BBP Mektan Kenalkan Mesin Injeksi Nutrien Telur Tetas Otomatis

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Produktivitas unggas pada ayam buras atau ayam lokal dapat ditingkatkan melalui perbaikan bibit baik melalui persilangan maupun seleksi, serta perbaikan manajemen pakan. Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) bersama Balai Penelitian Ternak (Balitnak) – Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak) telah melakukan satu upaya pendekatan perbaikan bibit melalui injeksi nutrien telur tetas otomatis atau In Ovo Feeding (IOF) menggunakan mesin secara otomatis.

Balitnak telah meneliti formulasi nutrisi yang paling baik untuk IOF ayam KUB, namun injeksi pada telur masih dilakukan secara manual sehingga memerlukan waktu yang lama.

Salah satu perekayasa BBP Mektan, Astu Unadi telah merekayasa dan menemukan mesin IOF. “Mesin tersebut mampu menyuntikkan nutrien berupa cairan ke dalam amnion embrio yang menyebabkan embrio tersebut secara alami mengkonsumsi nutrien secara oral sebelum menetas,” ujarnya.

Menurutnya, pemberian suplemen berupa nutrien pada masa kritis pertumbuhan embrio dengan cara teknologi IOF dapat meningkatkan kualitas nutrien embrio sehingga dapat peningkatan efisiensi penggunaan pakan dan meniadakan pertumbuhan tulang yang menyimpang. Pemberian nutrien juga dapat meningkatkan pertumbuhan otot terutama otot dada dan peningkatan respon imun terhadap antigen pencernaan serta menurunkan mortalitas dan morbiditas pasca penetasan, sehingga dapat menekan biaya produksi per kilogram ayam pedaging.

Penggunaan teknologi IOF diharapkan dapat menurunkan angka kematian yang banyak terjadi pada saat pengiriman DOC (Day Old Chick) ke peternakan-peternakan komersial dan dapat meningkatkan daya kebal ayam selama masa pemeliharaan sampai panen. Penggunaan teknik IOF, menurutnya berawal dari kesuksesan pencegahan penyakit Marek melalui teknik vaksinasi ovo pada awal tahun 80-an.

Pada usaha peternakan ayam modern saat ini ternyata menunjukkan bahwa periode perkembangan embrio dan neonatal atau pertumbuhan unggas di awal-awal menetas mendekati 50% umur produktif. Periode tersebut merupakan fase penting dalam mencapai kinerja pertumbuhan ayam pedaging yang berkualitas di pasaran.

Astu mengatakan, mesin IOF prototipe 1 merupakan teknologi pertama di Indonesia dan akan segera dilisensikan. Dengan IOF ini proses injeksi akan lebih cepat, pemberian nutrisi dan masuknya jarum ke dalam telur saat ijeksi lebih tepat ukurannya dan seragam.

“Mesin ini juga bisa diatur kecepatannya saat melakukan injeksi, selain itu kedalaman injeksi dan banyaknya nurisi yang akan dimasukkan juga bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Jadi mesin IOF ini bisa digunakan untuk injeksi telur unggas berbagai ukuran, karena sangat fleksibel dan mudah disesuaikan,” tegasnya.

Cepat dan Murah

Mesin IOF, terang Astu, sangat baik digunakan untuk menghasilkan (DOC) bagi peternak rakyat karena harganya sangat murah dibandingkan harga mesin yang digunakan pengusaha peternakan besar. Harga mesin IOF hasil rekayasa BBP Mektan bekerjasama dengan Balitnak ini diperkirakan kurang dari Rp. 100 juta, sedangkan mesin yang digunakan perusahaan besar harganya lebih dari Rp 500 juta.

“Selain itu, mesin ini dibuat dari bahan food grade terutama pipa sebagai as pneumatik silinder yang sekaligus untuk saluran nutrisi terbuat dari bahan stainles steel food grade sehingga terjaga sterilitasnya. Gerakan injeksi dilakukan melalui pemompaan, yang kecepatannya bisa diatur sesuai kebutuhan,” katanya.

Lebih lanjut Astu menerangkan bahwa mesin ini bisa mendukung pembibitan telur lebih cepat lagi. Walaupun mesinnya kecil, tapi kapasitasnya besar dan hemat penggunaan listrik. Bila satu buah tray berisi 30 telur dapat diinjeksikan nutrisi dengan mesin IOF selama 20-30 detik, maka kapasitas mesin ini berkisar antara 3.600 sampai 5.400 butir telur per jam.

