Jakarta, Technology-Indonesia.com – Beberapa hari setelah musibah gempa berkekuatan 7.4 SR yang diikuti tsunami dan likuifaksi, aktivitas sosial dan pembangunan kota Palu nyaris lumpuh. Listrik dan air PAM mati serta jaringan komunikasi putus total sehingga kantor pelayanan umum, aktivitas ekonomi, dan lain-lain terhenti. Hampir semua gedung, bangunan, sarana jalan, dan lain-lain rusak berat. Bahkan, banyak rumah penduduk, sekolah, pesantren, dan lain-lan rata dengan tanah.
Pegawai Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tengah, Emilia menuturkan masyarakat Palu sudah terbiasa mengalami gempa. Namun, gempa kali ini sangat berbeda, karena kekuatannya sangat besar, diikuti terjangan tsunami dahsyat. Tak hanya itu, ada kampung pemukiman penduduk yang lenyap ditelan lumpur. Peristiwa ini disebut likuifaksi atau nalodo dalam bahasa lokal.
“Alhamdulillah kami sekeluarga selamat, meskipun rumah kami hancur berantakan. Kami benar-benar bersedih karena banyak teman, dan sahabat atau keluarganya yang meninggal tertimpa reruntuhan rumah atau hanyut diterjang tsunami. Bahkan ada keluarga yang hingga saat ini belum ditemukan,” ujar Emilia.
Terdapat beberapa masalah yang muncul setelah musibah gempa, tsunami, dan likuifaksi terutama di Kota Palu, Sigi, dan Donggala, yaitu dampak psikis, fisik, dan sosial, ekonomi, dan lain-lain. Dampak psikis terutama trauma anak-anak harus menjadi prioritas utama dalam penanganan musibah ini. Selain aspek fisik seperti perbaikan jaringan listrik, air, jaringan komunikasi dan lain-lain.
“Alhamdulillah, kemarin Sabtu 6 Oktober seorang ahli psikologi anak Kak Seto muncul di Kota Palu. Semoga beliau bisa segera memberikan saran dan rekomendasi untuk mengatasi dampak psikis terutama anak-anak,” tuturnya.
Musibah ini, lanjutnya, menyisakan dampak psikis luar biasa terhadap masyarakat Palu. Mereka masih trauma, khawatir, dan was-was terhadap gempa dan tsunami sehingga hingga hari ini mereka tidak berani tinggal di rumah. Selain itu, mereka juga masih merasakan pilu yang mendalam akibat kehilangan orang-orang yang dicintainya, kehilangan rumah tempat tinggal, bahkan tidak sedikit yang kehilangan mata pencaharian.
Saat ini masyarakat Palu, Sigi, dan Donggala banyak yang kelaparan karena kehabisan bekal dan logistik. Tidak sedikit tempat pengungsian hingga hari ini belum mendapat bantuan karena sulitnya aksebilitas akibat jalan retak dan hancur dan sulitnya komunikasi sehingga kondisi ini tidak mudah untuk didata.
Alhamdulillah, sejak Kamis (4/10/2018) bantuan pangan dan kebutuhan pokok lainnya mulai berdatangan. Sebut saja bantuan dari masyarakat Banggai yang dipelopori oleh Bupati berkali-kali dikirimkan dari Luwuk ke Palu. Lalu, bantuan 500 truk dari Kementerian Pertanian (Kementan), para mitra Kementan, masyarakat Sulawesi Selatan (Sulsel) yang diprakarsai Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaeman sejak Jumat (5/10/2018) sudah masuk kota Palu, Sigi, dan Donggala. Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di Makassar mengatakan bantuan warganya akan terus dikirimkan untuk meringankan beban korban bencana di Palu, Sigi, dan Donggala.
Saat kunjungan ke Palu dan Sigi, pada Sabtu (6/10/2018), Menteri Amran Sulaiman mengatakan bantuan kali ini bukan dari APBN, tapi murni dari kantong keluarga besar Kementan, para mitra, dan masyarakat Sulsel. Kementan juga siap membantu para petani yang mengalami dampak musibah ini berupa perbaikan jaringan irigasi yang rusak, benih padi, jagung, dan kedelai, serta ternak (ayam, kambing, sapi dan lain-lain). Dedi Nursyamsi (Kementan)/SB