Baroma, Beras Tipe Basmati Asli Indonesia

Bogor, Technology-Indonesia.com – Penggemar masakan khas India dan Timur Tengah, tentu tak asing dengan beras Basmati yang biasa diolah menjadi Nasi Biryani, Nasi Mandi, Nasi Kabsa, dan lain-lain. Beras bermutu tinggi Basmati ini mempunyai aroma yang spesifik sehingga sering disebut queen of fragrance.

Sesuai namanya, ‘Basmati’ dalam bahasa Sanskerta berarti harum atau wangi. Beras dengan bentuk ramping dan memanjang bila dimasak ini memang aromanya sangat harum dengan rasa yang gurih.

Keberadaan beras Basmati di kalangan masyarakat menengah keatas di Indonesia semakin hari semakin populer. Sayangnya, beras tipe Basmati hanya tumbuh di bagian utara India dan Pakistan. Pemenuhan beras tersebut masih harus impor dan harganya di Indonesia relatif mahal.

Merespon fenomena ini, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Badan Litbang Pertanian berhasil merakit varietas padi khusus tipe Basmati. Perakitan padi unggul beras Basmati telah dilakukan selama 10 tahun sejak 2007 dengan menggunakan plasma nutfah yang ada dan telah menghasilkan sejumlah galur harapan dengan hasil setara atau lebih tinggi dari padi tipe Basmati.

Heni Safitri, pemulia dari BB Padi mengungkapkan bahwa dari hasil perakitan ini, pada 2019 Kementerian Pertanian melepas satu varietas tipe Basmati yang diberi nama Baroma, singkatan dari beras tipe Basmati aromatik. Varietas ini memiliki nomor seleksi B13727C-MR-2-4-4-7-1, merupakan hasil persilangan B10532E-KN-38-2-LR-B387-3/Pusa Basmati 5.

“Permintaan beras premium khususnya Basmati di Indonesia cukup banyak terutama kalangan masyarakat timur tengah yang ada di Indonesia. Harganya mahal, karena itu kita harus bisa memproduksi sendiri dan diharapkan bisa mengekspor beras Basmati,” terang Heni di sela Workshop on Indonesian National Consultation for Rice Genetic Solutions for Climate Resilience and Value Addition in ASEAN Initiative di Bogor, Jawa Barat pada Senin (1/4/2019).

Lebih lanjut Heni menerangkan, Baroma mempunyai rata-rata hasil 6,01 ton/ha GKG (gabah kering giling) dan potensi hasil 9,18 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Basmati. 

Varietas ini, lanjutnya, mempunyai penampilan lebih pendek dibanding Basmati dengan batang tanaman lebih besar. Varietas Baroma mempunyai tinggi tanaman kurang lebih 112 cm dengan jumlah anakan produktif kurang lebih 17 batang.

Umur panen varietas Baroma sekitar 113 hari setelah sebar (hss). Amilosa varietas ini 25,55% dengan tekstur nasi pera dan pemanjangan nasi setelah proses pemasakan sebesar 1,5 kali. “Ketahanan varietas ini terhadap hama dan penyakit lebih baik jika dibandingkan dengan Basmati,” terangnya.

Varietas Baroma agak tahan WBC (wereng batang coklat) biotipe 1, tahan HDB (hawar daun bakteri) kelompok IV dan VIII dan tahan blas ras 173. Baroma cocok untuk dibudidayakan pada lahan sawah irigasi pada ketinggian 0-600 m dpl.

Karena Baroma merupakan beras premium yang harus dijaga keutuhan bulir berasnya, Heni menekankan untuk memperhatikan penanganan pascapanen. “Perlu penanganan pascapanen khusus terutama saat penggilingan karena bentuk gabahnya kecil dan panjang, sehingga kemungkinan patahnya besar. Jika hancur harga beras Baroma bisa anjlok,” terangnya.

Menurut Heni, saat ini BB Padi sedang memproduksi benih sumber, dengan harapan pertengahan 2019 benih Baroma dapat mulai disebarkan. Dengan dihasilkannya varietas Baroma diharapkan dapat mengurangi impor terhadap beras tipe Basmati dan dapat meningkatkan ekspor beras tipe Basmati ke pasar internasional.

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author