Jakarta, Technology-Indonesia.com – Di Indonesia, kacang hijau (Vigna radiata) atau mung bean merupakan komoditas kacang yang penting setelah kedelai dan kacang tanah. Kebutuhan kacang hijau setiap tahun selalu meningkat, baik sebagai bahan baku untuk olahan pangan maupun untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman.
Beragam makanan tradisional berbahan baku kacang hijau sudah menjadi produk industri rumah tangga hingga industri pabrikan skala menengah dan besar. Bakpia, bakpau, hingga beragam kue dan biskuit merupakan contoh produk yang tidak asing lagi di masyarakat. Begitu juga dengan aneka produk bubur kacang hijau instan sebagai makanan pendamping air susu ibu (ASI) untuk bayi dan anak-anak balita. Aneka minuman olahan kacang hijau dalam kemasan siap santap juga telah tersedia di pasaran.
Hampir semua orang familier dengan tauge, kecambah kacang hijau yang bisa dikonsumsi segar maupun diolah lebih lanjut. Laksa Bogor, ketoprak Jakarta, gudangan dan tahuleknya Jawa Tengah, trancam serta pecel Madiun di Jawa Timur, hingga karedok Jawa Barat menggunakan tauge sebagai ciri khas makanan tradisional tersebut. Demikian pula bubur kacang hijau, yang dalam variasinya berkembang dengan penggunaan ketan hitam hingga roti tawar.
Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Puslitbangtan) menjawab peluang tersebut melalui penelitian untuk merakit varietas unggul baru sesuai preferensi konsumen. Kepala Puslitbangtan, Dr. Ir. Haris Syahbuddin DEA mengatakan bahwa kebutuhan pasar merupakan patokan dalam perakitan varietas unggul baru.
Meskipun bukan komoditas prioritas, terangnya, kacang hijau tetap memperoleh porsi yang cukup untuk mendapatkan varietas-varietas baru, baik yang diperuntukan bagi konsumsi publik maupun untuk kepentingan industri melalui Double Track System.
“Double track system merupakan model pendekatan baru yang diusung Kepala Puslitbangtan dalam perakitan varietas unggul baru (VUB) sebagai terobosan untuk peningkatan kesejahteraan petani melalui hilirisasi teknologi dan inovasi yang berujung ke industri,” urai Haris yang diberi amanah sebagai nahkoda Puslitbangtan sejak Februari 2019.
Menindaklanjuti system baru tersebut, Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puslitbangtan melakukan penelitian pemuliaan kacang hijau dengan target memperoleh VUB kacang hijau dengan karakteristik yang disukai masyarakat dan sesuai keperluan industri. VUB dengan potensi produksi di atas 3 ton/hektare, berumur genjah hingga sedang (umur panen sekitar 2 bulan setelah tanam), polong matang fisiologis serempak sehingga memungkinkan dipanen sekali waktu (tidak berkali-kali sebagaimana varietas lokal), dan memiliki ketahanan terhadap hama thrips dan penyakit embun tepung (AWA)