Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah melepas ratusan varietas padi yang dihasilkan dari inovasi penelitian. Salah satunya varietas hibrida padi atau lebih dikenal dengan nama HIPA, yang mempunyai potensi hasil tinggi hingga menyentuh angka 11 ton/ha. Kementerian Pertanian tercatat telah melepas 21 padi hibrida publik, dua di antaranya adalah varietas HIPA 19 dan HIPA 21.
Kedua varietas padi ini memiliki keunggulan yang menarik. HIPA 19 mempunyai potensi hasil 10 ton/ha, nasi pulen, dapat dipanen saat umur 111 hari setelah semai, serta agak tahan terhadap wereng coklat.
HIPA 21 juga mempunyai karakter yang mampu bersaing dengan varietas-varietas terdahulunya. Varietas ini mempunyai potensi hasil hingga 11,11 ton/ha bahkan potensi menjadi benih F1 mencapai 2 ton/ha. Tekstur nasi pulen dan dapat dipanen saat berumur 113 hari setelah semai. Varietas ini agak tahan terhadap wereng coklat dan tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri.
Sejumlah keunggulan yang istimewa tersebut membuat hibrida padi mempunyai magnet yang kuat untuk menarik para stakeholder untuk terlibat dalam pengembangannya. Salah satunya adalah PT. Tunas Widji Inti Nayottama (TWIIN).
Kerjasama diawali pada 2019 saat PT. TWIIN berhasil meminang HIPA 19 dan HIPA 21 untuk dilakukan lisensi. PT. TWIIN memproduksi benih HIPA 19 dan HIPA 21 seluas 75 hektare (ha) dengan sistem korporasi bersama Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan di tahun 2020.
Selain itu, bekerjasama dengan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) untuk perbanyakan tetua HIPA 19 dan 21 untuk menyiapkan korporasi produksi benih seluas lebih 500 ha di 2021 atau setara dengan 750 sampai 1000 ton benih F1 padi hibrida.
Salah satu bentuk keseriusan PT. TWIIN diwujudkan melalui kegiatan kunjungan lapang sekaligus koordinasi bersama Tim Hibrida BB Padi Balitbangtan pada Minggu (8/11/2020) di Kebun Percobaan Sukamandi, BB Padi. Direktur PT TWIIN, Rakhimin mengatakan bahwa pihaknya ke depan dapat mengembangkan produksi benih skala luas yang menguntungkan baik secara ekonomis maupun sosial ke masyarakat petani.
“Kedepannya kami yakin dapat mendukung program pengembangan padi hibrida di Kalimantan Tengah melalui Kawasan Food Estate,” lanjutnya.
Peneliti Balitbangtan, Satoto, pada kesempatan yang sama menjelaskan bahwa salah satu kunci pengembangan padi hibrida adalah produksi benihnya, apabila telah mendapatkan kunci ini, setidaknya satu pintu keberhasilan sudah terbuka.
“Agar kegiatan produksi benih ini dapat berkelanjutan, kedepannya PT TWIIN harus mampu mengidentifikasi lokasi-lokasi yang sesuai dan mitra petani yang responsif terhadap teknologi ini, tambah Satoto. (Sumber Balitbangtan)