Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengembangkan teknologi budidaya padi gogo Largo Super di Desa Banjarejo dan Desa Puliharjo, Kecamatan Puring, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Dengan teknologi ini, produktivitas padi ditargetkan mencapai 10 ton/hektar.
Kepala Puslitbang Tanaman Pangan, Andriko Noto Susanto mengatakan Largo (larik gogo) merupakan terobosan teknologi budidaya padi gogo dengan merekayasa jumlah populasi per hektar minimal 200.000 rumpun. Teknologi ini menerapkan cara tanam jajar legowo (Jarwo) dengan alsin tabela larik pola jarwo 2:1.
Penerapan sistem tanam Jarwo, lanjut Andriko, jarak tanam padi gogo 25 x 25 cm antar rumpun dalam baris; 12,5 cm jarak dalam baris; dan 50 cm sebagai jarak antar barisan/lorong atau ditulis 25×12,5×50 cm.
“Sistem tanam legowo 2:1 akan menghasilkan jumlah populasi tanaman per hektar sebanyak 213.300 rumpun, meningkat 33,31% dibanding pola tanam tegel 25 x 25 cm yang hanya 160.000 rumpun/hektar. Dengan pola tanam ini, seluruh barisan tanaman akan mendapat tanaman sisipan,” terang Andriko pada Technology-Indonesia.com, Minggu (14/1/2018).
Penerapan teknologi Largo Super dimulai saat menggunakan varietas adaftif dengan provitas/produktivitas tinggi seperti varietas unggul padi gogo Inpago 8, 9, 10 dan IPB 9G. Varietas dengan provitas tinggi ini adalah kombinasi wajib larik gogo plus pupuk hayati, pestisida nabati dan biodekomposer.
“Teknologi ini tepat dalam pengelolaan di lahan kering terbuka maupun ternaungi tanaman hutan dan perkebunan di Indonesia,” lanjutnya.
Tim Balitbangtan yang terdiri dari Puslitbang Tanaman Pangan, Balai Besar Penelitian Padi serta Dinas Pertanian Kabupaten Kebumen telah mengunjungi lokasi pertanaman yang sudah mulai masuk fase panen, pada Sabtu (13/1/2018). Kebumen dipilih sebagai lokasi uji karena wilayah lahan kering yang luas menghampar sepanjang pantai selatan baik terbuka maupun ditanami tanaman tahunan terutama kelapa.
Lokasi kegiatan terletak sekitar 1 – 3 km dari laut, dengan ketinggian 20-50 mdpl. Namun demikian air yang mengairi persawahan tidak asin. Periode tanam dilaksanakan pada Oktober 2017 sampai Februari 2018 di hamparan lahan seluas 30 hektar.
Sebelumnya, pola tanam eksisting adalah padi – palawija. Sedang dibawah tegakan kelapa berupa lahan kosong atau ditanami hortikultura sayur dan bumbu. “Di bawah naungan kelapa yang biasanya bero atau tidak ditanami dan dibiarkan sampai musim tanam berikutnya, kita masukan padi gogo agar luas panen meningkat,” terangnya.
Hasil tinjauan lapangan, performa tanaman pada hamparan terbuka bagus, sehingga target provitas 10 ton/hektar optimis tercapai. “Sebelumnya, petani ada yang menanam padi gogo dengan cara lama yaitu tanam pindah, atau tugal jarak tidak teratur, dengan provitas sekitar 4 ton/hektar,” kata Andriko.
Petani terkesan dengan produktivitas Inpago 9 dan 10, namun akan menguji beras dan rasa nasi sebelum memutuskan pilihan. Sedangkan performa tanaman di bawah tegakan kelapa masih perlu mendapat perhatian terutama pengendalian hama dan pemupukan.
Menurut Andriko, luas lahan kering di Jawa Tengah untuk berbagai penggunaan lahan sekitar 739.000 hektar. Untuk pengembangan gogo sekitar 576.000 hektar. Untuk itu, pihaknya akan mendorong penerapan teknologi ini menjadi rekomendasi nasional.
“Ini kita siapkan untuk teknologi pengelolaan lahan kering. Kalau padi sawah andalan teknologi kita Jarwo Super. Kalau padi gogo Largo Super,” pungkasnya.