Integrasi Agroeduwisata dan TSP Jeruk Balijestro

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) menggencarkan Program Agroeduwisata pada 2020. Terdapat 17 lokasi yang menjadi sasaran Program Agroeduwisata. Salah satunya Taman Sains Pertanian Jeruk Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (TSP Jeruk Balitjestro) di Kota Batu, Jawa Timur.

Dirjen Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, menyatakan kebijakan tersebut dilaksanakan sesuai visi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yang menginginkan pemerintah berkontribusi besar terhadap pemulihan ekonomi nasional (PEN) imbas pandemi Covid-19. Namun, tetap menjadikan rakyat kecil, khususnya petani, sebagai aktor utama.

“Agroeduwisata kita pilih karena tren pariwisata tanah air sedang ‘naik daun’ dalam beberapa tahun terakhir. Namun, terpuruk saat pandemi karena penerapan pembatasan interaksi. Di sisi lain, sektor pertanian tumbuh pesat saat ini. Kalau ini kita combine, tentu dampaknya akan besar, baik terhadap perekonomian nasional maupun peningkatan kesejahteraan petani,” tutur Prihasto dalam keterangan tertulis akhir pekan lalu.

Kepala Balitjestro, Harwanto menyambut positif Program Agroeduwisata karena selaras dengan nafas TSP Jeruk Balijestro. “Program Agroeduwisata Ditjen Hortikultura dengan TSP sangat bersinergi karena Taman Sains Pertanian, mengedepankan riset yang sangat lekat dengan pendidikan. Link and match sangat luar biasa,” ucap Harwanto.

Dicontohkannya, dengan transfer pengetahuan tentang aneka jeruk kepada pengunjung. Sebelum mengunjungi TSP Balitjestro, banyak di antara mereka tidak mengetahui aneka varietas dan karakteristik jeruk. “Masuk sini jadi paham. Sangat edukatif.”

Menurut Harwanto, program tersebut juga memperkuat penjenamaan (branding) Kota Batu sebagai daerah Agroeduwisata. Serta, memperkokoh komitmen Balitjestro menjadi wadah edukasi pertanian berbasis wisata.

Saat kondisi normal sebelum pandemi, sekitar 5 ribu pengunjung mendatangi TSP Balitjestro. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Murid taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA) dan masyarakat umum.

“Mereka ajukan surat, kita atur jadwalnya. Kadang kita tambah personel. Oleh karena itu, maaf kalau ujug-ujug ke sini bisa tidak terlayani karena tidak teragendakan,” jelasnya.

Terdapat lima komoditas yang menjadi fokus pengembangan, yakni jeruk, apel, kelengkeng, stroberi, dan anggur. TSP terbagi menjadi tiga klaster mencakup benih, budi daya (on farm), dan pasca panen.

Pengunjung yang datang diberikan pemahaman tentang pengembangan buah sejak hulu hingga hilir. “Bagaimana cari batang bawah, cara semai, tempel, pelihara, legalisasi, bagaimana nanti di lapangan saat budi daya, pengenalan buah, hingga penanganan pascapanen primer dan sekunder,” urainya.

Balitjestro turut memproduksi produk turunan dari aneka buah yang dikembangkan. Produk-produk tersebut dikemas apik dilengkapi label penunjang dan dijajakan di Jestro Mart. Diseminasi juga dilakukan melalui berbagai media sosial Balitjestro, termasuk Jestro Channel (di YouTube) dan podcast.

Selain itu, Balitjestro juga memberikan pelayanan kepada mahasiswa magang hingga penangkar untuk memperdalam pengetahuannya. Pangkalnya, unit organisasi di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) ini turut menyasar inkubasi bisnis.

“Kita biasa (menggelar) bimtek (bimbingan teknis). Kita adakan latihan bisa secara lokal, regional, nasional secara gratis. Kalau bayar, penangkar bisa datang ke sini, kita ada paketnya. Selain pendidikan, ada fasilitas makan, tempat tinggal, dan sebagainya,” tuturnya.

Sayangnya, operasional TSP sebagai Agroeduwisata belum bisa maksimal, terutama terhadap masyarakat umum yang berkunjung, mengingat belum memiliki sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi sebagai pemandu (tour guide). Selama ini, Balitjestro mengerahkan SDM bagian diseminasi untuk menemani dan memberikan penjelasan kepada pengunjung.

Dengan demikian, penjelasan kepada pengunjung acap kali menggunakan istilah ilmiah. “Semua otodidak. Jadi, terangin sesuai keahlian,” ujar Harwanto. Karenanya, Balitjestro bakal membentuk tim khusus untuk memandu pengunjung agar betul-betul puas.

Balitjestro pun tengah mengembangkan infrastruktur lain guna memaksimalkan perannya. Kini tengah merevitalisasi dan memperluas kebun buah serta berencana membangun ruang audio visual.

Sekretaris Ditjen Hortikultura Kementan, Retno Sri Hartati Mulyandari menambahkan, Program Agroeduwisata akan menyasar optimalisasi pengelolaan sumber daya pertanian di wilayah pengembangan guna mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan dengan cakupan komoditas unggulan setempat. “Dengan demikian, bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani, menjadi tempat pelatihan dan inkubasi bisnis, serta model diseminasi inovasi teknologi pertanian,” tuturnya.

Indikator kesejahteraan petani secara ekonomi, terangnya, tercermin dari peningkatan pendapatan serta konsumsi yang mencakup jumlah, kualitas, dan keragaman. Untuk itu, diperlukan peningkatan produksi, penciptaan nilai tambah, dan menggenjot daya saing produk melalui pemanfaatan sumber daya dari lahan, air, modal, teknologi, SDM, dan sumber daya lainnya dengan menjamin keberlanjutan dan kelestarian sumber daya.

“Keseluruhannya ini dapat tercapai apabila pengelolaan usaha dilakukan dengan skala ekonomis dan menerapkan teknologi maju dan tepat guna. Pengembangan usaha pun harus terintegrasi dari subsistem hulu, produksi, pengolahan, hingga pemasaran. Sementara itu, nilai tambah akan teralisasi melalui pengembangan penanganan pascapanen, grading, dan pengemasan (packing),” urainya.

Selain Balitjestro, Program Agroeduwisata juga menyasar usaha Poktan Maduma di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara; Agrowisata Situ Bolang di Indramayu, TTP Cigombong di Kabupaten Bogor, Agrowisata Jeruk Eptilu di Kabupaten Garut, serta Poktan Rahayutani dan Mekar Setia, BBPP, dan Balitsa Lembang di Kabupaten Bandung, Jabar; Kawasan salak di Kabupaten Sleman, Yogyakarta; P4S Citra Muda Kopeng di Kabupaten Semarang, Balingtan di Kabupaten Pati, dan kebun buah Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah; Poktan di Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, Lampung; serta kebun Cilangkap dan kebun bibit Kamal, Cibubur, dan Ciganjur di DKI Jakarta.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author