Bogor, Technology-Indonesia.com – Pandemi Covid-19 berdampak luar biasa pada sendi-sendi kehidupan masyarakat Indonesia. Berbagai pihak pun berupaya mencari cara untuk pengendalian dan pencegahan Covid-19. Menyikapi pandemi Covid-19, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan beberapa produk berbasis eucalyptus yang berpotensi sebagai antivirus corona.
Prototype produk berbasis eucalyptus dalam bentuk roll on, inhaler, balsam, minyak aromaterapi, dan kalung aromaterapi telah diluncurkan oleh Balitbangtan pada 8 Mei 2020. Produk tersebut sudah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagai obat tradisional (jamu) dan diproduksi massal oleh mitra industri yaitu PT Eagle Indo Pharma.
Satu tahun berselang, penelitian terkait eucalyptus masih terus berlanjut termasuk untuk pengujian pra klinis dan uji klinis yang melibatkan beberapa instansi dan perguruan tinggi. Perkembangan penelitian tersebut menjadi topik menarik dalam Talkshow Satu Tahun Penelitian Eucalyptus Balitbangtan yang digelar pada Rabu (05/05/2021).
Kepala Balitbangtan, Fadjry Djufry menyampaikan bahwa penelitian eucalyptus telah melalui tahapan-tahapan riset mulai dari uji laboratorium, uji pra klinis hingga uji klinis. Penelitian tersebut melibatkan UPT di bawah Balitbangtan yaitu Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), dan Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen).
“Pada awal pandemi bulan Maret 2020, saya ingat betul Bapak Menteri Pertanian menyampaikan arahan agar Balitbangtan bisa berkontribusi dalam penanganan pandemi Covid-19. Penelitian ini masih terus berjalan,” kata Fadjry saat membuka Talkshow Satu Tahun Penelitian Eucalyptus Balitbangtan di Puslitbang Perkebunan, Bogor.
Dengan sumber daya yang dimilikinya, Balitbangtan mulai menguji sekitar 60 tanaman herbal yang berpotensi menekan perkembangan Covid-19. Dari pengujian tersebut ditemukan bahwa minyak atsiri dari eucalyptus mengandung bahan aktif 1,8 cineol yang memiliki kemampuan antivirus dan mampu menghambat pertumbuhan virus corona.
“Pada awal-awal pandemi Covid-19 dan saat itu vaksin belum ditemukan, karena eucalyptus ini bisa langsung dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, kita memberanikan diri untuk menyampaikan kepada publik bahwa ada minyak atsiri yang berpotensi paling tidak untuk adjuvan terapi pencegahan Covid-19,” terang Fadjry.
Menurut Fadjry, saat itu Balitbangtan belum melakukan pengujian eucalyptus langsung pada SARS-CoV-2, tetapi menggunakan virus corona model. “Saat ini kita sudah bisa menumbuhkan SARS-CoV-2 di laboratorium, sehingga kita bisa langsung menguji pada hewan coba,” lanjutnya.
Berkat dukungan berbagai pihak seperti Badan POM, pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas), penelitian eucalyptus ini bisa menjalani beberapa tahapan pengujian.
Kepala BB Litvet, NLP Indi Dharmayanti mengatakan hasil dari pengujian secara umum menunjukkan bahwa bahan tunggal dan formula eucalyptus Balitbangtan yang diuji dapat menurunkan jumlah partikel (Viral Load) dan daya hidup virus SARS-CoV2 serta mengurangi kerusakan sel akibat infeksi SARS-CoV-2 secara in vitro.
“Hasil penelitian tersebut dinilai berdasarkan peningkatan CT Value uji realtime PCR/rRT-PCR, peningkatan nilai Optical Density uji MTT dan tidak ditemukan kerusakan sel/cytophatic effect (CPE) pada kultur sel,” terangnya.
Sementara itu, Arif Santoso, Ketua Tim Riset Eucalyptus, Fakultas Kedokteran Unhas mengatakan bahwa pihaknya harus melakukan terapi ke pasien Covid-19 yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Unhas bekerja sama dengan Balitbangtan ingin membuktikan bahwa apa yang terjadi pada pengujian in vitro, uji hewan dan uji laboratorium kemudian diterjemahkan ke pasien.
“Kita menggunakan metode ilmiah yang standar, memang hasilnya baik. Posisinya, eucalyptus sebagai adjuvant artinya obat tambahan. Jadi pasien mendapat obat yang seharusnya dan eucalyptus. Hasilnya lebih baik dibandingkan tanpa eucalyptus. Itu yang kami dapatkan. Ke depan, kami akan meneliti dalam jumlah sampel yang lebih sehingga bisa kita aplikasikan secara luas ke masyarakat,” terangnya.
Kepala Balitbangtan mengapresiasi hasil penelitian tim peneliti Balitbangtan dan uji klinis Unhas yang membuktikan bahwa ada produk anak negeri dari bahan yang ada di dalam negeri yang berpotensi sebagai adjuvan terapi Covid-19. Untuk itu, Kepala Balitbangtan berharap dukungan semua pihak agar penelitian eucalyptus nantinya bisa benar-benar dimanfaatkan untuk kemaslahatan masyarakat Indonesia.
“Karena itu, saya bangga dan berterima kasih atas apa yang sudah dicapai ini dan akan terus kita sempurnakan untuk menghasilkan produk yang bisa menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia,” pungkas Fadjry.
Balitbangtan Terus Lanjutkan Penelitian Eucalyptus untuk Pengendalian Covid-19
