Jakarta, Technology-Indonesia.com – Kegiatan kajian perbibitan sapi potong lokal terintegrasi pertanaman kelapa pada peternak rakyat di Sulawesi Tengah (Sulteng) yang dilaksanakan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulteng di Kabupaten Donggala selama tahun 2020 mencapai puncaknya pada Selasa (27/10/2020). Hal itu ditandai dengan digelarnya Temu Lapang Hasil Pengkajian Teknologi Perbibitan Sapi Potong di lokasi kandang sapi milik kelompok ternak Mosampora, Desa Toaya, Kecamatan Sindue.
Selain dihadiri seluruh anggota kelompok, turut hadir unsur Pemerintah Daerah Kecamatan Sindue, Kepala Desa Toaya, KTNA, Petugas PKB dan IB, petugas penyuluh pertanian kecamatan, perwakilan kelompok tani dari 13 desa di Kecamatan Sindue, serta Kepala BPTP Sulteng beserta peneliti, penyuluh, litkayasa dan tenaga administrasi.
Sekretaris Desa Toaya, Akbar dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas kunjungan di kelompok ternak yang selama ini telah dibina oleh BPTP Sulteng, yang juga telah banyak memberikan bantuan serta dukungan moril kepada para peternak terdampak gempa melalui kegiatan ini.
Camat Sindue yang diwakili Hasrin mengakui baru pertama kali melihat langsung kegiatan yang dilaksanakan BPTP Sulteng. “Produk hasil pengolahan pakan oleh BPTP Sulteng selain dapat digunakan sendiri, mudah-mudahan nantinya dapat dijual untuk menambah pendapatan keluarga,” ujarnya.
Hasrin menambahkan kegiatan ini telah memberikan edukasi kepada peternak bahwa pengandangan ternak sangat diperlukan. Salah satunya mengurangi kecelakaan ternak di jalan.
“Kedepannya, kepada BPTP Sulteng kiranya dapat terus melakukan pendampingan tidak hanya sampai disini dan bukan hanya di desa ini, tetapi juga dikembangkan lagi di 13 desa lainnya di wilayah Kecamatan Sindue, agar masyarakat peternak di wilayah ini memiliki ternak yang produktivitasnya bagus,” harapnya.
Menyahuti harapan pemerintah kecamatan, Kepala BPTP Sulteng, Fery Fahruddin Munir menyampaikan bahwa pemilihan kelompok yang didampingi untuk tahun anggaran 2020 melalui berbagai pertimbangan. Diantaranya memelihara ternak sapi betina yang akan dijadikan induk, memiliki lahan untuk ditanami hijauan pakan ternak unggul seperti rumput gajah mini, serta bersedia melaksanakan semua rangkaian kegiatan.
“Introduksi teknologi yang diaplikasikan dalam kegiatan ini adalah pemberian pakan hasil olahan berbagai limbah pertanian yang ada di sekitar kita seperti tongkol jagung, dedak padi, maupun tepung ikan dan bungkil kelapa,” ujarnya.
Terkait produk yang telah dihasilkan baik produk pakan konsentrat maupun pupuk organik padat, menurut Kepala BPTP Sulteng saat ini dalam tahap di uji di laboratorium. Sementara untuk kegiatan pendampingan akan terus berlanjut dan lebih dikembangkan lagi ke arah komersial.
”Nantinya, jika produk-produk tersebut akan dikomersilkan maka pada labelnya nanti akan dicantumkan binaan BPTP Sulteng,” katanya.
Takwin, ketua kelompok ternak Samporoa mengaku sangat bersyukur karena kelompoknya mendapat pendampingan dan binaan dari BPTP Sulteng. Sejak dibina BPTP Sulteng, pihaknya mengetahui banyak hal, mulai dari cara membuat pakan konsentrat berbahan dasar limbah pertanian tongkol jagung sampai tentang cara penanaman hijauan pakan seperti rumput gajah, lamtoro tarambah, dan indigofera di pertanaman kelapa.
“Ternak sangat menyukai pakan olahan ini. Ternak kami yang awalnya kurus-kurus, sekarang hasilnya sudah dapat diliat sendiri, bobot badannya sudah bertambah selama kegiatan ini berlangsung. Olehnya kami sangat berharap kepada BPTP Sulteng kiranya terus melakukan pendampingan kegiatan apapun itu yang terkait dengan ternak,” pungkas Takwin. (Sumber BPTP Sulteng)