Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pakan memegang peranan penting dalam usaha peternakan, baik dari aspek kualitas maupun ketersediaannya. Masalah dan kendala bagi peternak saat ini adalah harga pakan yang makin mahal. Salah satu cara untuk mengantisipasinya dengan memanfaatkan limbah pertanian, peternakan dan industri sebagai bahan pakan alternatif seperti ampas kelapa sisa pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO).
VCO atau minyak kelapa murni banyak diproduksi pada masa pandemi Covid-19 karena dapat meningkatkan daya tahan atau imun tubuh. Hasil samping dari proses pembuatan VCO ini adalah ampas kelapa yang masih memiliki kandungan protein cukup tinggi dan berpotensi untuk dimanfaatkan dan diolah menjadi pakan.
Ampas kelapa sebagai produk samping pengolahan VCO memiliki kadar protein kasar masih relatif tinggi yaitu sebesar 11,35% dengan kadar lemak kasar 23,36%. Protein merupakan salah satu komponen yang terpenting pada pakan, sehingga tingginya kadar protein pada ampas kelapa merupakan suatu keuntungan untuk diolah menjadi pakan.
Namun demikian, lemak yang cukup tinggi merupakan kendala pada pengolahan ampas kelapa yang akan diolah menjadi pakan. Hal ini akan mempengaruhi kualitas pakan yang dihasilkan terutama dalam mempengaruhi umur simpan dan daya cerna pakan.
Salah satu cara untuk mengolah ampas kelapa menjadi bahan pakan ternak adalah dengan fermentasi. Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa komplek diubah menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim dari mikroorganisme.
Fermentasi ampas kelapa juga mampu meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organik, terjadi perubahan kualitas bahan makanan menjadi lebih baik dari bahan asalnya baik dari aspek gizi serta meningkatkan daya simpan.
Penggunaan ampas kelapa fermentasi di dalam ransum unggas terutama ayam buras sangat memungkinkan untuk diaplikasikan, karena ayam buras lebih toleran terhadap serat kasar ransum. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat penampilan produksi unggas yang memakai bahan pakan ampas kelapa fermentasi dalam ransum.
Efisiensi ransum ayam pedaging menggunakan ampas kelapa yang difermentasi lebih baik dibandingkan dengan ampas kelapa tanpa difermentasi. Hasil penelitian menyebutkan, penggunaan ampas kelapa yang difermentasi sampai 12% ini sangat efisien jika dibandingkan dengan menggunakan ampas kelapa yang tidak difermentasi terlebih dahulu.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kemampuan ternak ayam mengkonsumsi 1 kg ransum yang mengandung ampas kelapa fermentasi dapat membentuk rata-rata 0,59 kg bobot hidup. Sedangkan yang menggunakan ampas kelapa tanpa fermentasi hanya mampu membentuk bobot hidup rata-rata 0,45 kg.
Dari penelitian lainnya diperoleh hasil penambahan berat ayam pedaging tertinggi dicapai pada perlakuan pemberian ampas kelapa fermentasi 9% dalam ransum yaitu 41,99 g/ekor/hari. Sedangkan hasil yang terendah didapat pada perlakuan pemberian tanpa ampas kelapa fermentasi yaitu 32,60 g/ekor/hari. (Sumber Balitbangtan)