Bogor, Technology-Indonesia.com – Sektor perkebunan masih berperan besar dalam penguatan pendapatan nasional dengan kontribusi nilai ekspor pada tahun 2020 mencapai Rp 359,14 triliun. Oleh karenanya, perkebunan berkelanjutan merupakan suatu hal yang terus didorong.
Menteri Pertanian Dr. Syahrul Yasin Limpo menyampaikan hal tersebut dalam International Conference Sustainable Plantation (ICSP) yang dilaksanakan secara virtual pada 2-3 September 2021. Konferensi ini digelar oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian dan IPB University.
“Mengembangkan pertanian berkelanjutan membutuhkan beberapa penemuan dan inovasi mengenai penelitian tentang nilai tambah dan daya saing tanaman perkebunan. Kami berharap acara ini sukses dan bermanfaat dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) untuk memperkuat kesejahteraan manusia secara global dan nasional serta ada rumusan konkret dukungan inovasi perkebunan dalam upaya peningkatan ekspor 3 kali lipat Kementerian Pertanian,” ucap Mentan Syahrul.
Konferensi internasional yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) ini mengangkat tema “Improving Added Value of Plantation Crops Through Sustainable Innovation” atau upaya perumusan gagasan untuk meningkatkan nilai tambah tanaman perkebunan melalu inovasi berkelanjutan.
“ICSP 2nd ini merupakan kelanjutan dari ICSP pertama di tahun 2019. Kami berharap konferensi virtual ini akan menjadi forum yang istimewa bagi peserta untuk berinteraksi dan mendiskusikan kolaborasi di masa depan terutama terkait inovasi teknologi perkebunan,” ucap Kepala Puslitbangbun Syafaruddin pada Kamis (2/9/2021).
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menyebutkan beberapa tanaman perkebunan utama yang memberi kontribusi positif terhadap kelangsungan perekonomian di banyak negara tropis antara lain kelapa sawit, kelapa, sagu, karet, kopi, kakao, teh, lada, cengkeh, tanaman obat, dan tebu. Namun, di satu sisi, tantangan tenaga kerja juga perlu dirumuskan penyelesaiannya.
“Sektor pertanian khususnya perkebunan juga merupakan sektor yang padat karya. Karena sektor ini ke depannya akan terus berkembang, maka pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang andal akan menjadi salah satu masalah utama, sehingga memerlukan upaya berkelanjutan untuk mengembangkan kapasitas tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat,” papar Fadjry.
Senada dengan Fadjry, rektor IPB University Arif Satria mengatakan bahwa tantangan tenaga kerja dan industri harus dijawab dengan inovasi perkebunan berkelanjutan mulai dari hulu hingga hilirnya.
“Sektor perkebunan sangat bergantung pada kapasitas dari sumber daya manusia. Sekarang kita menghadapi industri 4.0 sehingga penting untuk memanfaatkan teknologi modern dan canggih untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk perkebunan. Semoga dalam konferensi ini kita dapat berbagi perkembangan terkini dari inovasi teknologi perkebunan mulai dari produksi, processing, hingga market-nya,” papar Arif Satria.
Adapun beberapa topik yang diangkat dalam rangka mendukung perkebunan berkelanjutan antara lain perlindungan tanaman perkebunan, pemuliaan tanaman perkebunan, pengelolaan air, pemupukan, pengelolaan lingkungan perkebunan, agroforestry, teknologi pascapanen, keanekaragaman hayati, dan perubahan iklim. Berbagai topik tersebut dibahas oleh pembicara dari dalam dan luar negeri yang kompeten di bidangnya.
Untuk diketahui, ICSP 2021 digelar secara virtual selama dua hari yang terdiri dari sesi pleno, sesi paralel, dan sesi kompetisi mahasiswa. Dalam konferensi, telah diterima sebanyak 147 makalah dari peneliti yang kemudian dipresentasikan dalam sesi paralel dan naskahnya akan dipublikasikan dalam prosiding IOP.
Konferensi internasional ini juga diikuti oleh 548 peserta dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, kementerian/lembaga, pemerintah daerah, swasta, dan pemangku kepentingan dari Indonesia maupun luar negeri seperti Malaysia, Filipina, Korea, Jepang, Australia, USA, India, dan Pakistan.