Jakarta, Technology-Indonesia.com – Sapi merupakan salah satu hewan ruminansia yang banyak dipelihara petani di Indonesia. Selain menghasilkan susu, bibit dan daging, sapi juga menghasilkan produk sampingan berupa kotoran ternak yang biasanya menjadi masalah karena menimbulkan bau tidak sedap dan menganggu kesehatan ternak itu sendiri. Badan Litbang Pertanian memiliki teknologi inovatif yang dapat memecahkan masalah tersebut secara cepat dan sekaligus menguntungkan petani.
Peternak sapi umumnya belum mengelola limbah ternaknya dengan baik. Padahal limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi usahatani dalam sistem integrasi ternak dan tanaman. Pemanfaatan teknologi tersebut dapat mengurangi penggunaan pupuk an-organik (kimia) dalam usahatani, sehingga menjawab permasalahan mahalnya harga pupuk kimia dan dampak negatif dari penggunaan pupuk kimia secara terus menerus. Salah satu teknologi inovatif yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian dan menjadi solusi atas permasalahan ini adalah pengelolaan limbah ternak sapi menjadi pupuk organik.
Teknologi pupuk organik Badan Litbang Pertanian merupakan teknologi tepat guna yang mudah untuk dipahami dan diaplikasikan oleh petani. Teknologi tersebut dikategorikan menjadi pupuk organik padat dan cair. Pupuk padat yaitu kotoran ternak berupa padatan yang dikomposkan sebagai sumber hara terutama N bagi tanaman dan dapat memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah. Dalam pembuatannya diperlukan tambahan dekomposer untuk mempercepat proses dekomposisi dan meningkatkan kualitas pupuk kandang.
Sedangkan pupuk cair yang dikenal dengan Biourine, dibuat menggunakan limbah cair yaitu urine sapi. Biourine merupakan hasil fermentasi anaerobik dari urine dengan nutrisi tambahan berupa mikroba pengikat nitrogen dan mikroba dekomposer lainnya. Proses ini menyebabkan kandungan unsur nitrogen dalam Biourine akan lebih tinggi dibandingkan pada urine biasa.
Pemanfaatan teknologi ini sangat menguntungkan bagi petani karena dapat meningkatkan pengetahuan juga memberikan dampak positif secara sosial dan ekonomi.
Teknologi kompos dan Biourine merupakan teknologi sederhana yang sangat sesuai dengan konsep pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan. Namun teknologi ini belum menyebar secara luas di masyarakat, termasuk di Kalsel. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat akan besarnya manfaat pupuk organik. Karena itu, BPTP Kalsel berperan penting dalam mendiseminasikan teknologi tersebut kepada pengguna dan stakeholders terkait di daerah.
Pemanfaatan Limbah Ternak
Kalimantan Selatan (Kalsel) merupakan salah satu penyuplai daging sapi nasional, dengan sentra produksi salah satunya di Kabupaten Barito Kuala (Batola). Di Kabupaten Batola, sapi dikembangkan oleh petani untuk tujuan penggemukan seperti halnya di Desa Danda Jaya, Kecamatan Rantau Badauh yang merupakan salah satu desa binaan Balitbangtan BPTP Kalsel. Pada awalnya pengelolaan limbah merupakan masalah bagi petani, sehingga Balitbangtan BPTP Kalsel memberikan solusi inovasi pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik.
Salah satu petani yang sukses menerapkan teknologi ini adalah Musodikun (48 tahun) yang secara aktif mengikuti kegiatan dan pembinaan dari BPTP Kalsel. Sebelumnya, Musodikun sebagaimana banyak petani di Desa Danda Jaya menghadapi masalah melimpahnya kotoran sapi di sekitar kandang yang mengganggu masyarakat dan ternak sendiri.
Pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Kalsel, di antaranya dalam bentuk teknologi pemanfaatan limbah, telah mengubah pandangan Musodikun dalam berusahatani. Teknologi tersebut tidak hanya menjadi solusi pemecahan masalah yang telah lama dihadapi namun juga memberikan peluang usaha. Sehingga Musodikun mencoba memanfaatkan sumber daya yang ada untuk merintis pertanian ramah lingkungan dengan memanfaatkan limbah ternak yang ada di sekitarnya.
