Jakarta, Technology-Indonesia.com – Gliostar merupakan biofungisida yang mengandung bahan aktif cendawan Gliocladium sp. Produk dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura (Puslitbanghorti) ini berpotensi dikembangkan secara komersial untuk mengatasi penyakit layu pada pisang atau pada tanaman hortikultura lainnya.
Fungisida hayati ini terbuat dari sekam, dedak, pasir dan cendawan Gliocladium sp sebagai bahan aktifnya yang diisolasi dari wilayah Indonesia. Pembuatan fungisida hayati Gliostar dilakukan dengan dua tahap yaitu: penyimpanan cendawan dalam campuran sekam dan dedak, dan pencampuran media penyimpanan dengan pasir untuk mempertahankan daya hidup cendawan yang lebih lama. Selanjutnya sterilisasi bahan-bahan menggunakan alat yang sederhana yaitu dandang pengukus.
Fungisida hayati ini merupakan teknologi yang ramah lingkungan dan dibuat dengan bahan-bahan yang murah dan mudah diperoleh di hampir seluruh wilayah Indonesia, Isolat cendawan yang digunakan telah melalui serangkaian pengujian keefektifannya dalam mengendalikan penyakit tular tanah.
Biopestisida ramah lingkungan ini diaplikasikan dengan cara menyiramkannya pada tanah di sekitar pokok tanaman. Uji stabilitas produk menunjukkan bahwa gliostar dapat bertahan tiga bulan setelah aplikasi. Efektivitas dan kestabilan produk di lapang dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan organik.
Keunggulan dari produk ini adalah ramah lingkungan, berbiaya murah, dan materi mudah diperoleh. Kemampuan biopestisida ini adalah mampu mengendalikan cendawan patogen tular tanah terutama Fusarium oxysporum f.sp cubense (Foc) sebesar 70% pada bibit pisang.
Fungisida hayati ini dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan fungisida kimia dalam mengendalikan penyakit tular tanah seperti layu fusarium pada pisang dan melon dengan lebih murah dan ramah lingkungan.
Produk ini telah diujicoba pada tanaman pisang, melon dan kentang dan terbukti dapat mengendalikan penyakit tular tanah. (Sumber Puslitbanghorti)