Cianjur, Tehnology-Indonesia.com – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo memberikan nama untuk dua klon tanaman hias impatiens (pacar air) hasil inovasi Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). Dua klon tanaman hias tersebut diberi nama Mojang Timo dan Gincu Perempuan.
Nama Mojang Timo diberikan untuk klon 16.2 yang merupakan hasil persilangan antara Impatiens NG46 asal Jepang dengan impatiens celebica 2008.9, spesies tetua jantan asal Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
“Mojang Timo artinya perempuan cantik dari Kabupaten Tinggimoncong,” terang Mentan Syahrul di sela Ekspose Inovasi Tanaman Hias yang digelar di Balithi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Kamis (9/9/2021).
Seebelumnya, Balithi mengusulkan dua nama untuk klon 16.2 yaitu Impago Agrihorti yang artinya impatiens asal Gowa dan Naranja Agrihorti, dari bahasa Spanyol yang artinya warna orange.
Selanjutnya, Mentan memberi nama Gincu Perempuan untuk klon 17.12 yang berasal dari persilangan Impatiens NG35 dengan Impatiens celebica 2008.9, spesies tetua jantan yang juga berasal dari Kecamatan Tinggimoncong. Nama yang diusulkan Balithi untuk Klon 17.12 adalah Timo Agrihorti yang artinya impatiens dari Kecamatan Tinggimoncong dan Arunika Agrihorti dari bahasa Hindi yang artinya warna merah cantik.
“Namanya Gincu perempuan, karena bunganya cantik sekali seperti memakai gincu,” katanya. Mentan Syahrul berharap kedua tanaman hias tersebut bisa menjadi kembang atau bunga yang berkualitas serta bisa dikembangkan lebih luas di seluruh Indonesia.
Mentan juga mengungkapkan bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya memandang bunga sebagai tanaman hias semata, tetapi juga mengandung filosofi yang indah. Karena itu ada istilah: Katakan cinta melalui bunga, katakan ketulusan dan kedamaian melalui bunga. Bunga melati misalnya, artinya suci. Bunga mawar membuat kita bersakwa sangka yang baik dan saling menjaga.
Indonesia dengan iklim tropis, Menurut Syahrul memiliki kontur tanah yang sangat bagus sehingga menghasilkan bunga tropis yang sangat indah dan diminati dunia. Potensi tersebut harus dikembangkan secara optimal di masa mendatang. “Kita tundukkan dunia dengan kembang tropis kita,” lanjutnya.
Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry mengatakan bahwa dalam beberapa tahun ini, Balitbangtan melalui Balithi sudah merilis beberapa varietas unggul yang memiliki potensi ekspor yang besar. Salah satunya varietas krisan untuk tanaman rendah yang 30 persen merajai varietas yang diekspor ke luar negeri.
Varietas tanaman hias lain yang sudah merambah pasar ekspor adalah impatiens atau pacar air. Bekerjasama dengan Sakata Seed Coorporation dari Jepang, Balitbangtan menyilangkan varietas pacar air lokal hingga menghasilkan varietas unggul baru berkualitas ekspor.
Varietas unggul baru pacar air hasil persilangan tersebut telah dipasarkan hingga ke Eropa. Selama hampir 10 tahun, Balitbangtan mendapatkan riyati rata-rata Rp 500 juta dari kerjasama tersebut. “Setiap bunga yang dipasarkan di Eropa ada logo Balitbangtan. Itu jadi kebanggaan kita,” katanya.
Ia pun mendorong beberapa tanaman hias lokal tropis bisa tren seperti tanaman janda bolong. Contohnya, anggrek tanduk rusa yang harganya mencapai 8-10 juta untuk indukkannya dan sudah diekspor ke beberapa negara.