Bogor, Technology-Indonesia.com – Saat ini dunia sedang diresahkan oleh pencemaran global akibat sampah plastik. Plastik merupakan salah satu jenis polimer dari minyak bumi yang sangat tinggi permintaannya terutama sebagai kemasan. Hal tersebut karena sifatnya yang ringan, elastis, tahan air, fleksibel, mudah dibentuk, serta ongkos produksinya minimalis sehingga harganya murah. Namun plastik ini tidak mudah diurai oleh alam sehingga sampahnya terakumulasi di bumi mencemari biota darat maupun biota laut.
Kondisi ini mendorong masyarakat dunia untuk berlomba-lomba menyelamatkan bumi untuk mengurangi ketergantungan penggunaan kemasan plastik. Penelitian dan pengembangan diarahkan untuk menghasilkan inovasi kemasan yang ramah lingkungan, serta mengolah kembali sampah plastik agar bertambah nilai ekonominya dan tidak mencemari lingkungan.
Pemerintah Kota Bogor telah mengeluarkan larangan penyediaan kantong plastik pada Agustus 2019 bagi pusat perbelanjaan dan hotel. Tak mau ketinggalan peran, Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Pascapanen juga telah mengembangkan produk nanoselulosa dari limbah biomassa pertanian, seperti tandan kosong kelapa sawit, tongkol jagung, daun nenas, jerami padi, dan lainnya.
Bahan nanoselulosa ini dicampurkan pada proses produksi bioplastik. Bioplastik umumnya diproduksi dari pati khususnya pati singkong, namun bioplastik yang ada di pasaran saat ini masih memiliki kekurangan yaitu kuat tariknya yang rendah serta permeabilitasnya yang tinggi. Penambahan nanoselulosa dari limbah pertanian dari hasil penelitian Balitbangtan telah mampu meningkatkan kuat tarik sekaligus menurunkan permeabilitas bioplastik.
Kepala Badan Litbang Kementrian Pertanian, Fadjry Djufry, yang meluncurkan produk bioplastik berteknologi nano di Gedung Sadikin Sumintawikarta, Kantor Pusat Pertanian Bogor pada 22 Agustus 2019 menyebutkan bahwa bioplastik nanoselulosa ini ramah lingkungan dan mudah terurai secara alami dalam waktu 60 hari.
“Penggunaan limbah pertanian sebagai bahan baku nanoselulosa mampu mengurangi pencemaran akibat limbah yang tidak tertangani dengan baik. Biaya atau harga jual bioplastik umumnya 3 – 3.5 kali lebih mahal dari plastik konvensional atau sekitar Rp. 700-2.000 per kantong.
Namun dengan keunggulannya terhadap kelestarian lingkungan diharapkan ke depan ada intervensi pemerintah untuk dapat menurunkan harga bioplastik agar bisa bersaing dengan produk plastik konvensional,” imbuh Djufry. (Kendri Wahyuningsih)