Jakarta, Technology-Indonesia.com – Indonesia memiliki potensi ketersediaan bekatul padi yang tinggi. Namun, masih banyak yang menganggap bahwa bekatul sama dengan dedak, sehingga mengkonsumsi bekatul sama dengan mengkonsumsi dedak. Secara kasat mata pun keduanya hampir sama, sehingga sulit dibedakan.
Apabila dilihat dari teksturnya, bekatul lebih halus karena merupakan hasil proses penyosohan kedua. Sedangkan dedak hasil proses penyosohan pertama, sehingga teksturnya lebih kasar karena masih terdapat serat maupun kulit padinya.
Kepala Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Priatna Sasmita, mengatakan bahwa bekatul dan dedak hampir sama. Namun beberapa tahun terakhir, bekatul menjadi perhatian sebagai pangan fungsional. Berdasarkan hasil penelitian, bekatul mengandung sejumlah senyawa fenolik, serta kaya akan serat pangan, vitamin, serta mineral
“Keduanya sama-sama berasal dari limbah penggilingan padi hasil proses penyosohan, namun yang membedakan adalah bekatul dapat dikonsumsi dan dijadikan pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan seperti antikanker, antihipokolesterolemik, dan antiaterogenik,” kata Priatna.
Lebih lanjut Priatna mengatakan bahwa dalam pemanfaatan hasil samping penggilingan padi ini masih sangat terbatas. Bahkan, di beberapa penggilingan padi bekatul dibiarkan terbuang sehingga mencemari lingkungan sekitar terutama di saat panen raya.
“Bekatul memiliki potensi yang besar dan mempunyai nilai guna dan ekonomi yang baik apabila dapat ditangani dengan benar dan bisa berdampak positif meningkatkan nilai tambah pada sistem bioindustri pertanian di pedesaan” ujarnya.
Produk Pangan Fungsional
Bekatul berasal dari kulit ari butiran beras dan sebagian kecil endosperma berpati. Setiap menggiling padi menjadi beras dihasilkan 6-7 persen bekatul. Bekatul yang selama ini hanya untuk pakan ternak, kini bisa diolah menjadi berbagai produk pangan yang bergizi dan menyehatkan.
Produk olahan bekatul telah dikenal dunia sebagai produk pangan fungsional. Kandungan serat yang tinggi (20-27 persen) menjadi keunggulan tersendiri untuk mencegah penyakit kanker usus, jantung koroner, kegemukan, diabetes dan masalah pencernaan. Bekatul juga mengandung protein, mineral, lemak tidak jenuh dan vitamin.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, selama beberapa tahun terakhir telah menghasilkan berbagai teknologi untuk meningkatkan pemanfaatan bekatul sebagai produk pangan. Proses stabilisasi untuk memperpanjang umur simpan bekatul dan mencegah bau tengik, yang selama ini menjadi kendala dalam pemanfaatannya sudah dapat diatasi.
Konsumen tidak perlu khawatir dengan after taste dan aroma bekatul yang kurang enak. Dengan proses pengolahan yang tepat, sifat ini dapat diminimalisasi sehingga produk akhir yang dihasilkan memiliki daya terima konsumen yang baik. Kandungan serat yang tinggi menyebabkan bekatul memiliki sifat memperbaiki tekstur, stabilitas, ketebalan, gelling, dan emulsifying produk yang dihasilkan, khususnya untuk produk bakery seperti roti, biskuit dan cake. Dalam produk biskuit, bekatul dapat menggantikan tepung terigu hingga 40%, serta 15% untuk produk roti dan cake.
Selain produk makanan, bekatul dapat diolah menjadi produk minuman. Dengan teknologi proses, bekatul dapat dijadikan minuman langsung diseduh, tanpa meninggalkan rasa kesat di kerongkongan dan dapat dikombinasikan dengan madu dan mint atau jahe untuk menghasilkan rasa enak sekaligus meningkatkan manfaat kesehatannya.
Kandungan lemak dalam bekatul padi telah pula dikaji manfaatnya. Sebesar 10-23 persen minyak terkandung dalam bekatul memiliki sifat antioksidan yang penting. Bahan-bahan fitoseutikal seperti oryzanol, lesitin, tokoferol dan tokotrienol merupakan keunggulan tersendiri dari bekatul, dan dalam dunia pangan fungsional memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi.
Bekatul padi biasanya dijual untuk pakan ternak dengan harga sekitar Rp 2.000-2.500 per kilogram. Petani dan masyarakat dapat didorong untuk mengolah bekatul menjadi produk-produk pangan modern dan bernilai jual tinggi.
Bekatul Sumber Bahan Pangan Fungsional
