BPTP Sulteng Kenalkan Pupuk Organik Kotoran Sapi pada Petani Pengawu

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pupuk kompos atau pupuk padat organik memang tidak sepopuler pupuk kimia yang beredar di pasaran. Saat ini masih banyak peternak/petani yang membiarkan kotoran sapi menumpuk di dekat kandang atau dibuang begitu saja. Padahal, kotoran sapi dapat digunakan menjadi pupuk organik dan dapat membantu memperbaiki kesuburan lahan sawah.

Untuk itu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah (Sulteng) pun mengenalkan penggunaan pupuk organik dari kotoran sapi kepada petani di Kelurahan Pengawu. Penjelasan ini disampaikan saat kegiatan pendampingan teknologi pemeliharaan tanaman padi di lahan sawah demplot Kelompok Tani Jamba, Kelurahan Pengawu, Kota Palu.

Lahan sawah yang ditanami padi varietas Cakra Buana memperlihatkan pertumbuhan yang cukup baik. Umur tanaman 43 hari dan sudah dilakukan pemupukan ke dua berdasarkan hasil uji status hara.

Lahan sawah di sekitar demplot juga sudah mulai ditanami dan ada yang baru akan diolah karena baru selesai melakukan panen. Hal ini perlu menjadi perhatian terutama dalam upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Informasi terkait penggunaan kotoran sapi menjadi pupuk organik disampaikan oleh peneliti BPTP Sulsel, Syafruddin pada Jumat (18/6/2021). Ia menyampaikan bahwa menghadapi kelangkaan dan pengurangan pupuk bersubsidi, maka petani diharapkan tidak resah. Petani dapat menambahkan pupuk organik dengan memanfaatkan feses (kotoran) ternak sebagai pupuk organik.

Pupuk organik, terang Syafuddin, sangat aman untuk lahan dan lingkungan. Dalam pupuk organik tersebut banyak mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fospat (P2O5), Kalium (K2O) dan air (H2O).

Meskipun jumlahnya tidak banyak, dalam limbah ini juga terkandung unsur hara mikro diantaranya Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Boron (Bo). Banyaknya kandungan unsur makro pada feses ternak membuat penggunaannya hanya dilakukan pada saat pemupukan dasar saja.

Feses tersebut jika diolah menjadi pupuk kandang akan menjadi pupuk organik. Pupuk ini mengandung bahan organik yang besar peranannya bagi tanah yaitu dapat mengubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Hasil penguraian (dekomposisi) bahan organik dapat menyumbangkan sejumlah unsur hara esensial ke dalam tanah yang tersedia bagi tanaman.

Unsur hara yang dimaksud adalah N, P, dan K. Salah satu masalah utama P dalam tanah adalah kurang tersedia bagi tanaman karena kadarnya rendah, bentuk yang tersedia atau jumlah yang dapat diambil oleh tanaman hanya sebagian kecil dari jumlah yang ada di dalam tanah, karena adanya pengikat (fiksasi) P (fosfor). Hampir semua fosfor yang dijumpai di dalam tanah rendah daya larutnya. Karena itu perlu pupuk organik menjadi penyumbang fosfor dalam tanah.

Jika seekor sapi menghasilkan kotoran antara 8-10 kg/hari, maka diperkirakan dalam sebulan dapat tersedia pupuk organik sebanyak +300 kg. Kebutuhan pupuk organik yang dianjurkan berupa pupuk kandang sebanyak 2 ton per hektare setiap musim. Sedangkan pupuk anorganik yang diperlukan sesuai dengan hasil pemeriksaan status hara menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).

Pupuk organik mempunyai banyak manfaat di antaranya memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan, memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, dan menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah. Pupuk organik juga bermanfaat memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, mengandung unsur hara yang lengkap, membantu proses pelapukan bahan mineral, memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia, dan menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.

Kepada kelompok tani juga disampaikan pengenalan serangga yang bersifat hama dan yang bertindak sebagai musuh alami. Dari hasil pemantauan di hamparan tersebut ditemukan serangga dewasa penggerek batang padi, serangga dewasa hama putih, gejala serangan hama putih palsu (daun berwarna putih dan tergulung), dan kumpulan burung gereja, serta kelompok telur keong emas.

Hal ini patut diwaspadai agar tidak terjadi serangan yang dapat mengakibatkan kerugian hasil terutama penggerek batang. Di lokasi ini juga ditemukan serangga yang bersifat sebagai musuh alami, antara lain capung, laba-laba, dan kumbang Coccinellidae. Disarankan untuk segera menanam tanaman berbunga yang dapat berfungsi sebagai makanan musuh alami. (Sumber BPTP Sulteng)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author