Indonesia Pimpin Proyek Pengelolaan SDG Padi Asia Tenggara

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) telah menginisiasi sebuah kegiatan besar yang memanfaatkan sumber daya genetik (SDG) padi beberapa negara Asia Tenggara. Kegiatan sejak tahun 2016 ini didanai Benefit Sharing Fund dari Perjanjian Internasional tentang Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian (ITPGRFA), Organisasi Pangan dan Pertanian, PBB (FAO). Dalam kegiatan tersebut, Indonesia menjadi “pemimpin” proyek FAO “Pengembangan bersama dan transfer teknologi padi” beberapa negara ASEAN terutama Malaysia, Laos dan Pilipina.

Kegiatan tersebut meliputi peningkatan ketersediaan dan transfer teknologi berupa galur hasil persilangan dengan karakter yang diinginkan tiap negara mitra berupa Near Isogenic Lines (NILS), galur hasil silang balik, dan aplikasi marka molekuler sebagai pemandu seleksi dalam program pemuliaan yang akan memberi keuntungan nyata dalam pengembangan bersama untuk percepatan pemuliaan padi.

Kenaikan produksi beras perlu terus dilakukan untuk memenuhi peningkatan drastis konsumsi penduduk. Masalah yang dihadapi dalam meningkatkan produksi pangan beras adalah ketersediaan lahan, kelangkaan air dan tenaga kerja, serta dampak buruk dari perubahan iklim.

Padi memiliki ekosistem luas. Di Asia Tenggara, padi dijumpai mulai dari dataran rendah beririgasi hingga dataran tinggi, baik irigasi teknis, tadah hujan, lahan kering, maupun perladangan berpindah. Selain itu, terdapat keragaman budaya maupun tipe padi yang ditanam.

Variasi ini menciptakan keragaman genetik padi yang luas. Asia Tenggara merupakan salah satu pusat keragaman genetik padi yang penting. Karena itu, kawasan ini memiliki kelimpahan ras lokal (landraces) dengan potensi tinggi menghasilkan aksesi-aksesi unggul berbagai karakter baik ketahanan biotik, abiotik, produktivitas tinggi, nilai fungsional dan gizi unggul, dan lain – lain.

Berbagai aksesi tersebut mengandung alel-alel penting yang mengendalikan toleransi terhadap tekanan abiotik dan biotik tertentu, memiliki kualitas dan gizi tertentu karena disukai oleh konsumen/petani lokal. Keragaman genetik tersebut merupakan material penting sebagai model esensial dalam merakit varietas unggul.

Beras yang diproduksi dan dikonsumsi sebagian besar masyarakat Asia saat ini berasal dari varietas unggul modern yang dirakit dari hasil pemuliaan yang didukung material genetik padi lokal. Beberapa varietas unggul lokal memiliki umur panjang, daun terkulai, dan tinggi, sehingga kurang menguntungkan. Produktivitas beberapa varietas lokal relatif rendah dibandingkan dengan varietas modern. Namun adanya varietas lokal yang mampu beradaptasi dengan baik dan toleran terhadap tekanan biotik dan/atau abiotik tertentu, maka peranannya dalam perakitan varietas unggul mutlak diperlukan.

Dalam rangka peningkatan produktivitas dalam mendukung ketahanan pangan di beberapa negara Asia Tenggara khususnya, maka peningkatan kapasitas pengelolaan sumber daya genetik dan pemuliaan padi sangat mendesak dan penting dilakukan.

Teknologi berbasis genomika sangat membantu dalam mengidentikasi marka molekuler yang terkait dengan banyak sifat penting seperti ketahanan terhadap hama penyakit dan toleransi terhadap lahan marjinal. Banyak gen berguna yang tersimpan dalam varietas padi lokal yang dapat dimanfaatkan untuk pemuliaan.

Karena itu, pertukaran dan pemanfaatan varietas lokal dan modern merupakan langkah ilmiah penting dalam perbaikan pemuliaan untuk mendukung peningkatan produktivitas dan mutu padi negara-negara di ASEAN. Pertukaran varietas tersebut mengikuti skema perjanjian material standar (sMTA) dari ITPGRFA dan peraturan lainnya yang berlaku di masing-masing negara.

Dari kegiatan ini, Balitbangtan menjadi sentral yang mengkoordinasikan pencapaian output penting seperti gene pool padi lokal lengkap dengan informasi pertanian penting, pengembangan varietas padi baru berbasis padi lokal dan memaksimalkan partisipasi petani dalam seleksi untuk pengembangan padi modern unggul.

Direktur General NAFRI, Bounthong Bouahom menekankan bahwa transfer teknologi padi yang dipimpin oleh Balitbangtan Indonesia sangat mendukung program nasional Laos dalam pemuliaan padi kedepan.

Untuk mendukung kegiatan besar ini, sejumlah workshop berseri telah diselenggarakan dengan pimpinan Balitbangtan mulai dari Indonesia 2016, Filipina 2017 dan Laos tanggal 19-23 September 2018 lalu. Workshop ke-3 di Laos diselenggarakan oleh panitia lokal dari NAFRI yang merupakan salah satu mitra.

Hasil penting dari kegiatan ini adalah komitmen semua negara anggota untuk mencapai output sesuai yang direncanakan tepat waktu dengan melakukan revisi action plan dan result framework berdasarkan hasil workshop ke-2 bulan Oktober 2017 di Pilipina dan workshop ke-1 di Lombok, Indonesia. Sejumlah tulisan ilmiah yang akan dipublikasikan dalam level regional/internasional dan 3 buku menjadi target yang harus dicapai oleh empat negara. Selain itu juga dihasilkan galur harapan yang siap dilepas dan menjadi materi pemuliaan lanjutan.

Pada penutupan acara Mastur, Kepala ICABIOGRAD, IAARD menyampaikan agar kegiatan ini tidak hanya berkontribusi pada aktivitas dan komunitas keilmuan tetapi juga harus mampu menghasilkan output riil baik berupa galur harapan, varietas unggul lokal maupun varietas unggul hasil pemuliaan sehingga berkontribusi nyata untuk memperkuat pertanian negara ASEAN dalam menghadapi tantangan peningkatan konsumsi dan dampak iklim global.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author