Hilirisasi Teknologi Budidaya Ayam KUB di Kabupaten Bangli

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Untuk membantu pemulihan ekonomi masyarakat terdampak Pandemi Covid-19, dilaksanakan sosialisasi hilirisasi teknologi budidaya ayam KUB (Kampung Unggul Balitbangtan) di Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali pada Selasa (4/5/2021). Kegiatan ini bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat peternak di daerah pedesaan, melalui penyebaran ayam KUB.

Pandemi Covid-19 berdampak pada perekonomian masyarakat di Indonesia, termasuk Bali yang sangat bergantung dengan kedatangan pariwisata, baik daerah maupun manca negara. Selain itu, ayam kampung merupakan ternak yang sangat dibutuhkan dan dari tahun ke tahun selalu meningkat baik untuk konsumsi maupun kebutuhan upacara agama.

Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (2015 -2019) populasi ayam kampung di Bali merosot 30,61%, dari 4.111.438 menjadi 2.853.115 ekor. Pada waktu-waktu tertentu terutama pada saat upacara keagamaan di Bali harga ayam kampung mahal dan kadang-kadang sulit memperolehnya terutama yang memiliki bulu berwarna tertentu.

Kegiatan sosialisasi dihadiri Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, I Made Rai Yasa selaku penangungjawab kegiatan, didampingi oleh Kepala Bagian Kerjasama, I Nyoman Sugama, I Nyoman Suyasa (Peneliti BPTP Bali), dan tim kegiatan lainnya.

Acara sosialisasi juga dihadiri Koordinator BPP Kecamatan Tembuku, Kepala UPT Kesehatan Hewan Kecamatan Tembuku, perwakilan Desa Jehem, petani serta wanita tani dari Kelompok Tani Sato Nadi, Kelompok Ternak Wahyu Rare Angon dan Kelompok Wanita Tani Mekar Sari Desa Jehem.

Kepala BPTP Bali, I Made Rai Yasa dalam sambutanya menyampaikan bahwa Bali selain memenuhi kebutuhan masyarakatnya juga memenuhi kebutuhan wisatawan yang datang ke Bali. Untuk memenuhi hal tersebut, Bali selalu mendatangkan bahan pangan seperti daging ayam dan daging lainnya dari luar Bali.

Koordinator kegiatan I Nyoman Suyasa, menambahkan bahwa kegiatan Hilirisasi Teknologi Budidaya Ayam KUB ini memiliki misi menyebarkan ayam KUB yang merupakan Ayam kampung unggul untuk diusahakan oleh peternak untuk dipelihara dan dikembangkan agar meningkatkan konsumsi protein dan pendapatan.

Sementara itu, Ketua Kelompok Ternak Tani Sato Nadi, I Nengah Konci menyampaikan terimakasihnya atas kerjasama pengembangan ayam KUB di kelompoknya. “Dari awal kerjasama pengembangan ayam KUB pada tahun 2018 sampai saat ini, kegiatan pembibitan ayam KUB yang saya kelola telah berkembang cukup pesat” ungkapnya.

I Nengah Konci mengatakan anak ayam yang diproduksi secara rutin telah dipesan oleh peternak dari Kecamatan Kuta Selatan Badung, peternak dari Kecamatan Gerokgak Kabupaten Buleleng, peternak dari Tampak Siring Gianyar, peternak dari Karangasem dan daerah lainnya. “Saat ini jumlah pesanan anak ayam sudah mencapai 5.000 ekor per bulan” jelasnya.

Perbaikan Performa

Ayam KUB dilepas Menteri Pertanian pada 2014 melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 274/Kpts/SR.120/02/2014. Ayam KUB merupakan ayam kampung hasil seleksi genetik yang memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan ayam kampung biasa.

Ayam KUB dikenal sebagai ayam lebih produktif menghasilkan telur. Selain satu tahun bertelur 160 hingga 180 butir, produksi telur (henday) juga hanya sekitar 50 persen. Umur pertama bertelur 22 hingga 24 minggu dan sifat mengetam 10 persen, tidak ada pop KUB kaki kuning. Pada umur 10 minggu bobot ayam jantan 0,9 kg sedangkan betina 0,7 kg dan umur ayam potong hanya 70 hari.

Saat ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Ternak (Balitnak) telah mengembangkan Ayam KUB menjadi Ayam KUB-2. Ayam KUB-2 merupakan galur KUB yang telah memiliki perbaikan performa dari Ayam KUB-1 melalui seleksi genetik yang dilakukan oleh peneliti dari Balitbangtan, Tike Sartika. Performa yang ingin ditingkatkan antara lain produksi telur, sifat mengeram, dan warna shank (kaki).

Performa yang ditingkatkan dari KUB-1 menjadi KUB-2 adalah produksi telur henday yang semula 50% menjadi 60% dan puncak produksi yang meningkat dari 65-70% menjadi 70-75%. Produksi pertahun meningkat dari 160 -180 butir per tahun menjadi 180-220 butir per tahun. Sifat mengeram yang semula 10% dapat berkurang hingga 5%. Umur pertama bertelur yang lebih muda 1 hingga 2 minggu lebih awal, serta warna shank (kaki) yang berwarna kuning untuk pejantan. (Sumber BPTB Bali dan Balitnak)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author