Jakarta, Technology-Indonesia.com – Tanaman air atau biasa disebut aquatic plant atau flora aquatic merupakan bagian dari perikanan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun sebagian besar masyarakat belum mengetahui manfaat serta kegunaan tanaman tersebut.
Melihat besarnya potensi yang ada, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mengembangkan tanaman hias air bernilai ekonomi tinggi.
Dalam kerja sama ini, Balitbangtan melalui Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) berperan dalam perbanyakan ex situ tanaman air dengan memanfaatkan sifat totipotensi sel dan bioteknologi untuk menciptakan inovasi in vitro tanaman hias air. Dengan memanfaatkan sifat totipotensi sel, tanaman air dapat hidup di luar habitatnya dan dapat dipanen sebanyak yang diinginkan. Tanaman air juga tumbuh secara seragam serta bebas patogen sehingga baik untuk ikan.
Kepala BB Biogen, Mastur PhD mengatakan Balitbangtan memiliki fasilitas dan sumber daya manusia (SDM) mencukupi untuk melakukan riset bioteknologi dan sumber daya genetik, untuk itu pihaknya mengaku senang dapat bekerjasama dengan KKP.
“Pada hakekatnya fasilitas dan SDM yang kami miliki dibiayai negara untuk seluruh rakyat Indonesia, termasuk instansi pemerintahan maupun swasta. Itulah yang mambuat kami senang dapat bekerjasama dengan KKP,” ujar Mastur dalam konferensi pers yang digelar BRSDM di Jakarta, Kamis (8/11/2018).
Mastur menambahkan, tujuan akhir dari kerja sama ini adalah memanfaatkan sumber daya genetik tanaman air. “Kekayaan sumber daya genetik kita ini harus dilestarikan dan dimanfaatkan, karena konservasi terbaik adalah memanfaatkan. Harapan saya melalui kerja sama ini, sumber daya genetik aquatic air tawar maupun air laut dapat dikembangkan sehingga terjaga kelestariannya di alam,” tutur Mastur.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala BRSDM Sjarief Wijaja mengungkapkan, melihat potensi tanaman air yang tinggi KKP melalui BRSDM memulai riset tanaman air yang diawali dengan pendataan spesies tanaman air endemik Indonesia yang berpotensi sebagai estetika atau hiasan akuarium dan sebagai obat.
“Ini adalah bisnis baru, komoditas baru yang harus disampaikan ke publik sebagai peluang bisnis. Saat ini kami membuka new frontiers untuk daerah-daerah peluang bisnis, peluang usaha, peluang ekspor, serta peluang komoditas tanaman air Indonesia yang lebih kaya,” paparnya.
Sjarief juga menyampaikan bahwa studi dan inventarisasi tanaman air endemik di seluruh perairan Indonesia penting dilakukan, sebelum semuanya diklaim oleh pihak asing. Pasalnya permintaan tanaman air banyak diminati hobiis manca negara dan tanah air.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2008, nilai kumulatif ekspor tanaman air pada 2002 – 2004 mencapai angka US$ 1.054.229 dan pada 2006 berada di angka US$ 676.404. Karena selain untuk keindahan estetika, tanaman air juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosisitim perairan.
Disamping itu, Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) – BRSDM, juga telah mengidentifikasi tanaman air endemik dari perairan Pulau Kalimantan, yakni jenis Bucephalandra dan memiliki nilai ekonomis di dalam negeri sebesar Rp. 50.000 – 500.000/rhizome (rimpang) dan nilai ekspor sebesar US$ ± 300/rhizome.
BRBIH pun turut melakukan inovasi-inovasi riset untuk menunjang kehidupan perekonomian petani dan pembudidaya tanaman air, pertama yakni ‘Inovasi In-Vitro Tanaman Hias Air sebagai Estetika (aquascape)’ dan ‘Obat Herbal Alami Baru untuk Penyakit Ikan’.
Sejak tahun 2016-2018, BRBIH bekerjasama dengan BB Biogen dalam perbanyakan ex situ tanaman air dengan memanfaatkan sifat totipotensi sel dan Bioteknologi untuk menciptakan Inovasi In-Vitro Tanaman Hias Air sebagai Estetika. Budidaya In-Vitro merupakan metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman yang steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap.
Inovasi riset yang kedua adalah Obat Herbal Alami Baru untuk Penyakit Ikan dari Tanaman Air. Peneliti BRBIH, Media Fitri Isma Nugraha menyampaikan, hal pertama yang dilakukan yakni menginventarisasi seluruh tanaman air di Pulau Sulawesi dan mencari active compound/ senyawa aktif dari tanaman air tersebut yang dapat berfungsi sebagai obat herbal alami baru pada penyakit ikan. Tanaman tersebut dapat mematikan pathogen penyebab penyakit ikan, diantaranya yakni Edwardsiella ichtaluri, Streptococcus agalactiae, Aeromonas hydrophilla, Flavobacterium columnare, Chromobacterium violeceum dan dapat menghambat quoroum sensing dari bakteri pathogen.
“Dari riset ini, kami juga telah menginventarisasi sebanyak 200 spesies tanaman air dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah dan telah mendaftarkan satu paten,” papar Media.
Inovasi ini merupakan hasil dari riset kemitraan antara Instalasi Pengendalian Penyakit Patogen Ikan – BRBIH dengan BB Biogen Balitbangtan, Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Politeknik Pertanian Negeri Pangkep Sulsel, Universitas Sam Ratulangi Manado dan Universitas Tadulako Sulawesi Tengah. Kedua inovasi tersebut mendapatkan dukungan pendanaan dari Kemenristekdikti melalui Program Insinas Kemitraan tahun 2017 – 2018. Andika Bakti/SB