beberapa berstatus agak tahan terhadap penyakit karat dan/atau bercak daun. Hanya beberapa varietas seperti Tala 1, Tala 2, dan Bima yang rentan terhadap kedua penyakit daun tersebut.
Satu lagi penyakit daun yang cukup penting yaitu penyakit belang yang disebabkan oleh infeksi Peanut Stripe Virus belum dapat diatasi dengan perakitan varietas tahan. Isu aflatoksin yang mendunia juga sudah diantisipasi dengan perakitan varietas yang tahan infeksi jamur Aspergillus flavus pada biji.
Sebagai contoh, varietas Sima dan Turangga berstatus agak tahan serta varietas Kancil dengan status tahan yang dilepas tahun 2001. Tahun 2013 dilepas varietas Litbang Garuda 5 dengan sifat tahan infeksi Aspergillus flavus dan rendah cemaran aflatoksin. Demikian pula varietas Tala 1 dan Tala 2 tahan infeksi Aspergillus flavus dengan tingkat infeksi <5%.
Asal muasalnya, kacang tanah masuk ke Indonesia melalui India dan China. Kacang tanah ditemukan pertama kali di Maluku pada 1690. Sebelumnya kacang tanah berasal dari daerah di lereng Pegunungan Andes, Amerika Latin, yang saat ini merupakan daerah tempat negara-negara seperti Bolivia, Peru, dan Brazil.
Berdasarkan keragaan tanaman dan polong, kacang tanah dibedakan menjadi tiga tipe, yakni Spanish, Valencia, dan Virginia. Namun, yang banyak berkembang di Indonesia adalah tipe Spanish dan Valencia. Tipe Spanish dicirikan dengan dua biji per polong, sedangkan tipe Valencia memiliki 3-4 biji per polong. (Sumber Puslitbangtan)