Balitbangtan Teliti Calon Varietas Kacang Tanah Tahan Penyakit

Jakarta, Technology-Indonesia.com – Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) meneliti dua galur harapan baru kacang tanah yakni GH2 dan GH10. Berdasarkan hasil penelitian, kedua galur tersebut memiliki keunggulan hasil tinggi 4.5 – 4.9 ton/hektare (ha) polong kering, stabil, tahan terhadap penyakit layu bakteri, sekaligus tahan penyakit bercak dan karat daun.

Kedua galur harapan tersebut memiliki karakteristik polong dan biji kulit ari biji berwarna merah muda (rose). Selain itu, biji berukuran sedang, dengan dua-tiga biji/polong, guratan kulit polong sedang. Karakter tersebut menjadi persyaratan polong kacang tanah yang diinginkan industri kacang garing.

Galur GH2 dan GH10 juga diketahui mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan suboptimal hingga optimal, termasuk tipe Spanish (dua biji setiap polong) dengan umur masak sekitar 90-100 hari. Di Indonesia kacang tanah diusahakan di banyak ragam agroekosistem seperti lahan sawah (musim tanam ke-3), lahan tadah hujan (musim tanam ke-1 atau 2), dan lahan kering (musim tanam ke-1).

Galur harapan GH2 dan GH10 juga memiliki kemampuan menghasilkan bahan biomassa cukup tinggi. Ketahanannya yang baik terhadap penyakit bercak dan karat daun memungkinkan hingga saat panen masih diperoleh brangkasan segar untuk pakan hijauan ternak. Galur GH2 mampu menghasilkan brangkasan hingga 237g/tanaman atau setara 47 t/ha dan GH10 dengan berat brangkasan segar 245 g/tanaman atau setara 49 t/ha dapat menjadi sumber pakan ternak maupun bahan kompos.

Berdasarkan karakteristik agronomi, ketahanan terhadap penyakit serta fisikokimia biji, kedua galur harapan kacang tanah GH2 dan GH 10 ini layak dipilih menjadi kandidat calon varietas unggul baru kacang tanah berdaya hasil tinggi, tahan penyakit bercak, karat, dan layu bakteri karena setara atau lebih tinggi dibandingkan dua varietas pembandingnya (Katana1 dan Hypoma1).

Galur atau calon varietas unggul baru (VUB) kacang tanah tersebut diharapkan dapat berperan dalam mengatasi endemik penyakit layu di beberapa sentra produksi seperti daerah Pantura Jawa Tengah dan Jawa Timur maupun daerah lain yang tidak endemik layu bakteri. (Sumber Balitkabi)

Setiyo Bardono

Editor www.technologyindonesia.id, penulis buku Kumpulan Puisi Mengering Basah (Arus Kata, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (PasarMalam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).
Email: setiakata@gmail.com, redaksi@technologyindonesia.id

You May Also Like

More From Author