Jakarta, Technology-Indonesia.com – Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang menimpa Kawasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Lebak memberi peringatan bagi kita untuk senantiasa peduli terhadap lingkungan. Kawasan hutan di Gunung Halimun yang seharusnya berupa hutan lindung untuk daerah serapan air, kini berubah fungsi menjadi kawasan pemukiman, pertanian bahkan menjadi kawasan tambang emas liar.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo dan juga kesimpulan dari penelitian bersama Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Doni mengibaratkan bahwa longsor tersebut seperti es krim yang meleleh dan jumlahnya mencapai ribuan titik.
Karena itu, untuk memulihkan kawasan hutan lindung Gunung Halimun, Presiden Joko Widodo memerintahkan kepada BNPB untuk menyusun program tanggap bencana dengan membuat pilot project Revitalisasi DAS dan reforestasi hulu gunung Halimun. Sebagai tindak lanjut arahan Presiden tersebut, BNPB mengundang para instansi terkait untuk bersama sama menyusun rencana aksi pilot project tersebut.
Rapat koordinasi dihadiri oleh jajaran BNPB, Kementerian LHK, pemerintah daerah Kabupaten Bogor, serta Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) mewakili Kementerian Pertanian. Kegiatan ini bertujuan membangun kerjasama dengan penanggulangan bencana Kabupaten Bogor dan Lebak, bersama segenap unsur instansi terkait dalam penanggulangan bencana yang meliputi pencegahan resiko timbulnya bencana susulan sekaligus untuk rehabilitasi lahan.
Dalam sambutannya Kepala BNPB menyampaikan bahwa salah satu program perbaikan pasca bencana longsor adalah melalui vegetasi tanaman menggunakan sistem vetiver, yaitu sistem konservasi tanah dan air yang komponen utamanya penggunaan tanaman akar wangi. Sistem Vetiver digunakan di lebih dari 100 negara untuk konservasi tanah dan air, pengendalian polusi, pengolahan air limbah, mitigasi dan rehabilitasi, pengendalian sedimen, dan berbagai perlindungan lingkungan lainnya.
Kepala Balittro, Evi Savitri Iriani menyampaikan bahwa Badan Litbang Pertanian pada 2012 telah melepas 2 varietas unggul akar wangi yaitu Verina 1 dan Verina 2, yang banyak dikembangkan untuk menghasilkan minyak atsiri. Namun bila varietas akar wangi tersebut dibiarkan dan tidak dipanen maka akarnya akan tumbuh terus dan dapat berfungsi untuk konservasi.
Untuk itu, untuk mencegah terjadinya pembongkaran, maka penanaman akar wangi harus multi komoditas baik kombinasi dengan tanaman tahunan yang juga produktif yang bisa memberikan penghasilan bagi masyarakat seperti kayumanis, kayuputih, macadamia, kopi atau juga bisa dikombinasikan dengan serai wangi yang juga memiliki kemampuan untuk konservasi lahan. Balittro sudah melakukan ujicoba pertanaman untuk konservasi lahan di Kawasan danau Singkarak serta Sawahlunto.
Pada kesempatan itu beberapa narasumber menyampaikan paparannya terkait kesiapannya mendukung program rehabilitasi lahan tersebut diantaranya dr Yayasan Budiasi yang siap dengan benih akar wangi, Kementerian LHK juga melalui penyediaan benih akar wangi dan tanaman hutan, PT Sidomuncul yang akan membantu benih tanaman herbal bagi para petani terdampak. Balittro diharapkan melalui Balitbangtan akan mendukung melalui penyediaan benih tanaman yang produktif.
Di akhir sambutannya, Doni Kepala BNPB merasa sangat senang dengan sinergi dan kerjasama dari berbagai instansi untuk mendukung terlaksananya pilot project rehabilitasi lahan melalui revitalisasi DAS dan reforestasi hulu Halimun. Selanjutnya pada saat pelaksanaan nanti, dukungan dari pihak TNI, Polisi, Pemda, Relawan, Pecinta alam, masyarakat sangat dibutuhkan terutama untuk penanaman di lereng lereng terjal yang ada di Kawasan gunung Halimun.