Berkat Serasi Petani Lahan Rawa Panen Padi Setahun Dua Kali.

Batola, Technology-Indonesia.com – Lahan rawa yang sering tergenang air dalam waktu lama membuat proses pengolahan tanah dan pertanaman padi sangat tergantung pada kondisi alam. Selama puluhan tahun petani di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel) tidak bisa mengelola lahan rawa secara maksimal. Berkat sentuhan teknologi melalui Program Selamatkan Rawa Sejahtera Petani (Serasi) yang diinisiasi Kementerian Pertanian pada 2018, petani di Desa Jejangkit Muara bisa meningkatkan indeks pertanaman dengan hasil panen padi yang menjanjikan.

Untuk mendukung Program Serasi, Badan Litbang Pertanian membuat demfarm, superimpose dan pengembangan kelembagaan korporasi, serta bimbingan dan pendampingan teknis. Kegiatan demfarm dan superimpose di Desa Jejangkit Muara meliputi: pengelolaan lahan dan air untuk pengembangan sistem usaha pertanian, pengembangan budidaya padi, pengembangan budidaya sayuran, pengembangan budidaya itik dan ikan, penerapan mekanisasi pra dan pasca panen, dan penguatan kelembagaan petani dan pengembangan pertanian korporasi.

Zainal Hakim, petani dari Desa Jejangkit Muara mengungkapkan bahwa sebelum ada Program Serasi, pengelolaan lahan sawah miliknya sangat tergantung pada kondisi alam. Dari lahan 2 hektare miliknya, hanya sebagian saja yang dikerjakan. Sisanya, dibiarkan menjadi hutan belantara karena kondisi alam yang tidak bersahabat.

“Kami sangat bersyukur dengan kehadiran Serasi, karena yang tadinya kelihatan hutan menjadi sawah beneran. Hasil panen sebelumnya cuma 2,5 – 3 ton per hektare, sekarang bisa 5 – 6,5 ton per hektare,” ungkap Zainal di sela acara Panen Perdana Padi di Demfarm Program Serasi di Desa Jejangkit Muara pada Rabu (6/11/2019).

Melalui Program Serasi, lanjutnya, ada beberapa inovasi yang diterapkan dalam pengelolaan lahan rawa seperti pengolahan tanah, penanaman dan pemupukan yang benar, serta pengendalian air. Para petani di Desa Jejangkit Muara juga mendapatkan bimbingan teknis dari Badan Litbang Pertanian.

“Dulu kami hanya tanam padi semata kini dibarengi dengan tanaman sampingan seperti lombok, terong serta ada kolam ikan yang bisa menambah penghasilan petani,” ungkapnya.

Dengan ada Program Serasi, Zainal yang biasanya mengolah lahan secara manual, mulai memanfaatkan traktor. Panen padi dilakukan menggunakan combine harvester sehingga lebih cepat selesai. Sekarang, Zainal bisa menanam padi 2 kali dalam setahun.

Hal serupa dirasakan Yayan dan Zahrani, sesama petani dari Desa Jejangkit Muara yang masing-masing memiliki lahan seluas 1 hektare. Yayan mengungkapkan bahwa sebelum ada Program Serasi, Ia menanam padi lokal setahun sekali karena sangat tergantung pada musim. Hasil panen jika bagus hanya mencapai 3 ton/ha.

“Dengan adanya serasi pengairan sudah mulai ditata sehingga bisa tanam 2 kali setahun,” lanjutnya.

Menurut Zahrani, jika air datang lahan rawa akan tergenang banjir dan surutnya lama sehingga sering terjadi keterlambatan tanam. “Kadang pertanaman baru bulan Juni bisa tanam, padahal idealnya pada Maret-April sudah selesai tanamnya. Kalau tanam di bulan Juni, saat padi mau berbuah cuaca sedang panas-panasnya, hama pun menyerang atas bawah yaitu tikus dan burung,” tuturnya.

Sekarang, Zahrani bisa menanam padi setidaknya pada akhir April. Jika biasanya ia hanya bisa menanam padi lokal, sekarang bisa menanam padi unggul pada bulan Oktober – Maret kemudian disambung tanam padi lagi. Padi unggul yang ditanam adalah varietas Inpara 2, Inpara 5, Inpara 8, dan Inpara 9.

Olah tanah yang biasanya dilakukan petani secara manual memakan waktu 1 minggu hingga setengah bulan, dengan adanya alat dan mesin pertanian olah tanah bisa selesai dalam 1-2 hari.

“Dari teknologi ini banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan disamping hasil meningkat juga efisiensi waktu. Petani otomatis punya banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk menanam sayuran sehingga bisa meningkatkan pendapatan,” lanjutnya.

Keduanya berharap Program Serasi bisa terus dikembangkan, luasan ditambah dan pendampingan terus berlanjut.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author