Musodikun bersama BPTP Kalsel melakukan improvisasi untuk meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan dengan menambahkan bahan lain yang tersedia melimpah di lokasi. Pupuk organik yang dihasilkan diperkaya dengan pestisida nabati, Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR), bioaktivator (EM4) dan agensia hayati (jamur tricoderma). Saat ini, selain terpeliharanya kebersihan kandang, produk juga dijual kepada petani sekitar sehingga menambah penghasilan petani.
Aktif menjadi ketua Gabungan Kelompok Ternak Wijaya Kusuma membuat Musodikun turut serta dalam menyebarluaskan informasi dan mengajak anggota dalam memanfaatkan teknologi tersebut. Berkat kegigihan Musodikun, banyak petani di Desa Danda Jaya telah merasakan manfaat dari hasil pengolahan limbah. Beberapa inovasi lain yang dikembangkan Musodikun yaitu memanfaatkan limbah pertanian seperti kulit singkong dan jerami padi untuk pakan ternak sapi, budidaya sayuran sehat serta memanfaatkan limbah ternak menjadi biogas.
Prospek Usaha

Keunggulan hasil limbah padat ternak sapi yang dikembangkan Gapoknak Wjijaya Kusuma adalah dengan penambahan Biourine. Tujuannya untuk meningkatkan unsur hara pada kompos yang dihasilkan, sehingga memiliki unsur hara yang lebih banyak dibandingkan kompos biasa tanpa tambahan Biourine.
Keunggulan Biourine yaitu aplikasinya lebih mudah, cepat mengatasi defisiensi hara, bisa langsung digunakan oleh tanaman, kandungan hara lebih tinggi dari pupuk padat, mengandung ZPT, mencegah datangnya berbagai hama tanaman, mudah dalam pembuatannya, murah harganya serta aman karena tidak meninggalkan residu pada tanah. Dari hasil uji coba petani di lapangan pemanfaatan pupuk organik ini dapat mengurangi biaya pupuk kimia hingga 50%, tanaman lebih subur dan masa panen untuk sayuran menjadi lebih cepat, meningkatkan daya tahan tanaman, hasil panenpun meningkat serta menghemat biaya produksi karena harganya terjangkau.
Biaya produksi pupuk organik yang relatif murah merupakan keuntungan tersendiri bagi petani dalam mengembangkan usahanya. Saat ini, usaha yang dikembangkan oleh Gapoknak Wijaya Kusuma berupa pupuk organik telah dipasarkan ke berbagai daerah yang ada di Kalsel, bahkan sampai ke Kalimantan Timur. Penjualan pupuk kompos juga telah merambah ke dinas, pengusaha, maupun kalangan rekan sesama petani di Kalsel.
Pupuk kompos dijual dalam ukuran 25 kg dengan harga Rp. 35 ribu sementara untuk Biourine Rp.30 ribu/liter. Jumlah produksi dalam satu bulan bisa mencapai 200 kg pupuk kompos dan 2 drum (1200 liter) Biourine. Hal ini menjadi peluang yang sangat menjanjikan apabila terus dikembangkan.
Peluang pengembangan ternak sapi di Kalsel hendaknya dapat mendorong prilaku petani yang adaptif terhadap berbagai teknologi baru ditunjang dengan pendampingan, pelatihan serta pembinaan secara terus-menerus. Tujuannya agar teknologi inovatif dapat diadopsi oleh petani. Selain itu diperlukan wadah promosi, peningkatan kualitas, sehingga dapat menghasilkan berbagai produk pertanian ramah lingkungan yang bersaing di pasaran.
Kedepan diharapkan petani di Kalsel akan lebih maju, kreatif, berjiwa entrepreneur dan adaptif terhadap hal baru. Serta, dapat memanfaatkan teknologi sebagai media diseminasi dan promosi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani serta keluarganya. (BPTP Kalsel/Ida Faridatul Alawiyah dan Shinta Anggreany)