“Jika dilakukan secara injeksi manual, jarum injeksi dapat mengenai embrio telur akibat terlalu dalam saat menyuntik sehingga gagal. Jadi mesin ini hemat waktu, biaya, dan tenaga serta bisa menghasilkan DOC yang sehat dan berkualitas. Dari hasil uji coba, sampai saat ini belum ada kendala yang dihadapi, karena masuknya nutrisi dan dalamnya jarum saat injeksi menjadi seragam,” ujar Astu.

IOF merupakan salah satu dari enam tema penting dunia perunggasan ke depan, karena dianggap sebagai teknologi inovatif dalam 20 tahun ini yang memberikan dampak besar dalam industri ayam. Inisiasi pengembangan alat atau mesin tersebut baik semi otomatis maupun otomatis, akan memberikan dampak cukup besar untuk mendukung upaya menghasilkan produk DOC unggul yang sudah diperkaya dengan nutrein penting sebelum menetas.

Sebagai perekayasa, Astu berharap mesin IOF dapat dimanfaatkan oleh peternak dan penyuluh bisa memberikan edukasi mengenai mesin IOF, karena bisa meningkatkan produksi dan kesejahteraan peternak nantinya.

Tahan Penyakit

Peneliti Balai Penelitian Ternak (Balitnak) – Puslitbangnak, Balitbangtan, Rantan Krisnan mengatakan ide kerjasama ini berawal dari tema penelitiannya saat memberikan nutrisi pada telur yang sedang diinkubasi yang siap ditetaskan. Sekarang, telur DOC sekarang sudah tidak dieram, tetapi melalui sistem penetasan.

“Untuk itu kita memberikan nutrisi sedini mungkin sebelum telur menetas, karena proses inkubasi atau pengeraman buatan biasanya 21 hari. Ada dua tahapan dalam pengeraman yaitu 0 sampai 17 hari, dan masuk hari ke-21 adalah tahap penetasan, jadi memakai dua mesin. Ketika pindah dari mesin pengeraman ke penetasan itulah kita berikan injek nutrisi,” katanya.

IOF atau pemberian nutrisi ini menurutnya sudah diuji dan dikembangkan dimana saja. Ada yang memberi pakan ditempat penetasan, ada juga memberi makan ketika pengiriman dari mesin tetas ke kandang. Jadi pemberian pakan itu sudah berkembang pesat.

Namun yang menarik menurutnya, selama 10 tahun belakang ini pemberian pakan lebih maju yaitu dilakukan sebelum menetas. Ketika embrio berkembang biak, langsung diberikan pakan, sehingga nutrisi tidak hanya didapat dari telur, tapi juga dari nutrisi asam utirat dan selenium yang diinjeksi ke cairan amnion yang membungkus embrio. Embrio secara alami akan mengkonsumsi amnion di usia 8 hari sehingga, saat lahir organ percernaannya berkembang lebih cepat.

“Sekarang ini, penggunaan antibiotik sudah dilarang. Pemberian nutrisi, membuat telur tidak lagi membutuhkan antibiotik saat menetas. DOC yang menetas sudah di cover imunitasnya dengan beberapa komponen asam utirat dan selenium. Asam utirat ini asam organik bisa memperbaiki dan membuat usus berkembang lebih baik. Nutrisi ini punya keunggulan yaitu usus akan lebih bagus dan sehat, sedangkan selenium bisa mencegah radikal bebas seperti cekaman panas dan metobolisme yang tinggi,” ujarnya.

Rantan menambahkan bahwa sebagus apapun bahan nutrisi, kalau aplikasinya injeksinya secara manual, maka tidak akan efektif. Untuk itu pihaknya bekerjasama dengan BBP Mektan untuk membuat mesin injeksi nutirentelur otomatis yang baru prototipe 1. Hasilnya sudah bisa digunakan dan harganya kemungkinan akan murah sekali.

Mesin ini bisa diatur pengoperasiannya mulai dari aspek teknis kedalaman, ketahanan benturan, ukuran jarum. Karena digerakkan secara otomatis, maka akan lebih cepat efektif dan efisien.

“Beberapa mesin otomatis seperti ini terutama dalam skala industri besar sudah pernah dipromosikan di Indonesia, tetapi harganya sangat mahal sekali yaitu milyaran rupiah. Dengan mesin inovasi Balitbangtan ini, saya berharap bisa dikembangkan dan dimanfaatkan industri peternakan, dan peneliti lain juga bisa mengembangkan bahan formulasi nutrisi yang baik,” pungkasnya.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author