Bogor, Technology-Indonesia.com – Aneka olahan pangan berbasis sumberdaya lokal menarik perhatian pengunjung Agro Inovasi Fair (AIF) 2021 yang digelar di Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian (BPATP) Balitbangtan, Bogor, Jawa Barat pada Minggu (7/11/2021). Salah satunya aneka produk olahan sagu seperti mie, pasta, makaroni, dan lain-lain yang dikembangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Peneliti Balitbangtan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Agus Budiyanto mengatakan potensi sagu di Indonesia tidak hanya di Papua dan Papua Barat, tetapi juga di beberapa wilayah seperti Maluku, Sulawesi Selatan, Riau, Sulawesi Tenggara, dan lain-lain. Saat ini, Balitbangtan melalui BB Pascapanen telah berhasil mengembangkan teknologi untuk penanganan sagu hingga menghasilkan produk olahan sagu.
Untuk mengembangkan produk pangan lokal, Balitbangtan pada 2021 menggelar Riset dan Pengembangan Inovatif Kolaboratif (RPIK) Pangan Lokal Sagu di Tanah Luwu, Sulawesi Selatan. Tanah Luwu merupakan salah satu penghasil sagu di Indonesia yang meliputi Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu, dan Kota Palopo.
“Kita sudah banyak investasi peralatan untuk kelompok tani di Tanah Luwu. Ada mesin pengeringan, teknologi integrasi budidaya sagu dengan olahannya, hingga unit proses pengolahan sagu,” kata Agus di sela acara Agro Inovasi Fair (AIF) 2021.
Dalam RPIK Pangan Lokal Sagu ini, BB Pascapanen menyiapkan inovasi teknologi dari hulu hingga hilir. Dari proses pembuatan pati sagu, BB Pascapanen menyiapkan peralatan parut, pemeras hasil parutan, hingga bak pengendapan supaya higienis. “Kita juga fasilitasi bagaimana mendapatkan air bersih supaya hasil produk patinya memang higienis karena kaitannya nanti ke produk akhir,” terangnya.
BB Pascapanen juga menyiapkan teknologi pengering, agar proses pengeringan tidak terpengaruh cuaca. Sentuhan teknologi lainnya adalah berbagai olahan sagu termasuk makaroni, pasta, termasuk mie sagu dengan berbagai pewarna alami.
Selain RPIK Pangan Lokal Sagu di Tanah Luwu, BB Pascapanen juga bermitra dengan beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk pengembangan produk olahan sagu. Di Jabotabek, BB Pascapanen bermitra dengan RB Tekno Mitra Indonesia, Koperasi Pascapanen, dan Pondok Sagu Metro.Selain melalui sentuhan teknologi pengolahan sagu, BB Pascapanen juga melakukan pendampingan mitra terkait masalah perizinan usaha, monitoring kehalalan produk, dan lain-lain.
“Kadang tidak semua industri mengetahui cara pengurusan izin, maka kita lakukan pendampingan. Kita bantu analisis kimia untuk pengajuan izin. Kita uji bahan baku dan produknya apakah sudah sesuai Standar Nasional Indonesia,” terang Agus.
Agus juga menerangkan bahwa untuk membuat olahan dari mie sagu kering diperlukan trik tersendiri. Mie tidak boleh langsung dimasukkan ke air mendidih karena bisa menjadi lem. Karena itu di bungkus kemasan disiapkan tata cara membuat olahan dari mie sagu kering. “Kita rendam dulu sekitar 10 menit, kemudian dipanaskan pada air mendidih,” terangnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur PT RBTekno Mitra Indonesia, Jenny Widjaya mengungkapkan bahwa ia jatuh hati pada sagu setelah mencoba mengembangkan berbagai bahan pangan lokal seperti tapioka, jagung, sorgum dan lain-lain. Menurutnya, pengembangan produk olahan sagu ini memiliki tantangan karena tidak banyak yang menekuninya.
“Banyak faktor yang membuat saya memilih sagu dan jatuh hati pada sagu karena sebagai bahan baku pangan yang menurut saya asli Indonesia. Nenek moyang kita makannya sagu. Sagu bukan hanya dikonsumsi masyarakat Papua, harusnya menjadi bahan pokok makanan bagi masyarakat Indonesia,” kata Jenny yang awalnya menggeluti bisnis elektronik.
Pertama kalinya, Jenny membuat mie sagu original yang selain sehat tetapi harus enak. Setelah menemukan formula yang makin baik dan makin pas, Jenny mengembangkan mie sagu dalam berbagai varian dengan merek Sagolicious.
“Sekarang saya sudah membuat sekitar 30 varians dengan berbagai bentuk seperti pasta, mie, lasagna, keripik, macaroni, dan lain-lain. Saya juga sedang menyiapkan mi sagu instan,” kata Jenny yang juga mengembangkan mesin pembuat mie untuk UKM.
“Saya sudah komitmen bahwa kedaulatan pangan tidak bisa ditawar-tawar harus dijunjung tinggi. Kita bangga dengan kearifan lokal yang harus diangkat setinggi-tingginya sehingga masyarakat apalagi kaum muda ini tertarik pada sagu,” imbuhnya.
Usaha Jenny untuk mengembangkan produk sagu ini mendapat dukungan hingga terjalin kerjasama dengan BB Pascapanen. Pada AIF 2021 pun dilangsungkan penandatanganan kerjasama antara BB Pascapanen dengan PT RB Tekno Mitra Indonesia tentang peningkatan teknologi pangan sehat berbasis sumberdaya lokal.
“Yang pasti, saya senang kerjasama dengan BB Pascapanen. Ke depan saya berharap lebih banyak lagi hal-hal baru yang bisa dikembangkan,” pungkas Jenny.