Kiprah Tebu POJ 2878 Agribun Kerinci di Provinsi Jambi

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Pemerintah Indonesia sudah cukup lama bercita-cita untuk mewujudkan swasembada gula, namun hingga saat ini belum juga tercapai. Ada berbagai aspek yang mempengaruhi peningkatan produksi tanaman tebu, seperti kesediaan bibit unggul bermutu tinggi dan pengembangannya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik tanah maupun iklim.

Karena itu, program perakitan varietas unggul tebu kedepan lebih diarahkan untuk menghasilkan varietas yang mampu beradaptasi pada lokasi yang spesifik. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas) telah berhasil melepas varietas unggul lokal tebu POJ 2878 Agribun Kerinci yang dikhususkan untuk produksi gula merah.

Untuk melihat sejauh mana komitmen Pemda dalam mendukung program peningkatan produksi tebu dan sentuhan teknologi yang diberikan BPTP terkait pengembangan varietas tebu tersebut, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi menggelar Webinar Series ke-4 bertema “Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan Budidaya Tebu POJ 2878 Agribun Kerinci”, Selasa (25/8/2020).

Kepala BPTP Jambi yang diwakili Kasie KSPP Lutfi Izhar menjelaskan bahwa kegiatan penelitian dan pengkajian POJ 2878 Agribun Kerinci telah dilakukan selama lebih dari 10 tahun. Dari narasumber yang dihadirkan pada webinar kali ini dapat dilihat arah kebijakan pengembangan tebu kedepan, baik untuk skala nasional maupun daerah, serta sejauh mana pengembangan inovasi teknologi diseminasi yang telah dilakukan oleh BPTP Jambi.

“Jadi POJ 2878 Agribun Kerinci ini mudah-mudahan tidak hanya berkembang di Jambi, tetapi skala nasional bisa di wilayah-wilayah lain,” ungkapnya.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun) yang diwakili Kabid KSPHP Tedy Dirhamsyah memberikan apresiasi kepada BPTP Jambi karena dalam kondisi keterbatasan di masa pandemi Covid-19 ini masih mampu menyelenggarakan webinar seri ke 4 terkait dengan tebu.

“Pandemi Covid-19 ini memicu pemerintah, perguruan tinggi dan berbagai unsur masyarakat untuk berpikir kreatif dan inovatif menghasilkan karya nyata dan inovasi teknologi yang bermanfaat untuk mendorong pembangunan pertanian yang maju, mandiri dan modern diantaranya melalui pengembangan komoditas tebu ini,” papar Tedy.

Kebutuhan gula dalam negeri terus mengalami peningkatan akibat bertambahnya jumlah penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat serta bertambahnya industri berbahan baku gula. Untuk meningkatkan produksi gula, pemerintah memacu usaha tani tebu di lahan kering daripada usaha tani tebu di lahan sawah karena usaha tani tebu di lahan sawah banyak mengalami persaingan terutama dengan komoditas lain seperti padi.

Meskipun areal tebu lahan kering mengalami peningkatan, produktivitas tebu di lahan kering masih lebih rendah dibandingkan produktivitas tebu di lahan sawah yang disebabkan oleh permasalahan pada penggunaan bibit yang digunakan petani saat ini masih kurang bermutu. Pengembangan tanaman tebu dengan penggunaan benih unggul sistem budchip terus digalakkan pada tingkat penangkar kebun benih datar dan petani pengembang untuk memenuhi permintaan bibit dalam mendukung program perluasan areal tanaman tebu baru. Keunggulan benih budchip antara lain benih lebih seragam, lebih sehat, daya tumbuh di lapangan lebih baik dan ketersediaan bisa tepat waktu.

Varietas tebu POJ 2878 antara lain berada di dataran tinggi Kerinci Jambi, Sumatera Barat dan Aceh dengan produksi tebu mencapai 109 ton/ha/tahun, hasil gula merah saat ini sekitar 12 ton/ha/tahun, rendemen 11-12 % serta tahan kepras.

“Dengan adanya pelepasan POJ 2878 Agribun Kerinci, Puslitbangbun telah berhasil melepas 4 varietas unggul tebu lainnya AAS Agribun, ASA Agribun, AMS Agribun dan CMG Agribun. Sehingga total selama satu dekade ini Balitbangtan telah berhasil melepas 7 varietas tebu,” jelas Tedy.

Tanaman tebu di Kerinci sudah ditanam sejak zaman jajahan Belanda dan terbukti mampu mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat lokal khususnya petani dan pengrajin gula merah. Pendapatan bersih petani tebu per hektare (ha) berkisar 4-6 juta/bulan atau lebih tinggi dari petani yang membudidayakan tanaman sawit seluas 2 ha.

Namun pengembangan tanaman tebu dihadapkan pada beberapa permasalahan antara lain tanaman tebu yang ada di Kerinci saat ini sudah tua, pertumbuhan tanaman sudah tidak teratur, umumnya petani tidak melakukan pemupukan secara intensif, dan pemilihan hanya pada keletek daun saat tanaman waktu panen. Selain itu, infrastruktur jalan usaha tani belum mendukung dan tempat pengolahan tebu masih dilakukan secara tradisional sehingga produk yang dihasilkan belum memenuhi standar dan kurang bersih/higienis.

Karena itu, perlu perbaikan penanganan pasca panen tebu khususnya pengolahan yang higienis sehingga dapat menjamin kebersihan produk olahan yang berdampak pada perbaikan harga tebu di pasaran. Dalam mengatasi berbagai permasalahan tersebut perlu dukungan dan kerja sama lintas sektor/stakeholder.

Dalam webinar ini disampaikan materi tentang kebijakan pengembangan tebu di Provinsi Jambi oleh Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Agusrizal dan prospek pengembangan tebu POJ 2878 Agribun Kerinci di Kabupaten Kerinci oleh Endrizal, Peneliti Utama BPTP Jambi. (Sumber BPTP Jambi)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014). Buku terbarunya, Antologi Puisi Kuliner "Rempah Rindu Soto Ibu"
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author