Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kehilangan hasil akibat pecah polong merupakan masalah utama dalam budi daya kedelai yang tidak hanya terjadi di daerah tropis seperti Indonesia. Masalah ini juga terjadi di beberapa sentra produksi kedelai di negara sub-tropis.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) pada tahun 2017 yang dimotori peneliti dari Balai Penelitian Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) berhasil melepas varietas kedelai tahan pecah polong yang diberi nama Detap 1.
Keunggulan utama kedelai Detap 1 adalah tahan pecah polong serta ukuran bijinya besar yaitu 15 gram/100 biji. Menariknya lagi, kedelai ini beumur tergolong genjah (singkat) yakni 78 hari. Selain itu, Detap 1 juga memiliki daya hasil tinggi yaitu 2,70 ton/ha.
Varietas kedelai Detap 1 dirakit menggunakan varietas Anjasmoro yang memiliki sifat tahan pecah polong sebagai salah satu tetuanya. Hasilnya, varietas kedelai Detap 1 memiliki penampilan tanaman mirip dengan Anjasmoro. Detap 1 diharapkan menjadi salah satu pengungkit produktivitas kedelai nasional.
Saat dilakukan pengenalan benih baru terhadap tiga puluh satu penangkar benih (produsen benih) dan calon penangkar benih (calon produsen) kedelai yang berasal dari 11 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Banten, Jabar, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulaweti Tengah, dan Sulawesi Utara. Rata-rata para penangkar benih menyambut Detap 1 dengan antusias.
Pengenalan tersebut bekerjasama antara Syngenta Foundation for Sustainable Agriculture (SFSA) dengan Balitkabi untuk mendukung program pemerintah Desa Mandiri Benih agar terbangun komitmen bersama antar produsen benih untuk terus memperkuat penyediaan benih di setiap sentra-sentra produksi kedelai.
Hasil pengembangan Detap 1 yang telah dilakukan di Nganjuk, Mojokerto, Genteng (Banyuwangi) dan Bima (NTB). Rata-rata memperlihatkan pertumbuhan dan produktivitas yang bagus.
Salah satu petani kooperator asal Mojokerto menyampaikan bahwa hasil panen untuk luasan 1 bagian (1/7 ha) sebanyak 506 kg, dengan kadar air sekitar 14%. Petani yang lain menuturkan kisaran hasil Detap 1 antara 450–500 kg (1/7 ha). Lebih jauh dijelaskan, Detap 1 tidak mengalami pecah polong baik pada saat panen terlambat atau pada saat penjemuran brangkasan.
Kepala Balitkabi, Dr. Yuliantoro Baliadi menerangkan bahwa benih kedelai Detap 1 yang merupakan salah satu inovasi Balitbangtan dengan keunggulan tahan pecah polong dan berumur genjah dapat segera berkembang di berbagai sentra produksi kedelai di Indonesia. (GGH/IYN)