Jakarta, Technology-Indonesia.com – Setelah persemaian, pengendalian organisme penganggu tanaman (OPT) khususnya virus kuning pada tanaman cabai juga dilakukan pada saat pertanaman.
Pada saat mempersiapkan lahan, kendalikan gulma berdaun lebar antara lain jenis babandotan, daun kancing, ciplukan dan gulma lainnya yang dapat menjadi inang virus dan kutukebul.
Selanjutnya lakukan pengolahan tanah dan pemupukan berimbang yang bertujuan untuk menghilangkan atau memperkecil sumber infeksi dan memperbaiki tekstur tanah (aerasi baik). Waktu pengolahan tanah, bersihkan lahan dari gulma inang virus dan sisa-sisa tanaman sebelumnya.
Gunakan pupuk kandang matang. Keseimbangan nutrisi (nitrogen, fosfor, dan kalium) dan dosis penggunaan pupuk yang tepat adalah penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan melindungi serangan OPT. Dosis pupuk komposit adalah 700 kg/ha diberikan sebelum tanam dan 300 kg/ha untuk pupuk susulan diberikan dengan cara di kocor.
Kemudian gunakan mulsa plastik hitam perak untuk memantulkan sinar matahari, sehingga serangga hama tidak menyukai kondisi tersebut. Selain itu mulsa digunakan untuk menghambat pertumbuhan gulma, dan dapat menyebabkan patogen tanah tidak aktif.
Penggunaan mulsa plastik dapat menunda insiden penyakit virus lebih kurang 21 hari karena pengaruhnya yang dapat menekan gulma inang virus dan dapat menekan populasi vektor B. tabaci.
Kemudian lakukan pertanaman tanaman penghadang bertujuan untuk menghalangi serangga vektor dan penyakit lain dari pertanaman lain agar tidak dapat masuk ke pertanaman cabai. Tanaman penghadang yang dapat digunakan adalah tanaman jagung yang ditanam 5-6 baris rapat (jarak tanam 15-20 cm) di sekeliling kebun 2-3 minggu sebelum tanam cabai.
Pengendalian juga dilakukan menggunakan perangkap likat kuning sebanyak 40 lembar/ha secara serentak di pertanaman, digantung/dijepit pada kayu/bambu setinggi 30 cm di atas tajuk daun guna mengurangi populasi vektor.
Pada waktu tanam, juga dilakukan penyiraman (soil drencing) pada lubang tanam dengan larutan insektisida Tiametoksam (Actara) (0,5 ml/l) dengan dosis 50 ml/ tanaman, penyiraman (soil drencing) diulang pada umur 2 dan 4 minggu setelah tanam.
Manfaatkan predator Menochilus sexmaculatus atau kepik daun. Predator satu ini biasanya memakan hama berupa serangga kecil seperti kutu kebul, kutu daun, thrips dan banyak lagi. Bahkan larva kepik memiliki makanan utama yang serupa dengan kepik dewasa. Seekor kepik dewasa dapat memakan 50-60 aphids dalam sehari.
Untuk pengendalian selanjutnya gunakan biopestisida ATECU 10ml/l (ATECU = fermentasi dari Agonal + Teprosia + Cow urine) atau pestisida nabati yang bersifat sebagai penolak (Minyak serai wangi, Lavender).
Kemudian lakukan eradikasi tanaman sakit yaitu tanaman yang menunjukkan gejala segera dicabut dan dimusnahkan dengan cara dibakar supaya tidak menjadi sumber penularan. (Sumber Balitsa)
Pengendalian OPT Cabai dengan Mulsa Hitam hingga Kepik
